31. Perjuangan

603 64 7
                                    

Breaking news...

Di duga karena frustasi seorang narapidana berinisial HS tewas setelah meminum racun. Saat hendak di tangani oleh pihak medis, sebelum meninggal dunia wanita itu terus mengatakan, "Ibu jahat! Aku telah menjadi pembunuh karena ibu." Saat ini.....

"Innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un." Renjun menghela napas berat. Se-marah apapun ia pada bibi-nya itu, ia tak akan pernah bisa menghapus kenyataan bahwa wanita itu tetaplah putri kakeknya.

Setelah beberapa saat pemuda itu, melanjutkan kembali pekerjaan-nya, agar ia dapat segera pulang.

Di ibu kota ini, Renjun dan Jaemin benar-benar membuka lembaran baru. Pemuda mungil itu kini bekerja di sebuah minimarket dari pagi hingga siang, kemudian mencuci piring di sebuah restoran dari pukul 14.00 hingga pukul 19.30. Jaemin tak mengizinkan kakak nya itu bekerja sampai larut malam seperti dulu.

Pemuda manis itu, kini menjadi mahasiswa di sebuah perguruan tinggi yang masyhur. Dengan tabungan keduanya serta kecerdasan yang Jaemin miliki, pemuda itu dapat belajar disana.

Jaemin sendiri, tak jarang membantu Renjun bekerja. Pemuda itu juga bekerja part time guna meringankan beban sang kakak.

Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Renjun bergegas pulang. Rumah yang mereka tempati saat ini lebih kecil dari yang dulu. Hanya ada satu kamar di dalamnya.

Namun, ketenangan, kenyamanan serta kebahagiaan dapat mereka rasakan di dalamnya. Tak ada lagi pertengkaran serta teriakan-teriakan yang tak mengenakan hati.

Dan tanpa terasa, keduanya sudah satu tahun disana.

Sesampainya di rumah, pemuda itu disambut dengan secangkir teh hangat buatan sang adik.

"Hyung." Jaemin tampak ragu-ragu menyampaikan ucapan sang dosen pada kakak kecilnya itu.

"Ada apa?"

"SPP," cicitnya. Pemuda itu menunduk dalam, mengundang secarik senyuman di wajah manis sang kakak.

"Iya, nanti hyung siapkan uangnya. Jaemin hanya perlu belajar yang giat, supaya nanti menjadi dokter hebat." Jaemin mengangguk lucu.

"Hyung."

"Hm?"

"Doakan, ya? Nanti saat peringatan ulang tahun kampus, ada beberapa lomba sesuai jurusan. Yang menang dapat beasiswa, hyung. Juara 3, satu tahun, juara 2, dua tahun, juara pertama, 3 tahun."

"Iya. Semoga adik hyung menang."

___________

Tak dapat di pungkiri, semakin hari kondisi kesehatan Renjun semakin menurun. Pemuda itu, kini tengah menahan sakit di tubuhnya, sendirian.

Penyakitnya kambuh disaat sang adik belum pulang.

Renjun hanya dapat pasrah sekarang.

"Uhuk... Uhuk... Tolong," lirihnya. Sejak tadi pemuda itu tak berhenti meneteskan air mata.

"Nana, hyung takut. Hyung juga tak ingin meninggalkan Nana sendiri. Tapi, terkadang hyung juga merasa tidak sanggup lagi menahan sakit ini."

"Sakit sekali, Na."

"Terkadang, hyung ingin menyerah."

"Tapi, hubungan persaudaraan kita dengan yang lainnya masih rusak."

"Ya, Allah. Aku hanya ingin setelah aku pergi, keluargaku kembali bahagia, seperti dulu."

7 HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang