O7. Beginning

1K 110 18
                                    

Di depan gue kak Hessa masih diam, sambil melihat kearah tujuh hasil testpack yang gue coba barusan, kemarin, dan kemarinnya lagi.

Ini hari besoknya setelah gue jujur soal testpack itu, dan dia suruh gue buat coba tes lagi bahkan sampai gue udah coba 7 kali.

Dan sekarang, gue yang lagi duduk di sebelahnya yang lagi duduk juga di sofa apartemennya, cuma memandang dia.

Setelah dia bilang iya, kita harus tanggung jawab sama-sama, tapi gue lihat dia masih kebingungan juga raut wajahnya.

Gue paham keadaan dia, dan gue juga nggak bisa menuntut yang lebih gimana-gimana. Cuma aja, posisinya disini kita sama-sama bingung harus gimana dan harus berbuat apa.

"Kak, gugurin aja ya?" Utas gue, seketika membuat kak Hessa menoleh menatap gue.

"Jangan, dosa." Jawabnya.

Gue menghela pasrah. "Tau dosa tapi malah dibuat." Gue mencibir sambil mengalihkan.

Sejenak, cowok berbalut kaos hitam disebelah gue ini sontak menatap gue dalam. "Jangan gitu kamu, kamu juga suka kan?"

"Suka apa?"

"Kalo aku sentuh kamu."

Gue diam.

Jujur aja iya.

Ya, soalnya gimana ya? Gue juga gak tau kenapa kalau udah disentuh sama orang yang di cinta bawaannya pasti langsung beda.

Apalagi kalau dia bikin nyaman juga.

Gue langsung menoleh kearah berlawanan karena gak mau menatap mata kak Hessa.

"Tapi kak," Sedetik kemudian Gue beralih lagi balik menghadap dia karena saking gue paniknya. Dan, gue meringis.

"Apa?"

"Ini lama-lama pasti membesar, terus nanti aku nggak bisa sekolah, nggak bisa ikut cheers lagi ..." Gue memelas.

Kak Hessa lantas memegang pundak gue. "Jangan panik ya? Kita cari jalan keluarnya."

"Tapi, aku juga takut kalo ayah, bunda, sama mas Satya tau, apalagi ayah kan tentara, kak."

Tubuh gue beralih menghadap kak Hessa, dan gue meringis sejadi-jadinya di depan dia.

Lalu, kak Hessa menyimpan kepala gue diatas dadanya. "Aku bakal tanggung jawab, tenang aja." Katanya, cukup menenangkan.

"Minggu depan kita ke dokter, terus nanti bulan depan kita bilang ke orang tua kita." Lanjutnya.

Gue mendongak. "Kenapa bulan depan?"

"Nunggu aku selesai olimpiade dulu, sayang. Gapapa, ya?" Jawabnya, menaikan alisnya.

Setelah terdiam beberapa lama, gue menangguk juga. "Iya." Jawab gue.

Selanjutnya kak Hessa mengecup pucuk
kepala gue, dan setelah itu dia semakin mendekap tubuh gue dalam pelukannya.

"I love u and i never leave you."

—O—

WhiteoutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang