2.8 - Keeping it from afar

638 114 20
                                    

Mina meringis tepat dibagian perutnya yang kini dirinya sedang berbaring diatas ranjang didalam kamar hotel. Sedangkan Wonhee panik setengah mati, seingat-ingat baru kali ini dirinya membantu mencari solusi untuk seorang ibu hamil yang mood nya memang tidak menentu. Dan, semua itu sudah dirinya jalani selama delapan bulan ini.

"Astaga, Mina. Sebenarnya apa yang sedang kau rasakan saat ini? Apa terlalu sakit? Mau ku antar pergi ke Dokter Evan lagi tidak?" tanyanya sembari mengusap bagian punggung itu dengan lembut. Mina pucat sekali ditambah dirinya enggan menerima makanan yang sudah masuk walau hanya satu sendok makan.

"Aku hanya masuk angin, Hee-yya. Kau jangan khawatir, pergilah dan lanjutkan pekerjaanmu, jika nanti aku memerlukanmu sudah pasti aku akan menelfonmu untuk segera datang kemari."

Wonhee menggeleng keras. "Bagaimana bisa aku meninggalkan seorang ibu hamil yang tidak lama lagi akan segera melahirkan? Mina, jika nanti kau terpeleset saat akan ke kamar mandi dan anakmu lahir disana bagaimana? Jangan sampai anakmu malu sendiri saat mengetahui fakta bahwa dirinya lahir didalam kamar mandi."

Mina hanya bisa terkekeh walau pun berulang kali tangannya mengusap bagian perut itu, yang mana bagian pusarnya sudah melenting keluar. Sering kali menjadi bahan tarikan oleh jemari Wonhee jika wanita itu gemas dan ingin merasakan sebuah tendangan kecil. Kadang, memang wanita Jang itu akan memilih tidur menginap disini hanya karena tidak ingin kejadian empat bulan yang lalu kembali terjadi. Ketika Wonhee sedang pergi berlibur akibat dipaksa oleh Jean selama beberapa hari hingga Mina terpeleset saat akan berjalan keluar dari kamar mandi. Beruntungnya, Jay bisa datang cepat saat menerima telfon darinya.

Pun Wonhee segera berangkat pulang dipagi buta, jam empat Pagi dari Jeju ke Osaka. Karena bagaimana pun jika sudah mendengar kalimat Mina yang jatuh dari suara Jay, itu artinya kejadiannya pasti sangat tidak disangka. Darah didalam kamar mandi sangat banyak saat Wonhee membantu untuk membersihkannya bersama Jay.

"Omong kosong. Ayolah, aku ini sudah dewasa dan kau tidak selamanya harus selalu bersamaku. Ingat kau juga harus bekerja, apa kau tidak ingin gajimu dikurangi akibat selalu datang terlambat?" Mina berusaha meyakinkan sahabatnya itu sembari memberikan beberapa ancaman yang bisa saja menjadi benar. "Pergilah, Hee. Aku akan menelfonmu jika terjadi sesuatu nanti pada Baby Boo."

"Baby Boo?"

Melihat Wonhee yang kebingungan sontak mengundang kekehan ringan Mina kembali menguar. Wanita Myoui itu mengangguk. "Iya, namanya Baby Boo."

Setelah dipaksa berulang kali pun barulah Wonhee menurut. Segera meraih tas bahunya beserta sebuah ponsel. Sebelum benar-benar akan pergi, tidak lupa juga dirinya menaruh makanan diatas nakas beserta buah yang sudah dikupas. Setidaknya bisa mengurangi gerakan Mina saat akan berjalan mengambil sesuatu.

"Aku pergi. Ingat jika terjadi sesuatu, pastikan ponsel selalu berada didekatmu." peringatnya yang diberi anggukan lesu selama beberapa kali.

"Iya ... Bawel."

Setelahnya, Wonhee benar-benar pergi. Menutup pintu dengan sangat pelan yang membuat Mina segera mengubah posisi untuk tidur dengan posisi menyamping. Tapi, baru saja Mina akan tertidur pun sebuah tendangan kecil kembali dirinya rasakan. Alhasil Mina jadi mengusap lagi agar tendangan itu bisa berhenti sebab kantuknya sudah semakin bertambah.

"Aegi-yya, Mommy sangat mengantuk. Biarkan Mommy tidur dulu ya? Nanti lagi bergeraknya saat Wonhee Eonnie mu kembali."

Pun setelah Mina berbicara pun tendangan itu mulai hilang begitu saja. Mina menarik sudut bibirnya, "Anak Mommy sangat pintar." pujinya.

Setelah menaruh bantal dikedua sisi tubuh, Mina segera menutup matanya. Cuaca Pagi sekitar pukul setengah tujuh ini masih lumayan dingin yang langsung mengantar dirinya pergi ke alam mimpi. Karena bagaimana pun, Mina sudah lelah menangis saat setelah Wonhee keluar dari kamarnya.

DOCTOR & CEO ✓Where stories live. Discover now