13

66 6 0
                                    

Off sudah memakai helm nya, setelah mengantarkan Gun serta Fiat pulang dengan selamat. Kedua orangtua Gun sudah menawari Off untuk tinggal, namun Off menolak dengan halus. Mengatakan jika ini sudah malam dan besok ia memiliki latihan.

Off mulai menyalahkan mesin kendaraan, namun motor kesayangannya itu tak kunjung menyalah. Apa yang salah? Apa ia habis bensin? Sepertinya tidak, karena Off sudah mengisi penuh sebelum kerumah Gun.

Hampir setengah jam Off mencoba bahkan Guy, ayah Gun. Ikut turun tangan membantu Off untuk menyalahkan mesin motornya, namun tak membuahkan hasil apapun. Off tidak mengerti, bukankah tadi motornya baik-baik saja? Lalu mengapa kini motornya tak dapat menyalah?

"Kalo ga, Off nitip motor aja, Khun Pho. Off biar naik bis aja." Ucap Off. Hari sudah semakin larut dan ia harus segera pulang, mengingat besok ia memiliki latihan esok pagi, ia harus berlatih karena ia akan mengimuti kejuaraan, ia tak ingin mengecewakan pelatihnya lagi seperti tahun kemarin.

"Dianter aja gemana?" Tawar Papa Gun. Dan kembali Off menolak.

Jika Off diantar, sudah pasti mereka akan tau akan keberadaan New, sedangkan New sendiri tak ingin mereka tau jika New sudah kembali ke Thailand. Entah apa alasannya, Off sendiri tidak terlalu mengerti. "Off pamit, Khun Pho, Khun Papa." Pamit Off pada akhirnya.

...

New mengernyit tak mengerti akan berita yang baru saja ia lihat. Co ingin menuntut Gun? Untuk dasar apa? Apa salah Gun? Gun tidak melakukan sesuatu yang salah, yang New dengar dari Off, Gun seharian hanya mengurusi Fiat, semua waktu Gun, ia berikan pada ponakan manisnya itu. Bukankah harusnya Co bersyukur karena Gun lebih memilih mengurus Fiat dari pada melanjutkan sekolahnya? Jika Gun ingin egois, ia bisa saja melanjutkan sekolah nya, Gun mungkin saat ini akan di sibukan dengan tugas-tugas dari dosen hingga mungkin ia akan lupa mengurus Fiat.

Tapi, nyatanya tidak seperti itu. Gun lebih menyayangi Fiat. Mengutamakan Fiat, bahkan Gun membuang jauh-jauh mimpinya, fokusnya saat ini hanya pada pangeran kecilnya, menganggap Fiat adalah dunia baru Gun.

"Ga usah ngerutin alis kaya gitu." Ucap Tay mengalihkan pandangan New. Tay menyentuh kedua alis New, memijatnya lembut membuat New lebih rileks.

"Gua kesel, Tay." Ucap New. Ia terlalu kesal akan sikap Co. Sampai kapan ia akan melalukan semua kekonyolan tidak masuk akal seperti ini? Kapan ia akan mengakhiri sandiwara tidak bergunanya? New sudah muak dengan semua kebohongan Co.

"Kesel kenapa?" Tanya Tay.

New sempat terdiam. Tak biasanya Tay akan mendengarkan nya, biasanya ia hanya akan berceloteh tak jelas dan membuat mood New hancur. Tapi, kenapa kali ini Tay ingin mendengarkan? Dan New tak mengerti mengapa ia merasa begitu takjut akan hal itu, apa yang salah? Ada apa dengan New?

"Itu... Co..." New menggantung kalimatnya, matanya menatap mata Tay dalam. Dan kini dapat New rasakan jantung nya yang berdebar tidak karuan. Tidak hanya itu, New merasakan sesuatu yang asik hinggap diperut nya, perasaan asing yang datang secara tiba-tiba.

"Lu jangan terlalu banyak mikir, muka lu jelek kalo lagi mikir." Ucap Tay tentu dengan tawa khasnya, kata-kata yang mampu meruntuhkan semua ekspektasi New.

Apa yang New harapkan dari Tay? Memang seharusnya New tak perlu berharap lebih pada pemuda konyol seperti Tay. "Eh... Tapi ga papa deng, kan kalo lu jelek ga ada yang mau sama lu, jadi gua bisa dapetin lu dengan mudah." Gumam Tay dengan tawa yang menggema diseluruh ruangan.

Suara pintu yang terbuka mengalihkan perhatian New, namun tidak dengan Tay yang masih tertawa akan pemikiran nya sendiri.

New sedikit terkejut melihat wajah Off yang babak-belur. New bangkit menghampiri Off, bertanya apa yang terjadi padanya hingga berakhir babak-belur seperti itu? Apa Off kalah dalam latihannya? Tapi jika New ingat kembali, bukankah seharian ini ia hanya bersama dengan Gun? New bahkan sempat melihat Gun memposting sebuah video dimana Off sedang bermain-main dengan Fiat.

TerrorWhere stories live. Discover now