15

130 4 0
                                    

Off tersenyum.

Mata sipit nya tak dapat lepas dari pemuda manis yang kini tengah melakukan shooting. Off memang mengantar pemuda manis itu, menemani Gun hingga shooting berakhir dan Off akan dengan suka rela mengantar Gun sampai rumah dengan selamat.

Banyak yang bertanya-tanya siapa pemuda tinggi dengan kulit bersih itu, apa kekasih Gun?

Off harap Gun mengatakan apa yang ingin ia dengar, namun Off sadar diri. Ia tak memiliki hubungan apapun dengan Gun, Gun mungkin hanya menganggapnya sebagai seorang Kakak, tidak lebih.

"Udah selesai?" Tanya Off saat pemuda bertubuh mungil itu menghampirinya.

Gun tersenyum manis, senyumnya memang selalu manis. Bahkan senyumannya saja sudah mampu membuat jantung Off berdebar tidak karuan. Oh Tuhan! Inikah yang namanya cinta? 

"Udah." Jawab Gun. Senyum manis itu tidak pernah pudar. Oh tidak sadarkah Gun jika senyumnya itu mampu membuat jantung Off bekerja dua kali lebih cepat? Gun terlalu manis, mengapa Tuhan menciptakan manusia semanis Gun?

"Nong Gun?" Gun serta Off mengalihkan pandangan mereka pada seseorang yang baru saja memanggil nama Gun. Off tidak mengenalnya tapi mungkin Gun mengenalnya.

"Dia siapa? Pacar Nong Gun ya?" Tanyanya dengan sedikit menggoda dua pemuda beda tinggi itu.

Cepat-cepat Gun menggelengkan kepala. "Dia bukan, dia temen Gun." Jawab Gun sedikit panik.

Mereka tidak memiliki hubungan apapun, namun mengapa semua orang berpikir jika Off adalah kekasihnya? Apa mereka tampak seperti sepasang kekasih?

Ya tentu! Mereka terlihat sangat cocok Dimata semua orang yang ada disana. Mereka akan menjadi pasangan yang menggemaskan, mereka akan melengkapi satu dengan yang lain. Dan lagi. Off tampak sangat menyayangi Gun, menjaga Gun dengan begitu baik. Semua orang akan menyetujui hubungan mereka, mereka yakin yang bisa menjaga Gun mungkin hanya Off. Dan begitu juga sebaliknya, hanya Gun yang bisa merawat Off.

"Kenapa ga jadian aja? Kalian cocok tau!" Sahut yang lain. "Gun kayanya belum siap, P'. Lagian aku nunggu waktu yang tepat." Jawab Off yang tentu membuat beberapa kru yang ada disana menjerit histeris.

Off hanya bisa tertawa mendengar semua itu, sedangkan Gun hanya bisa tersenyum malu, beberapa kali Gun memukul lengan Off, bahkan ia mengumpat dibalik tubuh Off, seakan ia tengah menyembunyikan wajahnya yang memerah.

Semua yang ada disana menggoda Gun serta Off, beberapa kali terlihat jelas wajah Gun yang memerah tersipu malu, interaksi mereka sangat menggemaskan. Oh tidak bisakah mereka segera menjalin hubungan? Semua orang mengharapkan hal itu.

....

Sudah lebih dari 3 hari ini Alice tidak bertemu dengan Ciize. Kemana gadis itu? Bukankah Co mengatakan jika Ciize sibuk dengan perkuliahannya? Lalu mengapa Alice tidak bisa menemui Ciize? Kali ini apa yang sedang Co tutupi?

"Kalian sadar ga sih? Kalo Ciize tuh ilang." Celetuk Alice.

Mereka sedang berkumpul diruang tengah, menonton berita tentang Co. Entah kebohongan apa lagi yang ia buat.

"Ilang?" Gumam New. Jika dipikir-pikir Alice serta Arm tidak pernah membahas Ciize akhir-akhir ini, ia tak mendapat informasi apapun mengenai gadis itu, terakhir kali Arm serta Alice mengatakan jika Ciize pergi ke pemakaman sang ibu, setelah itu ia tak mendengar kabar apapun tentang gadis itu.

Ciize sungguh menghilang?

"Gua ga pernah liat Ciize di kampus." Lanjut Alice.

"Sakit kali." Jawab Tay berusaha untuk berpikir positif. "Tapi si tua Co bilang Ciize lagi sibuk sama kuliahnya." Sahut Arm.

Ciize menghilang?

Tunggu! Atau Co menjual Ciize?

New pernah mendengar cerita Singto hampir saja dijual oleh Co. Tapi, Singto sudah lebih dulu melarikan diri. Mungkinkah hal itu terjadi pada Ciize? Mungkinkah?

Jika memang bukankah Co begitu kejam? Mengapa ia begitu tega melakukan hal bejat seperti itu? Hanya demi uang? Jika Co mendapatkan semua uang yang ia mau apa ia akan berterus terang? Sampai kapan Co akan mengatakan kebohongan? Sampai kapan ia ingin hidup dalam kebohongan nya?

"Kalo dia emang ga ada di kampus, harusnya temen-temen nya sadar kalo yang Co bilang tuh cuman omong kosong." Sahut Off.

"Ga ada yang peduli sama dia, Off." Jawab Alice. Ia tau betul bagaimana kehidupan perkuliahan Ciize, ia tak memiliki teman, tak ada yang ingin berteman dengan Ciize, atau mungkin tidak ada yang menganggap Ciize ada. "Sedih amat idupnya." Gumam Off.

Yah begitu menyedihkan. Ciize dijadikan alat pencetak uang oleh ayahnya, dan tak ada seorangpun yang peduli akan hal itu. Semua orang membenci Ciize, semua orang menghiraukan Ciize, tak ada yang peduli. Semua menganggap Ciize pemeran antagonis dalam hidup keluarga Krist. Mereka selalu menutup mata walaupun sudah tau yang sebenarnya. Ciize lelah akan hal itu.

"Kita cari dia." Putus New. Ia akan mencari Ciize, memastikan gadis manis itu baik-baik saja, memastikan apa yang ia pikirkan tidaklah benar.

"Lacak alamat IP nya." New sudah bangkit, pergi menuju tempat komputer-komputernya berada, akan lebih mudah jika ia melacak lokasi Ciize saat ini.

New mengutak-atik komputernya, melacak alamat IP Ciize, berharap ia bisa dapat segera menemui Ciize. Tak terlalu lama, New mendapatkan titik lokasi hp Ciize berada. Tapi, itu sangat jauh dari pusat perkotaan, bagaimana Ciize bisa sampai sana? Dan mengapa Ciize pergi kesana?

Setelah mendapat titik lokasi itu, New mengambil jaket dan langsung memakainya. Tangannya merai kunci mobil sebelum akhirnya ia berjalan keluar. Off, Tay, Arm serta Alice mengikuti New dari belakang. Malam ini mereka akan menemukan Ciize bagaimanapun keadaannya.

....

"Hah?! Dia ngejual hpnya?" Kaget New.

Mereka baru saja sampai di sebuah toko elektronik, titik lokasi itu membawa mereka kesana. New sudah curiga sejak mereka sampai. Mengapa Ciize harus tinggal ditoko elektronik seperti ini? Apa Ciize mengenal pemilik toko itu? Sangat tidak mungkin bukan?

"Terus bapak tau dia pergi kemana?" Tanya Arm.

Pria paruh baya itu menggelengkan kepala, ia tak menanyakan hal seditail itu pada pelanggannya. Lagipula itu bukan urusannya, untuk apa ia menanyakan hal itu?

New mengusap wajahnya gusar. Sekarang kemana perginya Ciize? Kemana New harus mencarinya? Ia tidak tau tempat favorit Ciize, ia tidak bisa menebak Ciize karna ia tidak terlalu dekat dengannya.

Haruskah New melapor pada polisi?

Itu ide yang buruk, jika Co tau sudah pasti Gun yang akan menanggung semuanya, New tidak ingin Gun dalam bahaya seperti sebelumnya, ia tak ingin membahagiakan nyawa sang adik.

New mengeluarkan hp nya, mengutak-atik benda pipih itu, ibu jarinya menari dengan indah diatas layar itu, entah apa yang New lakukan, tidak ada yang tau. Tapi mereka yakin, yang New lakukan sudah pasti untuk mencari keberadaan Ciize.

TBC...

06/04/22

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 06, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

TerrorWhere stories live. Discover now