47. Unrequited Love

278 55 12
                                    


47. Unrequited Love

Menonton film hanyalah sebuah alibi Rudy. Setelah alasan Naya yang terkesan tiba-tiba memutuskannya waktu itu ia ketahui dari seorang teman, Rudy menyiapkan malam ini untuk mengakhiri semua kebohongan gadis itu. Gadis yang pernah ia sukai, dulu.

Setelah film selesai diputar, Rudy mengajaknya ke sebuah restoran Jepang.

"Lo disuruh Sandra kan buat putusin gue?"  Rudy menatapnya intens.

Naya masih mengunyah makanannya, jarang-jarang ia bisa makan di tempat seperti ini karena tidak ramah bagi kantongnya yang selalu saja kering. Ayahnya benar-benar pelit dalam memberikannya uang jajan, tapi untuk istri mudanya selalu diberi lebih.

Mendengar perkataan Rudy, Naya hanya berdeham singkat lalu melanjutkan makannya.  Menghabiskan menu yang satu lalu beralih ke menu lainnya. Sampai-sampai Rudy tak memakan satu pun.

"Udah kenyang, Nay?" Rudy tertawa kecil. Naya seperti orang yang belum makan berhari-hari sampai bisa menghabiskan semuanya sendiri.

"Belum," balas Naya sambil tertawa.

Rudy melongo. Ia tak bisa mempercayai kata-kata gadis itu. "Belum juga?"

"Kenapa? Udah abis duit lo?"

"Masih ada, Nay. Tenang aja gue siap traktir lo lagi."

Naya meliriknya sinis. "Sombong banget."

Ada hening sesaat sampai akhirnya Naya kembali bersuara. "Abis ini ke rumah makan, ya. Rumah makan Padang."

Rudy tak tahan mendengar kejujuran Naya yang jatuhnya tidak tahu malu. Ia mencubit pipi gadis itu yang sekarang tampak lebih berisi.

"Gue mau kasih tau sesuatu, Nay." Rudy kembali dalam mode serius.

Naya menunggu Rudy melanjutkan ucapannya.

"Gue tau kenapa lo mutusin gue. Sandra gak sakit, Nay. Lo dibohongin."

Naya menyeruput minumannya. Cukup tenang saat tahu bahwa Rudy telah mengetahui hal itu.

"Kita balikan, ya?" Rudy memohon.

Naya menggeleng—menolak ajakan cowok itu. Ia kira kisahnya bersama Rudy cukup sampai di hari itu.

"Gue nggak mau." Naya menegaskannya, tapi di bagian ruang hatinya ada perasaan sesak yang menghimpit. Naya tak tahu apa artinya itu.

Rudy menunduk—menyembunyikan raut sedihnya dari gadis itu. Naya tak boleh melihatnya dalam keadaan seperti itu.

"Kenapa?" lirih Rudy.

Naya ikut merasa sakit mendengar suara cowok itu. Tapi ia mengabaikannya, menganggap bahwa hal itu terjadi karena tak setega itu melihat kekecewaan laki-laki di depannya.

Sudah beberapa detik Rudy menunggu Naya menjawab pertanyaannya. Namun gadis itu mendadak bisu.

"Alasan lo putusin gue kan karena Sandra sakit dan sekarang lo tau Sandra baik-baik aja."

Naya masih bungkam.

"Gue sayang banget sama lo, Nay. Sekeras apapun lo berusaha buat gue ilfil sama lo, lo gak akan bisa."

Naya menghembuskan napasnya lelah. Cowok itu sekarang ada di fase bucin. Sekeras apapun dia menolak, Rudy tak akan mendengarkannya.

"Serah lo deh. Capek gue sama lo. Mau lo suka sama gue, cinta sama gue, atau benci sama gue, gue gak peduli."

Rudy mengepalkan tangannya. Kenapa Naya sesulit  itu untuk menerimanya? Apa ia tak cukup pantas untuk gadis itu? Apa Naya tak bisa melihat kesungguhannya?

His Favorite GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang