23. Ancaman

540 51 0
                                    

Jihoon melipat kedua tangannya di atas meja. Pemuda itu lantas menjatuhkan kepalanya di sana.

Pikirannya tertuju pada sang adik.

Plak...

Eric menepuk bahu sahabatnya itu sedikit kuat.

"Ck, ganggu aja, lo."

"Perasaan ngelamun mulu, lo dari kemarin. Mikirin apaan, sih?"

"Iya, tuh. Kenapa, sih?" Timpal Hyunjin.

"Lo, juga Hyunjin. Dari kemarin perasaan lo seneng banget ada apa, sih?"

"Ya, senenglah pokoknya. Jihoon, kalau ada apa-apa cerita sama kita." Ucapnya mengalihkan pembicaraan.

"Gua."

"Hufth. Jungwon. Sudah satu Minggu dia ga nemuin gua. Bahkan untuk sekedar datang ke rumah maupun kelas saja, ia tidak melakukan selama satu Minggu ini."

"Saat papasan pun dia sama sekali ga nyapa gua." Adu Jihoon lesu.

"Kira-kira kenapa, ya?"

"Capek kali dia lo cuekin terus." Jawab Eric sekenanya.

Sedangkan Hyunjin tertawa kecil.

"Kenapa lo heran? Kan memang itu yang lo mau."

Jawaban Hyunjin mampu membuatnya bungkam seribu bahasa.

_____________________

"Kemoterapi Renjun akan dilakukan 45 menit lagi, Jaemin kau berangkatlah. Jangan khawatir aku akan menjaganya."

"Ya sudah, aku berangkat, ya. Jaehyun hyung, aku titip hyungku, ya."

Renjun tersenyum lantas mengacak Surai hitam sang adik yang sudah tersisir rapi, kala kecupan kecil itu diberikan oleh sang adik tepat di keningnya.

"Hati-hati, hm."

Jaemin hanya mengangguk lucu, setelahnya ia mulai beranjak menuju sekolahnya.

_____________________


"Mark."

"Mina, duduklah."

"Ekhem, sebelumnya maaf jika aku lancang."

"Ya, ada apa? Katakan saja, aku tidak apa-apa."

"Aku merasa ada yang aneh."

Mark mengerutkan keningnya, bingung. Namun, lelaki itu tidak ingin memotong ucapan Mina.

"Kau bilang orang tuamu menitipkan sebagian warisan untuk kalian pada paman Baekhyun, kan? Kira-kira mengapa mereka harus merahasiakan itu? Memang karena firasat atau mungkin-" Gadis itu menjeda sejenak ucapannya.

"Mereka tahu kalau sudah ada yang berencana akan merebut hak kalian."

"Begini Mark, kau ingat kasus Renjun? Aku curiga pada orang yang melukainya."

"Kau benar! Mungkin mereka melakukan itu karena Renjun tahu sesuatu. Dan karena Renjun selamat dari kecelakaan itu."

"Kau tidak tanyakan siapa orangnya?"

Mark menggeleng pelan.

"Aku tidak tega. Ia nampak sangat trauma."

"Tapi aku tidak bisa diam saja. Kalau begitu aku akan pulang 3 hari lagi."

"Aku akan coba tanyakan perlahan."

________________________


Ceklek

7 HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang