48. Be Enemies

274 63 3
                                    

48. Be Enemies



Gadis itu memegang pipinya yang terasa panas setelah sebuah tamparan mendarat di sana. Lalu beralih menatap perempuan di depannya dengan senyum mengerikan. Perempuan yang selama ini hanya menunjukkan sikap manisnya ternyata punya sisi lain.

Gadis itu memang tak salah menilai sejak awal pertemuan mereka. Mengikuti permainannya dan membiarkan perempuan itu merasa  telah menang.

"Kesel, ya? Rudy ngajak balikan sama gue, lo mah bukan siapa-siapa lagi buat dia." Gadis itu tertawa mengejek membuat perempuan di hadapannya semakin murka.

Maju selangkah, menilai penampilan sosok di hadapannya dari atas ke bawah. Wajah perempuan itu memang cantik, lebih cantik darinya. Tapi, ia sama sekali tidak iri dengannya.

Melipat kedua tangannya di depan dada lalu menyandarkan tubuhnya ke dinding. "Sayang banget kita harus jadi musuh," ucapnya lalu melepas kacamatanya.

"Tapi bagusan gitu sih. Gue alergi sama penipu. Eww!" Matanya menatap jijik siswi itu.

Siswi yang tadinya diam mendengarkan semua itu kini maju lalu melayangkan tangannya untuk kedua kali ke arah pipi gadis seusianya.

"Ups, ketangkep," ejek gadis itu saat berhasil menahan tangan yang ingin berlaku kasar lagi padanya.

"Sandra, Sandra. Kalau mau sok hebat, liat dulu dong lagi lawan siapa." Setelahnya, Naya—gadis itu, memelintir tangan berkulit halus itu  hingga rintihan kesakitan terdengar.

"Lepas!" Perempuan itu berteriak.

Naya tertawa kencang. "Sakit, ya?" tanyanya mengejek.

Sandra menarik rambut Naya hingga beberapa helai tercabut. "Bangsat!"

Meski sakit, Naya tak mengeluarkan rintihannya sedikit pun. Gadis itu segera menjatuhkan tubuh Sandra ke lantai. Kemudian mnindihnya dan balas menarik rambut gadis itu.

"Mau lagi?" tanya Naya di samping wajah Sandra. Wajahnya merah padam pertanda bahwa Naya benar-benar sangat marah.

Sandra tak tahan dengan rasa sakitnya, ia menangis. Ia melirik netra lawannya sudah menggelap. Naya yang sekarang benar-benar berbeda dengan yang biasa ia temui. Seolah gadis itu juga punya sisi iblis yang disembunyikannya.

"Lepas, Nay." Sandra berusaha memukulnya.

Naya tertawa kecil. "Lepas? Cepet banget. Salah satu di antara kita harus ada yang pingsan."

Naya tahu gadis itu benar-benar kesakitan, tapi ia belum puas menyiksanya. Sandra telah membuatnya marah besar. Gadis itu memintanya menjauhi Rudy setelah memfitnahnya melakukan hal yang tidak-tidak. Tuduhan itu membuat banyak siswa lain yang membicarakannya.

Naya tahu memang salahnya juga mau mengikuti permainannya. Tapi Naya tak akan menyangka mereka akan sampai sejauh ini.

"Gue bisa mati, Nay." Suara Sandra melemah dan di saat itulah Naya melepaskan Sandra.

Sandra berusaha bangkit berdiri. Penampilannya benar-benar berantakan dan seragamnya juga kotor. Ia menatap Naya takut.

"Segitunya lo suka sama cowok sampai bisa sedrama ini. Lo gak malu ngejar-ngejar cowok yang jelas-jelas gak suka sama lo?"

Naya memakai kembali kacamatanya. Mengembuskan napas singkat lalu tersenyum miring. "Murahan banget."

Ƹ̵̡Ӝ̵̨̄Ʒ

"Gue percaya kok sama lo, Nay."

Suara itu menghentikan gerakan siswi yang ingin mengambil minuman dingin. Ia menutup showcase cooler setelah meraih sebotol yoghurt. Berbalik, sedikit mendongak untuk menatap mata cowok itu.

His Favorite GirlTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon