37. Waktu Untukmu

662 71 9
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم...

Part ini puaanjaaaaaang banget, jadi bacanya pelan pelan aja, ya biar nge feel.

Semoga setelah ini kalian paham kenapa judulnya 7 Hari, dan apa itu 7 Hari.

.......

...7 Hari...

Padahal baru kemarin sore Renjun bangun, pemuda itu sudah merengek meminta pulang. Karena kondisinya yang mulai membaik berakhir lah Jaemin luluh dan membiarkan kakak nya itu mendapatkan perawatan di rumah, mulai malam nanti. Kini ke tujuh bersaudara itu sedang menikmati sarapan pagi mereka di taman rumah sakit. Diam diam Mina memoto ketujuhnya yang sedang memakan masakannya itu dengan lahap. Tawa kecil gadis itu mengundang perhatian calaon suami dan adik iparnya.

"Kau memoto-ku?"

"GR! Aku memoto adik adikku. Karena kamu-nya ditengah tengah, jadi ikut ke foto, deh." Raut kesal Mark mengundang tawa adik adiknya.

"Apa? Sudah tertawanya, tidak lucu! Lanjutkan makannya, nanti tersedak."

"Jaemin, kau bawa tensimeter? Sepertinya tekanan darah Mark hyung naik." Jaemin menepuk keningnya, menjiwai.

"Aduh! ketinggalan, Haechan hyung." Keduanya tertawa, namun tak berlangsung lama, kini tawa itu berubah menjadi teriakan kala si sulung menjewer telinga kedua adiknya itu.

"Aaa, Renjun hyung tolooong!" teriak, Haechan.

Tawa menghiasi hari Renjun kali ini, dari pagi hingga malam. Sungguh, pemuda itu sangat bahagia. Senyum indah tercipta di wajahnya ketika sederet huruf berhasil ia rangkai menjadi kalimat dalam buku hariannya.

Setelah selesai dengan diary-nya, Renjun berjalan menuju balkon kamarnya, menatap langit malam yang penuh bintang, serta menikmati suasana malam yang begitu tenang dan nyaman, mengabaikan rasa sakit di kepalanya yang telah kalah dengan rasa bahagia di hatinya.

"Renjun? Sedang apa di situ? Belum tidur?"

"Hyung, juga belum tidur?"

"Masuk. Di luar dingin."

"Sebentar lagi, ya?" Mark tersenyum manis, lantas ikut menatap bintang bersama sang adik.

Sepuluh menit berlalu. Keduanya masih setia menatap pemandangan langit malam itu.

"Hyung, minta maaf, ya?"

"Maaf, belum bisa menjadi kakak yang baik untuk kalian semua. Terutama untukmu."

"Kau, tahu? Setelah hari itu, aku kewalahan mengurus mereka tanpamu. Selama ini aku terlena dengan hidup yang penuh kebebasan di perantauan. Hingga, aku lupa dengan adikku yang mati matian membantuku."

"Aku bodoh karena berhasil ditipu oleh wanita. Dan membuat adik adikku terlantar."

"Yang lalu biarkan berlalu, hyung. Kita mulai semuanya dari awal." Senyuman Renjun yang tulus menular pada si sulung.

"Kau tidak ingin memelukku? Aku rindu adik kecilku." Tanpa basa-basi Renjun memeluk tubuh si sulung. Melepas rindu antara keduanya. Menghapus gengsi dan ego yang pernah singgah sebelumnya.

Air mata Mark lolos tanpa seizinnya, mengungkapkan penyesalan yang teramat dalam dari pemuda itu.

"Sakit Hyung pelan pelan." Mark melepaskan genggaman erat tangannya di pergelangan tangan Renjun.

"Apa saja yang kau lakukan?"

"Ma... Maksudmu?"

"BODOH! APA YANG KAU LAKUKAN PADA ADIK ADIKKU SELAMA INI? KAKAK MACAM APA KAU? MENGAPA JENO BISA SAMPAI SEPERTI INI? APA KAU TIDAK BERUSAHA MENCEGAHNYA? DASAR TIDAK BERGUNA!"

7 HariWhere stories live. Discover now