36. Bad Blood

285 67 2
                                    

★Happy reading Besties★
★Your vote& comment are so precious for me★




36. Bad Blood



Naya mendesis dengan sorot mata menajam. Sedari tadi, Cilla—panggilan akrab Priscilla, tak henti-hentinya membicarakan tentang ayahnya. Ia tak tahan lagi mendengar Cilla yang semakin bersemangat membicarakan ayahnya dengan bangga.

“Dengar, nggak semua orang seberuntung lo. Jadi tolong stop ceritain tentang bokap lo.” Naya mencengkeram tangan Cilla. Ia yakin akan meninggalkan bekas pada kulit halus gadis itu.

Dua temannya yang lain tiba-tiba berhenti mencari sesuatu yang mereka inginkan. Keduanya mendekati Naya dan Cilla. Beruntung, saat ini tidak ada orang lain yang berada di dekat mereka.

“Lo kenapa, Nay?” tanya Cilla. Ia terlihat kebingungan dengan Naya yang tiba-tiba marah kepadanya. Cilla tak tahu apa yang salah dari ceritanya.

Naya membuang wajahnya ke arah lain. Tangannya kini sudah dimasukkan ke dalam kantong hoodienya. Ia benci mengatakan ini, tapi ia lebih benci mendengar cerita berlebihan tentang ayah sahabatnya itu.

“Lo banggain bokap lo di depan orang yang benci dengan ayahnya.” Naya menjeda sebentar ucapannya. Gadis itu terdengar membuang napas. “Stop romantisasi ayah adalah cinta pertama anak perempuannya.”

Cilla terdiam. “Semua ayah di dunia ini memang cinta pertama anak perempuannya, Nay. Kalau lo ada masalah dengan ayah lo, lo harusnya minta maaf.”

Dila dan Inessa menahan napas sebentar. Mereka yang lebih dulu berteman dengan Naya telah tahu bagaimana gadis itu sebenarnya, termasuk hubungannya dengan ayahnya.

Di depan Cilla, Naya menahan tangannya untuk tidak berlaku kasar pada gadis itu.

“Lo pernah digampar nggak sama bokap lo?” Naya menatapnya sengit.

Cilla terkejut, mata gadis itu membola.

Naya mendengkus. “Gue balik duluan, kalian lanjut aja.” Gadis itu segera meninggalkan teman-temannya.

Mereka awalnya datang ke mall untuk bersenang-senang, tapi semua berubah kacau sejak Cilla membicarakan tentang hari ayah yang sebentar lagi akan tiba.

“Gue bakal nyusul Naya, takut dia nanti kenapa-napa.” Dila pergi dengan langkah terburu-buru.

“Naya dengan ayahnya nggak akur ya, Nes?” tanya Cilla. Gadis itu tiba-tiba merasa iba dengan Naya.

Inessa menipiskan bibirnya. “Bisa dibilang gitu.”

Sementara itu, Dila berhasil menyusul Naya. Ia menarik gadis itu menjauh dari keramaian.

“Cilla nggak ada maksud buat ngomong gitu, Nay. Dia nggak tau apa-apa.”

“Dia udah nggak tau, tapi malah sok tau. Pengen gue cabein bibirnya.” Naya terlihat masih marah dan kesal.

Dila tertawa kecil. “Mau main ice skating?”

“Kuy!” Naya merangkul gadis itu.

Dila memang paling tahu cara membuat Naya merasa baikan setelah hal tadi. Ia juga pernah berada di posisi Naya. Ayahnya yang dulu juga adalah orang yang kasar dan tidak berbelas kasihan.

Namun sekarang tidak lagi. Ibunya telah bercerai dan menikah dengan pria yang berbeda jauh dengan ayahnya.

Ƹ̵̡Ӝ̵̨̄Ʒ

Jam delapan malam tepat, Naya pulang ke rumahnya. Gadis itu terpaksa pulang secepat itu karena Satria hanya memberikannya izin sampai pada waktu itu. Padahal Naya ingin bertemu dengan Valen, Alex, Poppy, dan teman-temannya yang lain. Sejak Satria masuk ke kehidupannya, gadis itu tidak bisa sebebas dulu.

His Favorite GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang