O5. Symptoms?

1.2K 122 15
                                    

Sekarang waktunya pulang sekolah, dan gue seperti biasa bakal pulang bareng kak Hessa.

Dan seperti biasa juga, kak Hessa lagi jalan turun tangga bersama teman-temannya setelah gue belum lama keluar dari kelas.

Kemudian gue berlari kecil begitu melihat pacar gue disana itu. "Hai." Sapa gue, radius 2 meter dari tempatnya.

Gue sebenernya masih agak lemes, ditambah lagi gue nggak makan siang. Gak ada nafsu.

"Hei, tunggu sebentar!" Dia langsung notice gue, melambaikan tangannya, lalu dia tos-tosan sama teman-temannya disana.

Sampai akhirnya dia menghampiri gue.

Dia berlari kecil. "Eh, masa yang, mau tau nggak? Masa tadi aku di omelin sama miss Ana gara-gara ketauan cabut pas mapel dia."

"Iya?" Entah mengapa gue selalu antusias dengar cerita dari dia. "Lagian kamu sih, kamu kan anak olimpiade masa hobinya cabut?"

"Ya, gimana ya?" Disela dia menjawab, dia bertukar sapa sejenak dengan temannya, yang kakak kelas juga tapi gak sekelas.

Gue juga ikut bertukar sapa, tapi kalau gue cuma senyum aja.

"Ya gimana apanya?" Sahut gue, setelah kita mulai lanjut jalan tapi dia malah diam.

"Ya soalnya kan aku emang gini anaknya, maksudnya walaupun aku anak olimpiade tapi kalo soal pergaulan ya beda." Jawab dia.

"Ish, bisa aja jawabnya." Gue menyenggol tangannya, membuat dia yang lagi benerin rambutnya sontak ketawa. "Kan emang gitu."

Selanjutnya gue dan kak Hessa jalan berdua menuju parkiran. Kita jalan kayak biasa, gak sambil pegangan tangan atau semacamnya.

Soalnya posisinya masih disekolah.

Kalau udah gak sekolah udah pasti beda.

Sampai akhirnya kita sampai diparkiran. Gue cuma nunggu kak Hessa yang lagi ambil motornya di dalam parkiran sana.

"Hoi, nunggu siapa nih?"

Suara seorang cowok membuat pandangan gue sontak tertoleh ke belakang.

"Kak Sehan?"

Dia ternyata udah tepat dibelakang gue. Sambil matanya melihat ke arah kak Hessa.

"Oh, yang bikin merah-merah di leher ya?"

Bugh!

Gue menonjok lengannya. "Jangan bahas itu terus dong!!" Ringis gue, sambil memelas.

Kak Sehan meringis, sambil mengusap bekas tonjokan gue. "Iya iya, maaf." Pasrah dia.

"Eh, ya udah, selamat bersenang-senang!" Ucap kak Sehan, entah apa maksudnya. Dia bicara begitu sambil lari kearah motornya.

Nggak lama kemudian kak Hessa datang menghampiri gue dengan motornya juga.

Membuat gue mengalihkan pandangan gue dari kak Sehan. Padahal gue lagi bingung apa maksudnya dia bicara begitu barusan.

"Mau makan dulu nggak? Tadi siang kan belum makan." Suara Kak Hessa membuyarkan pikiran gue.

Sembari gue mulai naik diatas belakang boncengannya, gue menggeleng. "Gak usah deh, gak napsu makan aku." Jawab gue.

"Kenapa sih? Tumben banget." Kak Hessa mulai menjalankan motornya menuju keluar gerbang sekolah. "Sakit bukan? Pusing??"

"Enggak." Gue menggeleng lagi. "Nggak tau, tapi enek aja gitu sama bau-bau tertentu."

"Tapi gak pusing?" Tanya Kak Hessa lagi.

Bukannya menjawab, gue malah memeluk tubuh dia dari belakang, sambil menyimpan dagu gue disebelah pundak bagian kirinya.

Tempat kesukaan gue.

Berhubung udah keluar dari sekolah.

"Enggak, nggak pusing, tapi agak lemes aja dari pagi." Jawab gue, menyimpan kedua tangan gue dikedua belah pinggangnya.

"Ya, itu soalnya kamu belum makan."

"Iya kali ya."

—O—

Malam ini gue makan malam sama kakak gue, berdua. Soalnya tadi gue lagi masak mie, terus kakak gue yang baru bangun itu tidur tiba-tiba datang menghampiri gue yang lagi di dapur.

Alhasil, sekarang kita lagi makan mie berdua diruang tengah. Sambil nonton drakor di tv.

"Dek," panggil kakak gue disebelah gue.

"Apaan?" Gue jawab tapi gak menoleh.

Posisinya sekarang kita lagi duduk lesehan dikarpet, dengan meja kecil di depan kita. Buat menyimpan makanan dan minuman.

Sebenarnya makanannya udah habis, cuma kita masih lanjut nonton aja sambil kakak gue nyemilin keripik.

Kalau gue cuma diam sambil nonton, soalnya gejala mual sama pusing gue mulai terasa.

Sampai ketika, disaat gue buka mulut, hendak memanggil kakak gue ...

"Uwekk,"

Gue muak parah.

"Heh, kenapa?" Kakak gue panik.

Spontan gue menutup mulut, dan bergegas lari ke kamar mandi.

Gue ke watafel, dan pengen muntahin semua isi perut gue. Tapi, ternyata gak benar-benar muntah, jadi cuma mual-mual gak jelas aja.

"Dek? Kenapa heh? Sakit bukan?"

Kakak gue ternyata ngikutin gue sampai kamar mandi. Gue dengar dia ketok-ketok pintu.

"Enggak mas, cuma masuk angin aja kayaknya." Jawab gue, padahal gak tau.

"Ya udah kalo udah keluar ya? Mas ambilin tolak angin dulu, bentar."

Gue cuma mengiyakan kakak gue dari dalam toilet, beralih melihat cermin di wastafel, gue cuma menatapi diri gue sendiri disini.

Ini udah kedua kalinya gue mual-mual sejak pagi, padahal sebelumnya nggak pernah. Bahkan kalau masuk angin pun gue nggak pernah mual sampai sebegininya.

Lalu gue mencuci muka gue, beralih menatap cermin lagi ... tunggu, melihat gejala-gejala yang gue alami selama satu hari ini,

Gue baru terpikir.



Apa jangan-jangan gue hamil?


to be continue



















Ada yang mau liat mas Satya gak???























Ada yang mau liat mas Satya gak???

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[ Soobin as Satya Wicaksana ]

WhiteoutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang