Chapter Ten

6.8K 831 95
                                    

Taehyung melakukan aktivitasnya seperti biasa di sekolah. Mengerjakan tugasnya sebagai Ketua Osis juga sibuk belajar untuk mempersiapkan ujian kenaikan kelas nanti. Banyak hal yang berubah semenjak fotonya yang sedang berciuman dengan Jungkook tersebar. Mereka akan membicarakannya kapan pun dan di manapun, bahkan akan terang-terangan menatapnya saat ia lewat dengan tatapan mengejek atau merendahkan.

Tak sedikit dari para siswi yang dulunya mengaku fans atau menaruh hati padanya, kini berbalik membicarakannya. Beberapa mengatakan bahwa mereka merasa kecewa juga jijik dan tidak menyangka bahwa Ketua Osis yang terkenal dengan kesempurnaannya adalah seorang Gay.

Bukan hanya siswa, Taehyung sampai di panggil ke kantor mengenai rumor yang beredar tentang dirinya. Anak itu tidak menyangkal sama sekali dan membenarkan rumor tersebut.

"Ssaem tidak menyangka kamu seperti ini. Ssaem kecewa padamu, Taehyung," ucap sang guru saat itu dengan suara lumayan keras. Guru-guru lain yang masih berada di ruangan itu langsung menatap Taehyung dengan gelengan pelan saja.

"Kenapa?" tanya Taehyung.

Sang guru menatap Taehyung bingung.

"Kenapa Ssaem kecewa pada saya hanya karena seksualitas saya? Lagipula, saya gay atau tidak, tidak merubah fakta bahwa saya adalah salah satu murid berprestasi yang sering kali mengharumkan nama sekolah ini."

"Taehyung, ssaem mengerti. Ssaem tidak bermaksud mengadili kamu, hanya saja—"

Taehyung tertawa pelan seketika. "Lalu yang Ssaem lakukan sekarang apa kalau bukan mengadili? Menasehati? Terdengar sama di telinga saya. Ssaem tidak berfikir bahwa saya satu-satunya yang berbeda di sekolah ini, kan? Ada banyak yang seperti saya, sayangnya hanya segelintir saja yang ter-ekspose. Dan saya tidak malu dengan seksualitas saya karena inilah saya yang sebenarnya. Jika Ssaem dan juga semua orang di sekolah ini bahkan di dunia ini kecewa sama saya, saya tidak bisa melakukan apapun untuk merubah itu. Saya terlahir bukan untuk menjadi sempurna, tapi menjadi nyata dan bukan tugas saya untuk membahagiakan semua orang. Saya berhak memilih jalan hidup saya dan saya berhak bahagia dengan cara saya sendiri. Saya permisi, Ssaem."

Ia berjalan keluar begitu saja tanpa menunggu respon dari sang guru, bahkan semua guru di ruangan itu hanya bisa tergagu mendengar ucapan Taehyung.

Tidak. Taehyung tidak sakit hati, mungkin lebih tepatnya ia sedih karena bahkan para guru yang seharusnya bisa ia jadikan sandaran tidak bisa menerima keadaannya. Ia sudah cukup merasa di kecewakan saat kedua orang tuanya malu mengakuinya. Lalu apa yang harus ia lakukan ketika semua orang yang ia berharap bisa memberinya dukungan malah berpaling darinya?

Anak itu kaget saat sebuah tangan menepuk lembut kepalanya, ia menoleh dan mendapati Jimin yang berdiri menunggunya sedari tadi.

"Aku bangga padamu, sobat."

"Kau tidak kecewa padaku juga, Jim?" tanya Taehyung pelan.

Jimin menatap datar. "Setelah aku berkali-kali tidur dengan banyak pria dan wanita, kau masih bertanya begitu? Ingin ku hajar ya?"

Taehyung tertawa saja, ia berjalan menuju ruang Osisnya diikuti Jimin di sebelahnya.

"Aku tak menyangka kau akan berani speak up begitu."

"Sebenarnya, aku juga. Terlintas begitu saja di pikiranku, setidaknya aku sudah mengatakan bahwa jangan terlalu menaruh ekspetasi padaku karena aku juga hanya manusia biasa," jawab Taehyung santai.

"Kau benar. Aku lebih suka kau yang sekarang kalau boleh jujur."

Remaja Kim itu melirik Jimin. "Kenapa? Apa aku yang dulu menjengkelkan?"

The Bastard's (Vkook)Where stories live. Discover now