7

79 5 0
                                    

Co membanting hpnya, bagaimana bisa Film mengakui kesalahannya? Bagaimana jika nanti Film mengatakan semua kebenaran nya. Co tak ingin membusuk dipenjara, ia tak ingin berakhir dipenjara.

Co menarik nafas panjang, berusaha untuk mengendalikan diri, menjernihkan pikirannya.

Ia harus fokus pada tujuan awalnya, mengambil semua harta Singto, mengambil semua warisan yang Singto tinggalkan untuk anak semata wayangnya, dan tentu merebut Fiat dari keluarga Guy Sivakorn.

Fiat hanya sebagai alat saja, agar Co benar-benar menguasai semua harta Singto. Mana mau Co merawat Fiat, anak kecil itu menyusahkan, mengapa ia tidak mati saja seperti kedua orangtuanya? Bukankah rencana awal Co ingin membunuh mereka semua, tanpa ada yang tersisa. Tapi mengapa Fiat bisa selamat dari kecelakaan itu? Sungguh sial!

Oh! Haruskah ia membunuh Fiat? Itu bukan ide yang buruk. Co akan membuatnya seperti kecelakaan, sama seperti apa yang dulu pernah Co lakukan pada kedua orangtua Fiat.

...

Ciize berjalan dibawah sinar mentari yang begitu terik, hampir membakar kulitnya.

Jujur saja, sebenarnya Ciize ingin sekali berhenti kuliah. Ia tak memiliki wajah hanya untuk sekedar mengikuti pelajaran yang ada.

Ciize mendapat bullying karena masalah memperebutkan hak asuh Fiat. Banyak yang mengatakan jika Ciize tidak akan mampu merawat Fiat, bahkan banyak yang berkomentar negatif.

Seperti...

Udah keliatan bukan? Si Co orangnya ga tulus, mana bisa rawat Fiat.

Lagian juga, anaknya baru meninggal dia udah ribut hak asuh sama warisan, gila nih orang!

Ga yakin tuh bapak-bapak bisa ngerawat Fiat, rawat Singto aja kayanya ga bisa.

Kasian Fiat kalo di urus Ciize sama Co, nanti idup nya berantakan.

Ngerinya kalo Fiat diurus Co sama Ciize nanti ga sekolah, uangnya malah abis buat tuh bapak-bapak ga tau diri.

Tanpa sengaja Ciize menabrak seseorang, membuat buku-buku ditangannya terjatuh.

"Maaf." Ucap Ciize mengambil buku-buku nya.

"Ga papa, aku juga yang salah jalan ga liat-liat." Sahut gadis itu membantu Ciize mengambil buku-buku nya.

Gadis itu mengembalikan buku milik Ciize sebelum akhirnya ia pergi, Ciize tidak sadar jika gadis itu sedikit menyeringai, senyum tipis yang menandakan dirinya dalam target incaran.

Yah... Memang. Kini Ciize menjadi target New.

Gadis tadi?

Dia Alice. Ia sengaja menabrak Ciize agar ia bisa memasang alat penyadap suara di sisi tas Ciize, gerakan cepat yang Alice lakukan tak Ciize sadari, karna memang Ciize sedang dalam pikirannya. Ia tak fokus saat berjalan.

Mengapa New menargetkan Ciize? Sebenarnya tujuan New itu Co, namun terlalu sulit karena Co hampir tidak pernah membawa barang saat bepergian, jika menjatuhkan alat penyadap dalam saku pakaian atau celana itu akan sangat beresiko, New tak ingin Co menyadari jika kini dirinya sedang dalam pengawasan New. New akan membongkar semua kejahatan yang Co pernah lakukan.

"mission completed." Gumam Alice dengan seringaiannya.

...

New tersenyum tipis saat mendengar gumaman dari Alice.

Menyandarkan tubuh dengan menyeruput minuman hangat dari cangkir teh itu. New mengutak-atik hpnya, menghiraukan 2 pemuda yang kini tengah berbincang, entah apa yang mereka bicarakan.

Senyum lembut New tergambar, senyum yang bahkan belum pernah New tunjukan pada siapapun sebelumnya.

"Liatin apaan?" Tanya Off penasaran, ia bahkan sedikit mengintip apa yang menarik disana.

"Bukan apa-apa." Sahut New masih dengan senyum lembutnya, New berusaha untuk menghilangkan senyum itu, tapi ia tak bisa.

Off serta Arm yang ada disana menatap New curiga, yah... Mungkin saja New tengah mengirim pesan atau semacamnya dengan pemuda yang mungkin saja sedang mendekati New.

Karna penasaran, Off mengambil hp New, sempat terkejut saat matanya menatap pemuda manis yang kini tengah menggendong anak kecil, tampak begitu manis.

Off sering melihatnya di acara-acara TV belakangan ini, tidak hanya itu, ia juga sering melihat pemuda dengan tubuh mungil itu di media sosialnya, bahkan hampir memenuhi beranda media sosial Off.

New merebut kembali hpnya, menatap kesal Off yang masih tampak berpikir.

"Lu tau dia siapa?" Tanya Off, ia hanya penasaran saja. Tapi sebenarnya, Off sedikit tertarik pada pemuda manis nan menggemaskan yang ada disana. "Ade gua! Ngapa?!!" Sahut New galak.

Adik? Saudara New?

Kenapa Off tidak pernah tau jika New memiliki adik yang begitu menggemaskan? "Serius Ade lu? Kok ga mirip?" Sahut Off.

New melempar tatapan tajam. Apa maksudnya? Sudah jelas mereka mirip, mereka memiliki kulit yang bersih, wajah yang manis, yah... Meski adik nya, Gun memiliki tubuh yang kecil dan ramping.

"Maksud Gua, lu lebih manis." Lanjut Off tak ingin kena amuk New.

Tapi, jika boleh jujur. Adik New tampak lebih manis, Off tak bisa bohong jika ia menyukai pemuda manis dengan mata besar itu. Dan sepertinya ia lebih manis dari New.

"Kenalin ke gua bisa kali." Gumam Off. "Ga! Lu kan bau ajab, Sian nanti Ade gua ketularan bau ajab." Sahut New yang membuat Arm tertawa lepas.

Namun tawa itu tidaklah lama, karna kini ruangan itu hening. Bukan karna amarah New atau semacamnya, karna kini mereka dapat mendengar suara Ciize dan Co yang tengah berbincang.

New memperbesar volume agar dapat mendengar dengan jelas percakapan mereka.

"Pho? Mereka siapa?" Tanya Ciize, entah siapa yang Ciize maksud, New tidak mengetahuinya, mungkin ada tamu yang kini berkunjung kerumahnya.

"Kalian bisa pergi, aku mau bicara sama Ciize dulu." Ucap Co.

"Mereka orang yang Pho bayar, kalo kita ga dapet hak asuh Fiat, kita buat Fiat sama anak sialan itu mati." Sahut Co.

Jantung New seakan berhenti berdetak. Siapa yang Co maksud? Anak sialan? Apa mungkin Gun? Ia ingin membunuh Gun? Kenapa? Gun tidak bersalah disini, ia hanya ingin merawat Fiat.

Mengapa Co begitu tega hingga ingin membunuh Gun?

"Maksud Pho apa?"

"Ciize ga perlu tau, Ciize fokus aja sama kuliah Ciize."

New mengepal tangannya kuat, sungguh! Mengapa Co ingin mencelakai Gun? Apa hanya karena harta? Harta yang tak seberapa itu? Sungguh tamak! Hanya karna harta Co nekat membunuh Singto-Krist dan kini ia berniat melakukan hal yang sama? Begitu tak berharganya kah nyawa mereka?

Jika bisa, New ingin sekali membunuh Co dengan tangannya sendiri, ingin sekali melihat Co sujud memohon untuk melepas kan dirinya. Jika saja New memiliki semua keberanian itu.

Tapi, New masih memiliki akal sehat. Ia tak akan membuat tangannya kotor. Hukum masih berlaku dinegaranya. New akan menyerahkan Co pada pihak yang berwajib, biarkan pengadilan yang menentukan hukuman yang pantas untuk Co.

TBC...

09/01/22
Ni-Gun

TerrorWhere stories live. Discover now