Renjun berjalan memasuki rumahnya sambil mengurut pelan pelipisnya. Jungwon benar benar mengantarnya pulang sampai depan rumahnya. tapi belum sampai ia membuka pintu tubuhnya lebih dulu ditarik oleh Haechan.
"Haechan, ada apa?"
"APA YANG KAU KATAKAN PADA HEEJIN? BAGAIMANA BISA IA TAHU SEMUANYA?"
Renjun mengernyit bingung.
"Apa maksudmu?"
"JANGAN BERPURA PURA!KAU PIKIR AKU BODOH! KAU MENGATAKAN PADA HEEJIN KALAU KAU KAKAKKU, KAN? HEEJIN SUDAH TAHU SEMUANYA! DAN SEKARANG IA SANGAT MARAH PADAKU. APA SAJA YANG KAU KATAKAN, HAH!"
"Aku memang bertemu dengannya tadi pagi, tapi aku tidak mengatakan apapun padanya Haechan. Kami hanya saling menyapa. Aku benar-benar tidak tahu."
"Kau pikir aku bodoh! AKU TAHU KAU BERBOHONG, KAN! KAU MENGATAKAN SEMUANYA AGAR IA MENJAUHIKU, KAN! KAU! Mengapa kau selalu saja merenggut kebahagiaanku?" Ungkapan sang adik mampu membuat hatinya mencelos seketika. Ucapan-ucapan seperti itu yang selalu membuat dirinya merasa bersalah. Ucapan-ucapan yang selalu membuat air matanya lolos begitu saja tanpa seizin nya.
"MENGAPA?"
"MENGAPA HARUS AKU YANG MEMPUNYAI SAUDARA SEPERTI MU?"
"Mengapa? Mengapa aku harus menjadi adikmu?" Suara Haechan melirih, namun tangannya terkepal kuat.
"SIALAN! APA DOSAKU? KENAPA AKU HARUS MENJADI ADIKMU?" Pemuda itu hampir saja mendaratkan sebuah pukulan ke perut sang kakak, jika saja ia tidak ingat kalau luka di perut Renjun itu belum kering.
Akan sangat jahat jika ia melakukan itu.
Sedangkan Renjun ia memejamkan matanya bersiap jika pukulan itu benar benar mendarat di perutnya.
Haechan hanya mengerang frustasi sekarang.
"Aarrrgh! MENGAPA? MENGAPA SELALU SAJA SEPERTI INI? AKU SANGAT SANGAT SANGAT MEMBENCIMU! TAPI MENGAPA AKU SELALU TIDAK TEGA MENYAKITIMU? AKU SELALU TIDAK TEGA MEMUKULMU! JIKAPUN ITU TERJADI MENGAPA AKU SELALU MENYESAL SETELAHNYA?" Tanpa sadar air mata Haechan mulai mengalir di pipinya.
"Saeng." Ucap Renjun lembut membuat isakkan sang adik semakin menjadi.
Tak lama Haechan menghapus kasar air matanya.
Dengan tangan yang sedikit gemetar ia mulai mencekik leher sang kakak.
"MENGAPA RENJUN? KAU SELALU SAJA MEMBUATKU JAUH DARI ORANG-ORANG YANG KU SAYANG!"
"Ngh...uhuk... uhuk Chan."
"KAU TAHU BETAPA BERHARGANYA HEEJIN BAGIKU? KAU TAHU BETAPA FRUSTASI NYA AKU KARENA KEHILANGAN AYAH DAN BUNDA? KAU TAHU AKU HAMPIR MATI! AKU SUDAH HAMPIR TENGGELAM JIKA SAJA HEEJIN TIDAK MENOLONGKU!"
Renjun tertegun. kini sakit di kepalanya sudah tidak terasa berarti lagi.
"Ma-af uhuk Chan, lepas."
"Ia itu bagaikan pelangi di hidupku. AKU TIDAK INGIN KEHILANGAN NYA! Tapi kau!"
"Aku ti-dak tahu sungguh hah."
YOU ARE READING
7 Hari
General Fictiontentang waktu yang harus dimanfaatkan. tentang waktu yang tak dapat diulang. tentang waktu waktu terakhir bersama nya. Tentang waktu 7 Hari sebelum selamanya... dan tentang penyesalan yang datang ketika menjelang akhir. namun belum terlambat bukan? ...
