36. What You Know?

501 34 3
                                    

Tadi, sekitar jam 9 ketika Hessa baru selesai mandi, dia mendapat pesan masuk dari Raya yang bertanya sedang ada waktu atau tidak karena Raya memintanya untuk bertemu.

Raya tahu Hessa ada di Jakarta, sebab dia melihat laki-laki itu berada di stadion pada malam pertandingan. Lagipula dimana pun Hessa berada, Raya pasti bakal berusaha bertemu dengan Hessa apapun caranya.

Awalnya Hessa sama sekali tidak ingin menanggapi Raya, tapi karena Raya bilang ada sangkut pautnya dengan Anya, Hessa sudah pasti bergerak paling pertama.

Disini mereka sudah duduk saling berhadapan, dengan dua gelas minuman di depan mereka masing-masing. Hessa masih diam, begitu juga Raya.

"Jadi, kenapa?" Sampai akhirnya Hessa bersuara. Setelah beberapa menit hening.

Sejenak, Raya menyimpan minumannya yang baru saja dia teguk. "Hubungan lo sama Anya gimana?" Tanya Raya, tiba-tiba.

Membuat Hessa mengernyit tidak mengira. Maksudnya, sejak kapan Raya peduli hubungannya dengan Anya? Apalagi, Raya teman dekatnya Sofi.

"Ada apa lu tanya hubungan gua sama Anya?"

Yang di tanya diam. Entah, Hessa juga bingung sebenarnya kenapa Raya seperti serius begitu raut wajahnya. Tidak seperti biasa.

"Gua tanya, hubungan lo sama Anya baik-baik aja, kan?" Tanya Raya sekali lagi, menatap Hessa lebih dalam.

Hessa terkekeh. "Pentingnya lo tau hubungan gua sama Anya tuh apa?" Balasnya.

Lagi, Raya terdiam. Berpikir, sesusah itu Hessa menjawab pertanyaannya yang mudah? Ya, walaupun memang Raya sendiri sadar kalau pertanyaannya itu terkesan tiba-tiba.

Tapi Raya hanya ingin tahu pastinya.

"Lu ngajak gua ketemu cuma buat tanya soal ini? Tanya soal hal yang sama sekali bukan urusan lu?" Suara Hessa seketika terdengar di saat hening di antara dia dan Raya.

"Bukan gitu—"

"Terus?"

Seketika Raya menghelas napas, beralih sejenak kemudian kembali menatap Hessa lebih dalam. "Hessa, mau sampe kapan sih lu bersikap sok dingin gini ke gua?"

Giliran Hessa diam. Dia malah mengalihkan pandangannya dari Raya dengan sekenanya.

"Gua tau hubungan kita emang gak baik-baik aja sejak—"

"Gak usah kemana-mana, intinya aja, apa?"

Gantian Raya yang diam, tepat setelah Hessa selesai bicara dan dia menutup mulutnya. Mungkin Raya sudah malas menanggapi Hessa yang dingin dan ketus itu, dia langsung merogoh tas selempangnya, mengeluarkan sebuah amplop panjang berwarna putih.

"Ini." Katanya, menjulurkan amplop itu yang sudah di atas meja kepada Hessa.

Tadinya Hessa mengernyit bingung melihat Raya, namun begitu dia membaca tulisan pada amplopnya, jangan tanya, jelas Hessa kaget dan mendadak panik bukan kepalang.

"Pasti lo, kan?" Tanya Raya, melihat Hessa buru-buru mengambil amplop itu dan membaca selembar kertas yang ada di dalamnya.

Itu surat hasil konsultasi Anya.

Iya, makanya Hessa kaget.

"Kenapa ada di lo?" Penasaran Hessa. Raut wajahnya sudah berubah, yang tadinya santai dan ketus, sekarang jadi gelisah dan cemas.

Di depannya Raya belum menjawab.

"Jawab dulu pertanyaan gua, pasti lo, kan?" Raya kembali bertanya. "Anya gak mungkin kayak gini kalo bukan sama lo, lo pasti—"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 11, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

WhiteoutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang