Hot Mommy [2]

5.9K 412 27
                                    

"Selesai -ttebayo." 

Naruto memandang puas ke arah piring piring yang baru saja ia cuci. Tumpukan keramik berkualitas tinggi yang berjajar rapi di rak piring terlihat sangat mengkilap.

Tadi, keluarga Uzumaki baru saja selesai melakukan rutinitas pagi mereka, sarapan. Sesaat setelah Boruto tergopoh-gopoh pergi ke akademi dan Himawari yang berlari mengikuti kakaknya karena memiliki janji dengan teman temannya, telepon rumah berdering. Hinata sebagai yang paling mengerti di antara mereka mengangkat telepon, ternyata itu panggilan dari kediaman Hyuga.

Seorang pelayan keluarga Hinata mengabarkan jika ada acara pertemuan mendadak dan Hinata harus segera kesana untuk ikut serta. Sang Nyonya Uzumaki terlihat terkejut, di pikirannya kini berputar berbagai macam pekerjaan rumah yang belum sempat ia kerjakan.

Naruto sebagai 'penumpang' yang baik dan tahu diri akhirnya menawarkan bantuannya. Ia bersedia mengerjakan beberapa tugas yang ia sanggup kerjakan.

"Hinata - Chan kan sudah memasakkan ku makanan yang sangat enak, jadi aku harus membalasnya bukan ?" Ucapan Naruto yang satu itu membuat Hinata akhirnya menganggukkan kepalanya. Ia kembali mengingatkan dirinya jika tidak ada gunanya melarang seorang Uzumaki Naruto. Setelah mengucapkan terima kasih, Hinata bergegas naik ke kamarnya yang ada di lantai atas untuk membersihkan diri sekali lagi dan berganti pakaian.

Dan begitulah, sekarang Naruto sedang mengeringkan tangannya dengan lap yang ada. Selanjutnya, ia harus membersihkan lantai.

Naruto berjalan ke atas, niat hati untuk bertanya kepada wanita yang merupakan istrinya di masa depan tentang bagaimana cara menyapu di zaman ini. Siapa tahu sudah berubah bukan ?

Saat mengingat status Hinata yabg sekarang, Naruto masih tidak percaya. Padahal ia berpikir bahwa perasaannya kepada Sakura adalah cinta tapi sepertinya ia keliru. Hinata yang sejak dulu lembut dan pemalu, yang chakranya sering ia rasakan, sosok kecil yang mengemban tanggungjawab yang berat karena darah keluarga inti Hyuga mengalir dalam dirinya, sosok yang Naruto pikir jauh dari jangkauan, jauh dari kemampuannya, di masa ini berdiri di sampingnya. Bahkan di masa ini, Hinata tak jauh berubah, sifat lembut yang menjdi ciri khasnya tetap melekat kuat, hanya saja wanita itu jadi sedikit lebih percaya diri.

Jujur saja, bagi Naruto, Hinata adalah sosok tuan Putri yang sempurna, sedang dirinya hanyalah seorang rakyat biasa.

Maka dari itu ia tak pernah sekalipun berpikir untuk menjadikan  Sang Tuan Putri pendamping hidupnya.

Atau selama ini ia terlalu sibuk memikirkan per- rivalannya dengan Sasuke di semua bidang termasuk memperebutkan Sakura ?

Naruto juga tidak paham.

"Hinat--" baru saja Naruto akan mengeluarkan pertanyaannya, lidahnya terasa kelu.

Di hadapannya sekarang, terlihat sosok Hinata yang hanya memakai sebuah kain putih yang menutupi dari atas dada sampai lutut yang diduga adalah dalaman kimono yang akan dipakai. Dengan balutan kain setipis itu, tubuh Hinata terbentuk sempurna. Mata Naruto sampai tidak ingin berkedip karena terlalu fokus menatap keindahan istri masa depannya.

Wanita itu terlihat kesulitan untuk menaikkan resleting kain yang sedang ia gunakan.

Manik lavender Hinata tak sengaja menangkap sosok Naruto di ambang pintu "Ah, Anat- maksudku Naruto - kun, bisa tolong bantu aku ?"

Naruto tergagap mengatakan persetujuan. Kakinya melangkah canggung ke arah sang Nyonya Uzumaki "Ada apa ?"

"Bisa tolong naikkan resleting ku ? Aku tidak sampai."

Naruto mengangguk dan menolong Hinata menyelesaikan kegiatannya. Pemuda dengan Surai secerah matahari itu meneguk ludahnya kasar saat menaikkan resleting Hinata.

Is That You ?Where stories live. Discover now