23. A Lot of

413 45 3
                                    

Sekarang dirumah gue bukan cuma ada kak Sehan, melainkan ada kak Jay dan kak Jake juga. Sumpah, ternyata mereka berdua itu datang cuma buat anterin tas kak Sehan.

"Enggak, mau ketemu kamu juga." Ucap kak Jake, tiba-tiba, disaat gue tanya ke mereka.

"Kalian kesini cuma buat anterin tas kak Sehan doang?" Begitu. Habisnya, mereka datang terus duduk sebentar, terus pamit.

Posisinya kini mereka udah duduk di motor masing-masing. Dengan gue yang berdiri di depan pagar bersama mas Satya.

Kebetulan mas Satya juga baru pulang, makanya kak Sehan dan kedua temannya itu pamit. Jadi, ceritanya mereka nemenin gue disini sampai mas Satya pulang dulu, gitu.

"Gua tonjok lu, Jake!" Kak Sehan tiba-tiba bilang begitu sambil melihat kak Jake. 

"Haha!" Dan kak Jake cuma ketawa.

"Ya udah, Nya. Kalo gitu kita balik dulu ya? Woi, buru eh malah bercanda." Ucap kak Jay ke gue dan lanjut ke kak Sehan dan kak Jake.

"Ah iya kak, hati-hati." Jawab gue ke kak Jay.

Kak Jay ini sebenarnya anaknya cool + gengsi gitu, tapi kalo udah senyum apalagi ketawa, manisnya tiada tara. Haha, tapi seriusan.

Lalu mereka pamitan sama mas Satya, tapi, kak Jake sendiri malah berhenti di depan gue, sembari mengulurkan tangan kanannya.

"Makasi, ya?" Ucapnya, pelan.

"Hah?" Gue bingung. "Makasih apa?" Ragu mau terima jabat tangannya atau enggak.

"Makasih karena Sehan. Lo liat kan, sekarang dia jadi suka bercanda, walopun sama kita-kita doang bercandanya." Jawab kak Jake beralih melihat kak Sehan yang lagi ngobrol dan ketawa dengan kak Jay dan mas Satya.

Alhasil gue senyum melihat kearah yang sama, sambil mengangguk lalu terima jabat tangan kak Jake. "Makasi kembali kak." Jawab gue.

Kak Jake terkekeh. "Jadi sama-sama makasi gini ya?" Katanya.

Entah, ini kenapa kak Sehan, kak Jay dan mas Satya tiba-tiba melontar tatapan aneh melihat gue dan kak Jake yang masih berjabat tangan.

"Han, liat si Jake, Han." Sampai akhirnya kak Jay berkata pelan kepada kak Sehan.

Lalu, kak Sehan langsung berdeham kencang, sementara mas Satya mengulum tawanya.

"Eh?" Kak Jake langsung lepas tangan gue, sambil ketawa melihat kak Sehan, lalu dia dadah ke gue, dan menjalankan motornya menyetarai motor kak Jay di depan.

Gue bingung, maksudnya apa?

Tapi gue berusaha buat biasa aja.

"Jake mengibar bendera perang kepada Sehan." Seru kak Jay yang ada diantara mereka. "Haha."

Kak Sehan cuma senyum aja melirik kak Jake yang masih ketawa. Lalu dia sedikit memundurkan motornya menghampiri gue.

"Balik dulu ya? Makasi hadiahnya." Ucap dia.

Gue mengangguk. "Iya kak sama-sama. Hati-hati ya bawa motornya." Balas gue. Gantian kak Sehan yang mengangguk, sambil dia ngajak gue tos ala-ala cowok gitu.

"Heh Sehan belum muhrim Sehan!"

Suara kak Jake tiba-tiba mengalihkan pandangan kita. "Yeh sirik aja lu!" Lalu kak Sehan auto menatap tajam kak Jake.

"Udah udah eh, si Anya mau berangkat itu." Giliran kak Jay mengalihkan kita semua.

"Ya udah, kita balik dulu ya, Nya, Mas?" Kak Sehan akhirnya dadah sambil senyum ke gue dan mas Satya. Disusul kak Jay dan kak Jake.

WhiteoutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang