8

75 6 0
                                    

Mereka semua tampak diam, setelah New menjelaskan bahwa kini Co  menargetkana Gun dan Fiat, Co berniat untuk membunuh Gun dan Fiat. Kali ini New tidak bisa duduk diam menunggu ajal menjemput Gun serta Fiat, ia tidak akan ingin kedua orangtuanya menangis lagi setelah mendengar kabar kematian anaknya. Ini bahkan belum sampai 100 hari Krist serta Singto dimakamkan dan kini Co menginginkan Gun serta Fiat untuk segera menyusul mereka.

"Biar gua yang jaga ade lu." Ucap Off mengajukan diri, meski sebenarnya ia hanya ingin dekat dengan Gun. Oh! Kenapa ia baru tau jika New memiliki adik yang sangat manis? Jika saja Off tau sejak awal, ia tidak akan mengejar-ngejar New layaknya orang bodoh. New tidak pernah memberi respon yang berarti padanya.

"Gua butuh orang yang bisa kasih informasi, yang bisa jaga ade gua, yang bisa gua percaya." Ucap New menekan kata pada kalimat akhirnya, ia menatap Arm seakan tengah meminta Arm untuk menawarkan diri, tapi sepertinya Arm terlalu bodoh untuk mengerti itu semua.

"Ah! Off aja New, dia kan tukan pukul." Kini Tay yang mengeluarkan suara.

Ia mengajukan Off bukan tanpa alasan, ia mengajukan Off tentu agar ia tidak diganggu oleh Off saat hendak mekalukan pendekatan dengan New, sungguh! Off itu sangatlah mengganggu. Karna kehadiran Off, Tay tidak bisa mendakati New, karna Off ia selalu kehilangan kesempatan untuk membuat New meliriknya. Tay ingin menyingkirkan Off meski itu hanya beberapa hari saja. Tapi setidaknya tidak ada yang mengganggu Tay untuk mendekati New.

"Apa gua sewa orang aja?" Gumam New, ia masih menghiraukan Tay serta Off.

New tidak bodoh hingga tidak mengetahui tujuan Off yang sebenarnya. New tidak akan membiarkan Off mendekati adik sematawayangnya, bisa sial Gun jika bertemu dengan Off. New tidak mau hidup adik nya menjadi sulit karna kehadiran Off dalam hidupnya.

"Huei! Ga usah, New! Off aja juga cukup kalo kata gua, manfaatin yang ada aja dulu." Sahut Alice cepat, untuk menyewa seseorang tidak lah murah, dapat uang dari mana mereka? Memang mereka memiliki latar belang yang cukup baik, keluarga mereka dapat dikatakan berkecukupan, tapi tetap saja jika mereka mengeluarkan uang yang cukup besar akan menimbulkan kecurigaan. Untuk apa semua uang itu? Bukankah New ingin merahasiakan semua ini? Alice rasa Off jalan terbaik dari masalah ini.

"Gua setuju sama Alice, Off aja cukup." Kini Arm yang mengeluarkan pendapatnya.

Yah... Jika hanya untuk memantau Off saja cukup, jika nanti Gun diserang atau semacamnya Off dapat membantu Gun mengingat Off salah satu atlit bela diri, Off juga sempat mengikuti beberapa perlombaan meski ia tak mendapat mendali emas atau perunggu, tapi mereka tidak bisa meragukan keberanian Off untuk berkelahi.

Off yang mendenger pembelaan dari ketiga temannya tersenyum senang, meninggikan dagunya dengan begitu angkuh. "Ehem, percaya sama gua, gua bakalan jagain ade lu sama keponakan lu." Ucap Off seakan tengah meyakinkan New.

New menghela nafas, berharap saja Off tidak lupa akan tugasnya. New dengan berat hati mempercayai Off untuk menjaga Gun. Memang, New berhasil menjauhkan Gun dari kematian tapi ia tak berhasil menjaga Gun dari buaya darat seperti Off. 

...

Pagi-pagi sekali, Off sudah pergi menuju rumah Gun, ia tampak begitu bersemangat hari ini, bahkan ia tak dapat berhenti tersenyum, entah apa sebabnya, Off sendiri tidak terlalu mengerti. Ia hanya merasa jika kini suasana hatinya dalam keadaan baik.

Bagaimana dengan Alice dan Arm?

Mereka mengawasi rumah Co, melihat apa saja yang Co lakukan sepanjang hari, tidak hanya Co saja yang mereka pantau, Ciize juga dalam pengawasan mereka, terkadang Alice akan mengikuti gadis itu pergi, kemana langkah kaki gadis cantik itu membawanya.

Sedangkan Tay dan New...

Tentu mereka akan mendengar percakapan Co dan Ciize, seperti saat ini, New serta Tay tengah terduduk mendengarkan pertengkaran Ciize dan Co, entah apa yang mereka ributkan, New masih berusaha untuk mencerna situasi yang terjadi.

"Ciize ga mau! Pho sendiri yang bilang Ciize harus fokus kuliah, Pho ga--"

"Kamu tuh kalo dibilangin denger! apa susahnya dateng ke acara meraka? uangnya juga nanti buat kamu! Buat kuliah kamu!"

"Kalo Pho ga bisa bayar kuliah Ciize, Ciize ga usah kuliah aja!" Ucap Ciize.

New menatap Tay dan begitu juga dengan Tay. Jika dipikir lebih lagi, selama ini Singto yang membayar uang kuliah Ciize, tidak hanya itu, biaya hidup mereka Singto yang tanggung. Ciize sudah Singto biayai semenjak ia menduduki bangku sekolah, Singto begitu menyayangi adik semata wayangnya. New tau betul akan hal itu, bahkan tidak hanya itu.

Krist sama sayangnya. Krist bahkan selalu memberi uang saku lebih pada Ciize, padahal Krist tidak pernah memberinya uang saku, mengatakan Ciize lebih membutuhkan uang saku daripada dirinya dan Gun. Mengatakan jika kehidupan New serta Gun sudah berkecukupan. Berbeda dengan Ciize, Yah... memang mereka berbeda. Berbeda dalam segala hal, New lebih tau diri berbeda dengan Ciize dan Co yang tidak tau diri.

New sedikit tertawa, menertawakan kebodohan mereka. Nyatanya mereka tak bisa berbuat apa-apa tanpa uang dari keluarga Krist. Mereka tidak bisa hidup tanpa bantuan Singto dan Krist, Co bodoh karna ia membunuh anaknya sendiri. Sungguh menggelikan.

"Kenapa?" Tanya Tay yang tak mengerti mengapa New tertawa secara tiba-tiba, New hanya menjawab dengan menggelengkan kepala. "Bukan apa-apa." Sahut New.

Seketika ruangan itu sepi, Tay tak tau harus melakukan apa, sedikit menghela nafas dan meregangkan tubuh yang terasa sedikit pegal, dengan gerakan itu juga Tay ingin merangkul bahu New, namun niatnya ia urungkan saat mendapat tatapan tajam dari pemuda manis disampingnya.

"Mau ngapain lu?" Tanya New dengan tatapan penuh intimidasi. Tay hanya dapat tertawa dengan memalingkan wajahnya ke sisi lain. New sangat amat galak bukan? Yah... memang begitulah New.

Ruangan kembali hening, New yang sibuk dengan komputernya dan Tay yang sibuk berpikir bagaimana ia bisa mendekati New?

"Newwie?" Panggil Tay. "Mata gua kelilipan." Lanjut Tay mengalihkan fokus New, membuat New mengalihkan pandangannya pada Tay.

New langsung saja meniup-niup mata Tay, seakan tengah menyingkirkan debu yang ada didalam sana, sampai Tay dapat membuka matanya kembali, tatapan mereka bertemu, seakan waktu berhenti berputar, cukup lama Tay menatap mata New, tatapan yang mampu membuat jantung Tay berdebar tidak karuan dan membuat otak Tay seakan tidak dapat berpikir, hanya karna tatapan New, Tay tak tau harus melakukan apa.

Tay hanyut akan indahnya mata itu, mata yang seakan menghipnotis Tay. Tay menyentuh pipi New, mengusapnya penuh sayang. Pipi yang terasa begitu lembut layanya kulit bayi. "New? Lu cakep banget sumpah." Bisik Tay.

New menyingkirkan tangan Tay, menepisnya cukup kasar. "Berisik." Gumam New kembali fokus pada kegiatan awalnya.

Bohong jika New tidak merasakan sesuatu yang asing dalam dirinya, tapi New ingin menyangkal semua itu. Ia tidak memiliki rasa apapun terhadap Tay, mereka hanya teman.

TBC...

19/01/22

Ni-Gun

TerrorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang