Chapter Nine

6.6K 811 88
                                    

Di depan sekolah..

Taehyung turun dari mobil Jungkook lalu melihat pria itu yang masih nampak kelelahan karena kegiatan mereka semalam. Baiklah, itu salahnya karena tak bisa menahan dirinya sendiri. Anak itu meringis pelan dengan tatapan menyesal ke arah Jungkook.

"Hyung, aku pergi," ucapnya.

"Hum," hanya itu yang Jungkook jawab tanpa membuka kedua matanya. Ia nampak seperti tertidur di jok belakang, tetapi nyatanya tidak begitu.

Setelahnya, Taehyung menutup pintu mobil dan membiarkan mobil itu pergi dari depan sekolahnya. Ia terdiam sejenak sembari menatap mobil hitam itu sebelum beranjak masuk ke gedung sekolah. Sepanjang jalan menuju kelasnya,Taehyung sadar bahwa ia di perhatikan oleh para siswa lainnya. Hanya saja, anak itu tidak memperdulikannya dan terus berjalan.

"Taehyung!" itu suara Jimin.

Taehyung menoleh kebelakang dan mendapati Jimin yang nampak syok menatapnya. Remaja itu mendekati Taehyung dengan cepat dan memperhatikannya dari ujung kaki hingga kepala.

"Hai, Jim," sapa Taehyung ramah.

"Hai, Jim?! Yak! Darimana saja kau?! Kau tidak masuk sebulan dan ponselmu tidak bisa aku hubungi, bodoh!" cercar Jimin kesal.

"Umm, aku sakit."

Jimin baru akan berucap lagi sebelum ia juga sadar kini para siswa malah memperhatikan dan fokus kepada mereka. Jadi, ia menarik Taehyung menuju ruangan Osis dengan cepat.

Cklek!

"Oh! Ketua Kim?! Kau baik-baik saja?" ucap salah seorang anggota Osis yang berada di ruangan itu. Ia kaget karena melihat sosok Taehyung yang menghilang tiba-tiba.

"Yeah, terimakasih sudah bertanya," jawab Taehyung seadanya dengan senyuman tipis. Tubuhnya terus di tarik hingga masuk kedalam ruangannya sendiri dan Jimin mengunci pintunya.

"Kenapa di kunci? Mereka akan berfikir kita melakukan hal yang tidak-tidak nanti," protes Taehyung.

Jimin mendengus, melempar tasnya asal dan terduduk di sofa,"mereka sudah terlanjur berfikir buruk, apalagi tentangmu."

"Ha? Apa maksudmu?"

"Kesampingkan itu dulu. Kau kemana saja selama sebulan?"

Taehyung ikut terduduk di hadapan Jimin,"sudah kubilang aku sakit."

"Serius?"

"Iya."

"Tapi, saat aku ke rumahmu, ibumu bilang kau sudah lama tidak pulang," kata Jimin.

Anak itu berdecak pelan,"dia bilang begitu? Dia tidak bilang bahwa dia membuangku?"

Kali ini Jimin yang kaget dengan kedua mata membelalak,"a-apa?"

"Orang tuaku mengetahui hubunganku dengan Jungkook hyung. Jadi, saat aku baru pulang sekolah sebulan yang lalu, aku di hajar habis-habisan oleh ayahku dan di kurung di gudang tanpa makan dan minum selama seminggu. Bersyukur para pelayan selalu sembunyi-sembunyi memberikan aku roti atau makanan apapun yang mereka punya," jelas Taehyung tanpa ekspresi. "Kupikir aku akan mati saat itu. Kalau saja Jungkook hyung tidak datang dan membawaku pergi dari sana. Kedua orang tuaku tidak melakukan apa pun dan membiarkan aku di bawa pergi begitu saja."

Taehyung menghela nafas lalu terkekeh,"Jungkook hyung bilang, mereka malu mempunyai anak gay sepertiku. Jadi, mereka merelakanku dan sebagai gantinya orientasiku di rahasiakan."

BRAK!

Tanpa sadar Jimin memukul meja kayu di hadapan mereka cukup kuat hingga suaranya terdengar nyaring. Siapa pun bisa melihat bahwa anak itu sedang marah saat ini, di lihat dari raut wajah juga rahangnya yang mengeras. Bahkan sorot mata Jimin saja sudah terlihat jelas sekali.

The Bastard's (Vkook)Where stories live. Discover now