10

79 6 0
                                    

Gun keluar dari kamarnya, ia baru saja menidurkan Fiat, bayi kecil itu terlalu lelah karena bermain dengan Off.

Sedikit ada senyum diwajah manis itu, senyum yang tanpa sadar terukir.

"Sekarang udah bisa senyum-senyum sendiri." Goda Papa Gun yang tentu membuat sang anak tersipu malu.

"Papa!!" Protes Gun dengan suara menggemaskan nya.

Gun mendudukkan diri diantara kedua orangtuanya, Gun hendak mengadu pada Pho nya, namun belum sempat Gun melontarkan kata-kata nya, Pho Guy sudah lebih dulu menggoda anak bungsunya nya.

"Tadi siapa? Pacar Gun? Cie yang udah punya pacar." Goda Pho Guy.

Gun sedikit menghela nafas. Mereka tidak memiliki hubungan itu, Gun bahkan tidak mengenal pemuda tadi, pemuda asing yang berhasil menyelamatkan nya.

Gun tidak menyahuti godaan kedua orangtuanya, pikirannya melayang memikirkan siapa sebenarnya pemuda asing itu? Fans? Gun tidak yakin akan hal itu.

"Euh... Pho, Papa. Tadi...ada ledakan disini." Cerita Gun yang tentu langsung menarik perhatian kedua orangtuanya, ledakan apa yang Gun maksud?

Gun menceritakan semuanya, meski awalnya Gun tak ingin menceritakan hal itu, tapi kedua orangtuanya harus tau bukan? Fiat dan Gun dalam bahaya saat ini, meski Off mengatakan mereka hanya mengincar Off.

...

Jari lentik New menari dengan indah di atas keyboard komputer miliknya, mengetik beberapa komentar serta me- upload sebuah gambar yang tentu akan menarik perhatian para netizen. New sudah lama menunggu waktu yang tepat untuk membocorkan kebenaran tentang Co, membeberkan siapa Co sebenarnya.

New meregangkan tubuhnya yang terasa sangatlah lelah, menarik nafas panjang lalu menghembuskan nya.

"Mau gua buatin kopi ga?" Tanya Tay yang hanya di jawab anggukan saja dari New.

Tay mengerti betapa melelahkan nya duduk seharian didepan komputer dan alat penyadap lainnya, tidak ada pekerjaan yang tidak melelahkan bukan?

Tay beranjak menuju dapur, membuatkan secangkir kopi hangat untuk membuat New merasa lebih rileks.

Tay tidak berlama-lama didapur, ia hanya membuat 2 cangkir kopi hangat untuknya dan untuk pemuda manisnya.

Membawa 2 cangkir itu dengan nampan, Tay segera menuju ruang dimana New berada.

Langkahnya terhenti, senyum lembut terukir diwajah tampan Tay. Ia melangkah masuk dengan langkah yang pelan, meletakan cangkir itu dimeja yang tentu jauh dari peralatan elektronik yang ada disana.

Sedikit memperhatikan New yang kini memejamkan mata, menggunakan tangannya sebagai bantalan. Tangan Tay menyingkirkan rambut yang menutupi wajah manis New, New pasti sangat amat lelah.

Tay beranjak mengambil selimut, menyelimuti tubuh New agar tidak kedinginan, meski sebenarnya Tay ingin sekali membawa New untuk tidur dengan nyaman di ranjang, tapi ia yakin, ia tidak memiliki cukup tenaga untuk menggendong New.

Dan sekali lagi Tay memperhatikan, mengusap sayang Surai gelap New. "Tidur yang nyenyak." Bisik Tay dengan begitu lembut sebelum akhirnya ia keluar dari ruangan itu tanpa lupa mematikan lampu agar New dapat tidur dengan lelap.

Tanpa Tay tau jika kini New tersenyum, entah apa sebabnya namun New merasa ada ribuan kupu-kupu yang memenuhi rongga dadanya, New tidak tau perasaan macam apa ini, New belum pernah merasakan hal ini sebelumnya.

Jantung nya berdebar cepat entah apa sebabnya, dan lagi hanya bisikan lembut dari Tay mampu membuat New tersenyum, apa yang salah dengannya?

New berusaha menyingkirkan semua itu, meski dalam otaknya terus saja berputar kalimat lembut Tay, New akan terlelap dengan kalimat Tay yang mungkin tidak akan berhenti berputar.

...

Ciize menatap layar hpnya, layar hp yang menunjukan segala macam komentar yang mengkritik dirinya serta sang ayah.

Banyak yang mengatakan hal buruk tentang dirinya, membandingkan sifat Ciize serta Gun. Ciize tau dia tidak sepandai Gun, mereka sangatlah berbeda. Ciize hanya beruntung memiliki saudara ipar seperti Gun.

Sejujurnya, Ciize ingin membangun hubungan baik dengan Gun. Ia selalu berkhayal dapat pergi berlibur dengan Gun, menghabiskan waktu bersama layaknya saudara.

Namun itu hanyalah mimpi yang tak mungkin menjadi kenyataan. Ayahnya selalu melarang Ciize untuk dekat dengan Gun, Co selalu mengendalikan Ciize, Co akan marah besar jika Ciize tidak menuruti perkataannya. Sangat melelahkan.

Jika saja bisa, jika saja Ciize memiliki cukup keberanian untuk melepaskan diri, untuk pergi dari rumahnya. Sayangnya, Ciize tidak seberani Singto, Ciize tidak setangguh Singto, Ciize tidak memiliki semua keberanian itu.

Ciize terlalu takut untuk hidup sendiri, Ciize terlalu takut untuk menghadapai masalahnya seorang diri, Ciize belum siap untuk tinggal seorang diri.

Ciize selalu berpikir, jika kematian Singto serta Krist hanyalah mimpi buruknya saja, ketika ia terbangun, mimpi itu akan pergi. Ciize selalu berharap jika Singto dan Krist selalu ada disisinya, menenangkan Ciize dengan kata-kata penyemangat.

Namun hal itu tidak akan pernah terjadi lagi, mimpi buruk yang Ciize takuti menjadi kenyataan. Kenyataan yang lebih buruk dari mimpi yang ia takutkan.

"Ciize?" Suara berat sang ayah menyapa pendengaran Ciize.

Dengan cepat Ciize menyimpan hp nya. Ciize hanya memberi senyum penuh lukanya, jika saja Co mengerti betapa tersiksanya Ciize saat ini, tapi Co tidak pernah mempedulikan hal itu. Co selalu mengesampingkan Ciize. Tidak. Co selalu mengesampingkan kedua anaknya.

Bahkan Co tanpa ada rasa belas kasih membunuh Singto dan Krist hanya karna harta tak seberapa. Untuk dipanggil 'ayah' saja Co sepertinya tidaklah pantas.

"Besok kamu diundang ke acara talk show, jam 3 sore, jangan telat." Ucap Co seakan tak dapat dibantah. "Tapi Ciize ada kelas--"

"Tinggal Dateng aja apa susahnya sih!!! Kamu banyak banget alesan!" Potong Co dengan nada yang begitu tinggi, membuat Ciize menunduk dalam, tak berani untuk menatap wajah amarah sang ayah.

...

"...postingan tentang chat Khun Co dengan Khun Singto yang tersebar menarik perhatian semua netizen. Di dalam Chat itu terlihat jelas jika Khun Co sangat membenci Khun Singto, terlebih Khun Co mengatakan jika ia tak ingin menganggap Khun Singto sebagai anaknya lagi..."

Pho Guy, Papa Gun serta  Gun menyimak berita yang kini sedang disiarkan. Sedikit menghela nafas, tak menyangka jika hal semacam ini akan tersebar.

Guy sudah tau sejak awal bagaimana sikap Co terhadap Singto. Guy tau segalanya, ia yang merawat Singto, ia mungkin mengenal Singto lebih dari Co ayahnya sendiri. Yah... Meski nyatanya Co tak pantas untuk menjadi ayah dari anak yang begitu sopan seperti Singto. Mereka sangat bertolak belakang.

"Pho?" Suara sang anak menarik perhatian kedua orangtua itu, mengalihkan fokusnya pada sang anak.

"Pho sama papa penasaran ga? Siapa yang nyebarin chat P'Singto sama Lung Co. Soalnya kan ga ada yang tau kecuali Pho sama Papa." Ucap Gun.

Gun hanya penasaran saja, siapa orang itu, apa ia mengenalnya? Lalu bagaimana mereka mendapatkan semua chat itu? Apa mereka salah satu teman dekat P'Singto dan P'Krist?

Atau ini ada hubungannya dengan Off? Gun kembali mengingat saat Off membentak seseorang melalui earphone yang entah berada dimana, Jika memang benar Off, Gun ingin tau alasan dibalik tindakan mereka, bukankah mereka terlalu berani? Yah... Mereka harus mendapat acungan jempol atas tindakan berani mereka.

TBC...

01/02/22
Ni-Gun.

Terrorजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें