12

69 6 0
                                    

Fiat berlarian ke sana kemari, tawanya menggema, belum pernah Gun melihat Fiat seceria ini semenjak kematian kedua orangtuanya.

Fiat terkesan murung dan terlebih Fiat sering menanyakan dimana kedua orangtuanya saat ini, bahkan terkadang Fiat menangis karena berpikir kedua orangtuanya tidak menyayanginya lagi oleh sebab itu mereka pergi. Fiat masih terlalu kecil untuk memahami keadaannya saat ini.

Gun mengeluarkan hpnya. Tidak. Bukan karna ia tak ingin memperhatikan Fiat, Gun hanya ingin mengabadikan moment seperti ini, moment dimana Fiat tampak begitu ceria.

Gun ikut tertawa saat Fiat berlari kearahnya dan memeluk kedua kaki Gun, dan begitu juga Off yang datang lalu memeluk Fiat seakan berhasil menangkap bocah itu.

Menggendong bocah itu dengan menghujani kecupan-kecupan ringan diseluruh wajah mungilnya, membuat tawa bocah itu pecah.

Gun tersenyum, entahlah. Ia merasa bahagia saja dapat melihat Fiat kembali tertawa seperti dulu, dapat melihat Fiat seceria yang dulu. Haruskah Gun berterima kasih pada Off?

...

Tatapan kecewa terlontar begitu saja, ruangan itu begitu menegangkan. Bagiamana tidak? Saat ini Ciize dan Co sedang bertengkar.

Ciize hanya kecewa atas keputusan sang ayah. Bukankah ia tau jika Ciize tidak pernah tertarik dengan dunia entertainment? Tapi mengapa ia memaksa Ciize untuk mengikuti casting?

"Pho tau Ciize ga tertarik sama acting! Kena--"

"Pho lakuin ini juga buat kamu! Apa susahnya ikut casting?! Uangnya juga nanti buat kamu!!" Potong Co.

Ciize hanya terdiam. Air matanya sudah membasahi sudut matanya, hati nya sakit. Co selalu menjadikan Ciize sebagai alasan, nyatanya itu hanyalah kebohongan besar. Ciize lelah dengan hidupnya yang selalu dikendalikan. Mungkin benar, melarikan diri lebih baik.

"Euh! Terserah Pho!" Ciize dengan kesal mengambil tasnya, berjalan dengan langkah kaki yang ia hentakkan marah.

Ciize menghiraukan Co yang memanggil namanya, menghiraukan Co yang seakan mencoba untuk menghalangi niat Ciize keluar rumah.

Ciize hanya butuh menenangkan diri, ia ingin sendiri, biarkan dirinya berpikir.

...

Hari sudah semakin sore, kelas Alice sudah berakhir beberapa saat lalu, kini dirinya tengah menunggu Arm untuk datang menjemput.

Itu sudah kebiasaan Arm, ia akan datang menjemput Alice setelah kelas gadis cantik itu berakhir.

Fokus Alice teralih pada Ciize yang kini berjalan lunglai, apa ia sakit? Merasa ada yang salah dengan kondisi Ciize, Alice memutuskan untuk mengikuti Ciize, apa yang salah dengan gadis itu?

Tak terlalu jauh Alice mengikuti Ciize, gadis itu sudah terjatuh tak sadarkan diri, membuat Alice seketika berlari menghampiri Ciize.

Sedikit menepuk-nepuk pipi Ciize berusaha membuat gadis itu tersadar, namun percuma. Ciize sudah hilang kesadaran.

Dapay Alice lihat wajah Ciize pucat dan terlebih matanya uang bengkak seakan ia habis menangis.

Alice membawa Ciize keruang kesehatan, menemani Ciize hingga gadis itu tersadar. Entah apa yang terjadi pada Ciize, entah apa sebabnya hingga ia dapat hilang kesadar seperti ini.

Suara deringan hp mengalihkan perhatian Alice sejenak. Ia lihat nama Arm yang kini ada dilayar hp nya.

"Hallo?" Jawab Alice.

"Kamu dimana? Udah selesai kelas?" Tanya Arm dari sebrang sana. "Aku lagi di ruang kesehatan--"

"Kamu sakit? Kenapa ga bilang? Kalo sakit ga usah maksain masuk kuliah. Aku kesana sekarang ya." Oceh Arm langsung memutus sambungan telepon.

Dan tak lama, Arm datang dengan panik, namun paniknya segera mereda saat ia melihat kondisi sang kekasih yang baik-baik saja.

Mata Arm melihat Ciize yang kini berbaring tidak sadarkan diri, bertanya-tanya apa yang terjadi pada gadis cantik itu, mengapa ia bisa sampai kehilangan kesadaran?

Namun semua pertenyaannya terjawab setelah Alice menjelaskan.

Sebelumnya Dokter yang berjaga mengatakan jika Ciize tidak mendapat istirahat yang cukup.

Alice dapat mengerti, melihat bagaimana Ciize hadir hampir disemua chanel podcast yang ada, ia sedang menjadi perbincangan hangat saat ini, tak heran jika ia kurang istirahat dan tidak memperhatian kondisi kesehatannya. Terlebih, Ciize tetap harus mengikuti mata kuliah, sangat sulit untuk membagi waktu bukan?

Banyak yang mengatakan jika Ciize sangat gila uang, oleh sebab itu ia mengambil semua tawaran yang ada, bahkan Alice sempat mendengar jika Ciize ditawari untuk mengikuti casting series.

Satu pertanyaan yang muncul dalam benak Alice. Jika memang benar Ciize sangat gila uang, mengapa ia tidak merawat dirinya dengan baik? Benarkah jika Ciize yang gila akan uang?

Mungkin pertanyaan itu tidak akan pernah mendapat jawaban, pertanyaan yang sulit untuk Alice utarakan.

Ciize membuka matanya, menatap sekitar sebelum ia menyadari jika kini dirinya sedang berada diruang kesehatan, otaknya kembali berpikir bagaimana ia bisa berada disini? Ah~ sungguh memalukan! Bagaimana bisa ia begitu ceroboh?

Sedikit menghela nafas untuk menjernihkan pikirannya. Mata Ciize menatap dua orang asing yang kini ada disisi bangkarnya. Apa meraka yang telah membantu Ciize? Membawa Ciize keruang kesehatan?

"Nong? Kepalanya sakit ga?" Tanya Arm ketika menyadari jika Ciize sudah sadarkan diri. "Ciize ga papa, P'. Maaf udah ngerepotin." Ucap Ciize seraya bangkit.

"Nong Ciize kita anter pulang ya." Tawa Alice, ia hanya khawatir saja jika nanti Ciize tak sadarkan diri lagi.

Ciize menolaknya dengan lembut, mengatakan jika ia bisa pulang sendiri, Ciize tidak ingin merepoti mereka lagi. "Ga papa, P'. Ciize bisa pulang sendiri." Sahut Ciize lembut.

"Huei! nanti kalo Nong kenapa-kenapa dijalan gemana?" Bantah Alice.

Ciize sempat tertegun, sejak kematian Singto dan Krist. Tak pernah ada lagi yang memahami kondisi Ciize, bahkan orangtuanya sendiri, dan terbelih kabar yang beredar luas dimasyarakat tentang dirinya, Ciize yakin tak akan ada yang bersimpati padanya.

Ciize tersenyum lembut dengan menggelengkan kepalanya. "Makasih P' udah khawatirin Ciize." Sahut Ciize sebelum ia berpamitan untuk pulang.

Tentu Arm dan Alice tidak membiarkannya begitu saja, mereka mengikuti Ciize secara diam-diam seperti apa yang mereka lakukan selama beberapa hari belakangan ini. 

Mereka benar-benar mengikuti Ciize hingga gadis itu sampai dengan selamat kerumahnya, sedikit bernafas lega setelah gadis itu masuk kedalam rumahnya, rasa khawatir mereka hilang begitu saja, seakan lenyap diudara.

...

Keesokan harinya.

Co menatap berita dilayar hp nya, sedikit kesal setelah ia melihat foto yang beredar luas dimedia sosial itu. Bagaimana bisa mereka mendapatkan foto itu? Foto yang bahkan Co sendiri tidak tau jika itu ada.

Foto pernikahan Mae Singto dengan pria lain.

Co meremat hpnya. Ia tau siapa pelakunya, dan tentu Co tidak akan tinggal diam, ia sudah salah memilih lawan, bukan begitu?

Berbeda dengan Co yang tampak kesal, New yang tengah menonton acara yang sama tersenyum penuh kemenangan. Kini alasan apalagi yang akan Co berikan? Buktinya sudah ada, dan semua orang mengetahui hal itu. Jika Co kembali berbohong, ia sama saja menggali kuburannya sendiri.

TBC...

06/02/22

Ni-Gun

TerrorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang