Flower

4K 326 30
                                    

"Kita bisa kembali lusa, chakraku sudah cukup."

Ucapan Sasuke membuat kegiatan permainan kartu ketiga temannya terhenti. Mereka saling menatap dalam diam, seakan kemampuan klan Yamanaka tiba tiba dapat mereka gunakan.

"Berarti, besok hari terakhir kita ada disini ?" Shikamaru memecahkan keheningan diantara mereka, ia meletakkan kartu yang tadi di tangannya ke atas meja tapi masih dalam keadaan tertutup.

"Hn."

"Kalau begitu, besok aku harus menghabiskan seluruh waktuku bersama Hime -ttebayo !" Naruto berteriak penuh semangat, waktu liburan mereka kali ini harus dihabiskan dengan seindah indahnya.

"Aku sudah bisa mencium bau bau lembur," ujar Sai sambil kembali melanjutkan permainan kartunya, ia mengeluarkan kartu untuk menyelamatkan dirinya agar tidak keluar dari permainan "Sepertinya aku akan ada di luar desa semala sebulan penuh."

"Jika kau saja sibuk, apalagi kami ?" Shikamaru tertawa pelan, ia meringis dalam hati, membayangkan betapa penuhnya ruangannya dengan tumpukan dokumen saja sudah membuatnya enggan kembali.

"Kalau kau Teme ?" Naruto menatap ke arah Sasuke dengan pandangan menyelidik "Jangan bilang kau berencana bersantai bersama Sakura - chan setelah pulang dari sini sementara kami bekerja seperti mesin ?"

"Hn."

"ARRGHH KAU CURANG !"

----------------000---------------------

"Hai, Hime."

Hinata balas menyapa dengan senyuman lembut, kedua pipi seputih susu itu mulai menampakkan rona merah muda.

Memang siapa yang tidak merona ?

Bayangkan, kau disapa dengan senyuman secerah mentari oleh orang yang kau sukai, bukankah itu seperti keajaiban ?

"Apa kau ada kesibukan setelah ini ?"

Hinata tersenyum dan menggeleng pelan "Tidak ada, memangnya kenapa, Naruto - kun ?"

"Ayo kita jalan jalan !" Naruto kembali tersenyum cerah, ia menatap Hinata dengan binar terbaiknya, berharap tak ada kata penolakan yang keluar.

Meski tidak mungkin ada sih

"Tentu saja, kau mau kemana ?"

"Bagaimana dengan Padang rumput di ujung desa ? Sepertinya disana akan menyenangkan."

Hinata mengangguk saja, selama bersama Naruto, mau ke Padang pasir kematian di Suna pun akan serasa surga.

Keduanya berjalan, diiringi obrolan hangat yang sesekali disisipi tawa.

Padang rumput yang terbentang luas kini ada di hadapan mereka, dengan banyaknya bunga bunga bermekaran, tempat itu menjadi lebih berwarna. Karya alam yang tak akan bisa ditiru oleh manusia itu terlihat sepi, angin berhembus lembut, menerpa kedua sejoli itu.

"Ayo kita ke sana saja." Naruto menarik tangan Hinata ke kumpulan bunga bunga.

Gadis itu sedikit memekik, ia tak menyangka jika Naruto akan langsung memegang tangannya.

----------------000---------------

"Nona cantik, apa kau keberatan jika aku mengambil harimu ? ada sesuatu yang ingin ku tunjukkan ?"

Ino yang sedari tadi sibuk menata bunga menoleh dengan tatapan bertanya, pipinya bersemu tipis saat mendapatkan perlakuan bak tuan putri dari lelaki yang akan menjadi suaminya kelak.

Ah, bagaimana saat mereka sudah menikah nanti ya ?

Apa Sai masih memperlakukannya semanis ini ?

"Tentu, memang kita mau kemana ?"

Sai menggambar sesuatu di kertasnya dan mulai membuat segel, seekor burung tinta yang cukup besar terlihat menggepakkan sayapnya dengan gagah "Ke tempat yang indah, mau ?"

Ino menganggukkan kepalanya dan mengikuti Sai dengan mata berbinar.

Memang siapa yang tidak mau ?

Pergi dengan calon suamimu yang tampan dengan menaiki seekor burung gagah, seperti di dalam dongeng saja. Bahkan, siapapun berani bertaruh, jika Sai berniatan menculik Ino saat itu dan meski Ino tahu, gadis itu pasti dengan senang hati menyerahkan dirinya.

Yah, Ino sepertinya sudah tergila gila pada pria itu.

------------------000--------------------

"Lelahnya," Temari merenggangkan tangannya ke atas, menikmati pelemasan otot otot tubuhnya yang sudah kaku karena terlalu lama duduk menyelesaikan dokumen dokumen yang menggunung, ia baru bisa menyelesaikan semuanya siang ini.

"Pekerjaan itu merepotkan, bagaimana bisa kau mengerjakan semua sendirian ? kau tidak mati karena sakit punggung di ruangan itu ?" gurau Shikamaru, ia memelankan langkahnya untuk mensejajarkan dengan Temari. Ia baru menyadari, langkah Temari akan melambat saat lelah. Mungkin ia tak memperhatikan detail ini dulu karena ia juga berjalan lambat karena mengantuk.

Setelah ini, ia harus lebih memperhatikan istrinya lagi.

"Memang kau pikir, tumpukan kertas itu ulah siapa huh ? seharusnya ini jadi pekerjaan 'kita'," Termari melirik Shikamaru sinis.

Korbannya hanya terkekeh dan memasang wajah pasrah yang terkesan acuh "Merepotkan ... mau bagaimana lagi ? mereka tidak mengijinkanku untuk membantumu." Kenyataannya memang begitu, dikarenakan Shikamaru yang ini bukanlah Shikamaru yang seharusnya, Tsunade tidak ingin mengambil resiko bocornya informasi, sekaligus berjaga jaga jikalau Shikamaru yang ini adalah penipu.

Shikamaru menghargai keputusan mereka, ia pun akan melakukan hal yang sama demi keamanan desa jika ada di posisi mereka.

"Kalau begitu, kau mau mengistirahatkan kepalamu yang panas itu sebelum kau melampiaskannya dengan menebas orang lain dan menimbulkan masalah merepotkan ?"

"Kemana ?"

"Ke tempat yang mirip sepertimu."

---------------000----------------

"Ada apa Sasuke - kun ?" Sakura mati matian menahan kegugupannya, bagaimana tidak ? Sejak tadi, Sasuke berdiri di belakangnya, menatapnya dengan intens tanpa bergeming sedikitpun. Mati matian ia menahan agar piring yang ia pegang tidak jatuh

"Kau masih sibuk."

"Tidak kok."

"Kau sibuk."

Sakura menjerit dalam hati. Calon suaminya di masa depan itu benar benar menggemaskan dan menguji kesabaran di waktu bersamaan. Pria itu benar benar kukuh akan kesimpulannya tentang kesibukan Sakura.

Sakura meletakkan piring terakhirnya di rak dan mengelap tangannya "Sudah kan ? Aku sudah tidak sibuk, sekarang, ada apa ?"

"Kau mau keluar ?"

Surai gulali ya bergerak seiring kepalanya yang dimiringkan sedikit tanda bingung "Kemana Sasuke - kun ?"

"Hn."

Sakura hanya tersenyum

Ia paham, Sasuke ingin memberinya kejutan.

Pria itu sepertinya tidak berubah seiring berjalannya waktu, sifat tsunderenya masih melekat walau sifat dinginnya tak lagi mendampingi saat bersamanya.

"Ayo, tunjukkan jalannya, Sasuke - kun."

-------------000------------

Haiii masih ada yang nunggu ? Wkwkwk

Maap ya lama soalnya Mariy baru balpon :3

Happy reading

Saba_No_Tema

Is That You ?Where stories live. Discover now