1.8 - Welcome to Osaka

727 114 22
                                    

—————

Pagi ini, Mina sudah membuat keputusan yang bulat. Bertepatan dengan jarum jam yang menunjuk pada pukul lima Pagi hari, tangannya kini masih sibuk memasukkan beberapa helai pakaian kedalam sebuah koper ukuran besar yang tentunya memasukkan semua barang-barang penting lainnya.

Hari ini dan mulai detik ini bertepatan dengan hari ulang tahunnya. Mina dengan keputusan yang benar-benar sudah dia tetapkan pun akan pergi meninggalkan Kota kelahiran untuk menjauh dan menyembunyikan diri dari orang-orang yang pernah mengenal mau pun membuat kesalahan.

Luka dihatinya tidak akan kunjung hilang dan perasaannya juga tidak akan pernah tenang jika masih berdekatan dengan orang-orang tertentu. Tidak ada seorang pun yang tau jika ini hari keberangkatan Mina menuju Osaka—Jepang untuk mencari ketenangan secara sendiri.

Disaat tangan Mina meraih beberapa pakaian pun sebuah surat didalam dokumen itu berjatuhan semua membuat lantai dikaki nya kini dipenuhi oleh beberapa kertas yang bahkan tidak pernah rasanya Mina simpan didalam lemari pakaiannya.

"Dokumen hijau?" monolognya berusaha berfikir keras sambil tangannya kembali mengumpulkan kertas-kertas dibawah sana hingga Mina menemukan sebuah kartu keluarga.

Awalnya kertas kartu keluarga Myoui itu memang akan Mina masukkan kembali akan tetapi entah mengapa matanya malah sibuk membaca setiap deretan kata yang menuliskan nama orang tua, nenek kakek, serta ada namanya juga disana.

"Myoui Mina, anak dari Myoui Juhan dan Myoui Byura yang sekarang akan segera pergi meninggalkan tempat ini." lirihnya terdengar pilu. Beberapa kali Mina memaksakan senyuman agar dirinya tidak dilanda sedih terlalu dalam. Tangannya juga meraih beberapa polaroid yang sengaja dirinya cetak sebagai kenangan. Ada album foto juga, disana terdapat beberapa aktivitasnya bersama ibu dan ayahnya sendiri. Ayah yang hobi memancing setiap minggu dan berladang sedangkan ibunya hobi memasak hasil dari tangkapan ayahnya. Beberapa foto didalam album itu juga berisikan ketiga orang disana yang pernah berlibur ke luar Negeri tepat ketika Mina sudah ditetapkan sebagai seorang Dokter bedah. Itu adalah hari yang paling bahagia, tentu saja.

Mina kembali memasukkan kartu keluarga miliknya itu kedalam map dan juga kopernya untuk dibawa kemana pun dirinya pergi. Hanya itu yang bisa Mina bawa bersama mulai hari ini, sebab bagaimana pun memang sudah sepatutnya tidak ada lagi harapan bagi dirinya meminta kedua orang tuanya tetap ada.

Sakit walau tidak berdarah. Dirinya harus bisa menjadi sosok anak tunggal yang mampu menahan diri dari segala ujian yang diberikan sebab dulu Mina pernah mendengar, sebuah ujian pasti memiliki akhir yang bahagia jika kita bisa menjalaninya dengan baik. Dan mungkin kalimat itu diarahkan untuknya.

Kembali menyeka bagian pipi berisinya. Menatap dalam kamar yang sebentar lagi akan dirinya tinggalkan, selamanya. "Eiy, kamar. Kita akan segera berpisah setelah ini, jangan sampai kalian memberi tau ku ada dimana, ya." ucapnya seolah sedang berbicara dengan seseorang.

Ponsel diatas nakas milik Mina pun berdering dengan nomor yang tidak dikenal, tanpa berlama-lama pun jemarinya segera mengangkat dan mengarahkan benda pipih itu kearah telinganya.

'Halo, Taksi pesanan anda sudah didepan alamat yang diberikan.'

"Ah, baiklah. Tunggu sebentar, aku akan membawa koperku dulu kebawah dan mematikan beberapa lampu terlebih dahulu."

'Baiklah. Saya akan menunggu diluar kalau begitu.'

Mina segera mengakhiri panggilannya dengan supir taksi yang dipesannya, segera bangkit dari ranjang miliknya dan bergegas menyeret keluar kamar koper besar miliknya sekarang. Meninggalkan beberapa barang-barang yang tidak sepatutnya Mina bawa.

DOCTOR & CEO ✓Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ