~ 47 ~

3.9K 263 29
                                    



🔥🔥🔥🔥🔥




"Kamu udah kabarin temen mu itu kalau kita disini?" tanya Ella.

"Udah kak, dia udah dijalan. Bentar lagi oke."

"Baiklah."

"Nah, itu dia."

Ella ikut menoleh dan mendapati Satya dengan langkah lebar menghampiri mereka.

"Kok--, ihhh Fera!"

Fera cengengesan sambil mengacungkan dua jarinya membentuk huruf V.

"Kak Satya yang jadi tour guide kita. Sekarang, kita kemana dulu nih kak?"

"Ayo," ajak Satya.

Ella menatap tangan yang ditorehkan itu.

"Lama banget, ayo kak." Fera merangkul Ella dan berjalan pergi diikuti oleh Satya.

.
.
.

Fera menatap Satya sekilas, lalu berdehem pelan. "Kak, Fera ke toilet bentar ya." Fera sudah berdiri dari duduknya hendak pergi, namun terhenti karena Ella mencegahnya.

"Eitss, kakak ikut."

"Nggak usah kak, kasian Kak Satya sendirian disini. Entar di godain cewek lain loh." Fera melepaskan tangan Ella yang mencengkram pelan lengannya.

"Bentar doang kok kak."

Setelah Fera pergi, Satya yang mengerti rencana gadis itu pun langsung ambil bagian.

"Sebentar," Satya berdiri dan pergi meninggalkan Ella. Ella yang ditinggal sendirian tak terlalu ambil pusing. Ia sudah biasa sendiri seperti ini.

Tak lama, Satya datang dengan piring berbentuk persegi panjang dengan tiga donat diatasnya.

"Kamu ingat saat kamu ngidam donat." Satya terkekeh mengingat kejadian itu. Kejadian dimana saat mereka tengah bersantai tiba-tiba saja Erika menelfon dan berkata kalau wanita itu sudah berdiri didepan gerbang rumahnya. Di hari itu akhirnya Erika memaafkan Ella.

Ella terdiam, menatap tiga donat dengan rasa yang berbeda itu. Rasa macha, cokelat dan stroberi.

Ella mengambil yang rasa macha, lalu menggeser piring yang Satya letakkan didepannya ke tengah meja.

Satya lantas tersenyum, lalu mengambil yang rasa cokelat.
Keduanya menyantap donat itu dalam diam. Hingga...

Tikk...

Satya yang sejak tadi memperhatikan lekat wajah Ella dibuat bingung dengan air mata yang baru turun ke pipi Ella.

Sadar akan hal itu, Ella mengusapnya dengan punggung tangannya. Kembali mengigit donat itu tanpa ekspresi.

"Ada apa, hm?" tanya Satya.

Ella menggeleng.

"Apa kau teringat anak kita?"

Tatapan mata Ella yang tadi menatap meja, lantas langsung menatap Satya yang ada diseberangnya. Satya dapat melihat jelas kepedihan di mata itu. Membuatnya ikut merasakan hal yang sama.

Satya bangkit dan duduk di kursi sebelah Ella, yang sebelumnya Fera tempati. Satya menggenggam tangan Ella yang wanita itu letakkan dipangkuannya.

"La, aku tau kamu takkan bisa melupakan itu dengan mudah. Dan itu bukanlah hal yang harus dilupakan. Tapi, bukankah kita harus mengikhlaskan dia pergi? Aku tau kamu sangat menantikannya, kamu begitu excited merawatnya hari demi hari. Tapi La, Tuhan terlalu sayang padanya. Hingga mengambilnya kembali untuk tetap disisi-Nya.

SATYA ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang