20. Whatsup?

520 52 2
                                    

"Pokoknya gua mau bilang makasih, karena setelah kenal sama lo, Sehan jadi berubah."

Ucapan laki-laki di hadapan gue ini alias kak Jake hampir aja membuat gue tersedak minuman gue sendiri. Beruntung masih bisa gue tahan. "Maksudnya, gimana kak?"

Sejenak kak Jake mengangguk, lalu meneguk colanya sebelum menjawab. "Iya, semenjak kenal sama lo Sehan jadi banyak berubah, jadi lebih baik tapinya, ya." Ujar kak Jake.

Gue masih nggak mengerti.

Maksudnya gimana? Semenjak kenal sama gue kak Sehan jadi banyak berubah? Menjadi lebih baik? Tapi, kenapa?

"Sehan dulu beda banget sama Sehan yang sekarang." Ujar kak Jake lagi ketika dia mendapati gue hanya terdiam seperti kebingungan. Bukan seperti, tapi memang benar gue bingung.

"Beda gimana?" Sekali lagi gue bertanya.

"Beda, Nya. Sehan dulu tuh dinginnya gak ketulungan, diem, cuek, jutek, kayak gak ada tanda-tanda kehidupan." Kak Jake tampak antusias bercerita. "Beruntung aja gua, dia sama Jay udah temenan dari SD." Lanjutnya.

"Dia kayak gitu karena mama papanya sibuk, jadi jarang ada waktu, dan kalo adeknya waktu kecil diurus sama neneknya, jadi, Sehan tuh kayak merasa sendirian terus."

"Pacar gak punya, temen juga paling cuma gua sama Jay yang dia percaya. Dan lo, lo itu terbilang hebat, Nya, bisa bikin Sehan jadi kayak sekarang." Kak Jake menggeleng-gelengkan kepala kayak gak nyangka.

Tapi sebentar, dari tadi kak Jake terus-terusan mempraising gue seolah-olah gue punya pengaruh besar terhadap kak Sehan.

"Jadi, kak Sehan berubah gara-gara aku?" Tanya gue, berani bertanya begitu karena jujur sejauh ini gue belum paham maksud dan tujuan kak Jake bicara soal ini apa.

Entah untuk yang keberapa kalinya kak Jake mengangguk. "Iya, Anya. Lo itu bawa pengaruh besar buat Sehan." Jawab kak Jake seolah dia baru aja membaca isi dalam pikiran gue.

"Dia jadi lebih aktif, banyak ngomong, bahkan sampe jadi ketua MPK pas kelas sebelas." Lanjutnya, terkekeh gak percaya.

"Mau tau gak? Dia join MPK gara-gara lo."

"Hah?!" Lagi-lagi gue terkejut mendengar kak Jake bicara. "Ma— maksudnya gara-gara aku gimana? Perasaan aku baru kenal sama kak Sehan belum lama, dan, aku juga bukan anggota MPK, sedangkan kak Sehan kan jadi ketua MPK waktu dia kelas sebelas."

"Makanya apa-apa jangan pake perasaan." Kak Jake menyahut gue segera. Membuat gue sontak tertohok mendengar kata-kata yang dilontarkannya barusan.

Lalu dia tertawa dan kembali meminum colanya. "Lo inget, nggak? Dulu waktu lo pelantikan MPK lo disuruh apa sama si Jidan, ketua MPK sebelum si Sehan yang sekarang udah lulus."

Sekejap, naluri pikir gue berputar mengarah kepada kejadian satu tahun lalu yang dimaksud oleh kak Jake.

Dulu, gue diminta buat foto dengan gaya lucu sama kakak kelas cowok yang terkenal alias kak Sehan. Sengaja, karena kak Sehan itu terkenal akan dinginnya, dan jutek juga.

Awalnya gue pikir gue bakal ditolak mentah-mentah, tapi begitu gue menghampiri dia yang lagi nongkrong sama teman-temannya ditaman belakang, dia mau bantu gue. Bahkan kak Jake yang potoin. Kalau kak Jay yang suruh kita bergaya begini dan begitu.

WhiteoutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang