Part 1-Airin Nefili

15.6K 1K 117
                                    

Seorang anak laki-laki sedang duduk di bangku taman menunggu Mamanya yang sedang membeli eskrim vanilla untuknya. Kedua mata anak laki-laki itu tak lepas memerhatikan seorang gadis kecil yang begitu menarik perhatian. Gerak-geriknya ia ikuti sampai teliti. Gadis kecil itu lucu sekali. Sebentar-sebentar tertawa, sebentar-sebentar cemberut. Anak laki-laki tersebut memerhatikan bagaimana cara gadis itu tertawa, bagaimana gadis itu mencebikkan bibirnya, menangis, berjalan, kemudian berlari-lari tak tentu arah.

Ia duduk sembari mengayun-ayunkan kedua kakinya yang menggantung dengan sesekali tertawa-tawa kecil. Menyenangkan sekali melihat gadis kecil seumurannya terlihat bahagia meski bermain tanpa ada yang menemani. Sedang asyik memerhatikan, tiba-tiba kegugupan menyerangnya saat melihat kupu-kupu yang sedang dikejar gadis kecil tersebut terbang ke arahnya. Dan dari tempat duduknya, ia bisa melihat betapa semangatnya gadis itu berlari dengan kakinya yang mungil berusaha menggapai kupu-kupu yang terbang jauh lebih tinggi darinya.

Tapi sayang, gadis kecil itu terantuk batu kemudian jatuh tepat di hadapannya. Si anak laki-laki memerhatikan bagaimana si gadis kecil mencebikkan bibirnya menahan tangis. Melihat bagaimana gadis kecil dengan kedua sudut bibirnya yang turun dengan lesu, anak laki-laki tersebut menahan tawanya. Lucu sekali saat meilhat genangan air mata yang akan keluar dari kelopak mata bulat si gadis kecil.

Mungkin gadis kecil itu tiba-tiba merasakan perih di lututnya yang berdarah, sehingga menyebabkan sedetik kemudian terdengar tangisan kencang. Mendengar tangisan tersebut, si anak laki-laki sudah tidak bisa menahan tawanya lebih lama. Lucu. Lucu sekali. Pipi gadis tersebut sampai memerah karena menahan sakit dan menangis dengan kencang.

Mendengar suara tawa tepat di hadapannya, gadis kecil tersebut mengerjap-ngerjapkan matanya dengan lucu. Tangisannya berhenti. Pelan, ia mendekat ke arah si anak laki-laki yang masih berusaha menahan tawanya dengan memegangi perut menggunakan sebelah tangan.

Dengan bibir mengerucut kesal, kedua tangan gadis kecil itu bergerak mencubit kedua pipi tembam si anak laki-laki dengan gemas.

"Ih, kok kamu ketawain aku sih," si gadis kecil mengerucut kesal.

Merasakan kedua pipinya yang disentuh, si anak laki-laki menghentikan tawanya. Ia balas memandang si gadis kecil dengan tatapan bingung. Dengan jelas, ia bisa memerhatikan kedua mata si gadis kecil. Warna hitam yang pekat menghiasi kedua manik mata yang sungguh cantik di hadapannya. Bulu mata yang lentik.

"Airin!"

Si anak laki-laki melihat gadis kecil di hadapannya ini langsung menoleh ke arah belakang, dimana ada sepasang wanita dan pria sedang melambaikan tangan ke arahnya.

"Mama! Papa!"

Si gadis kecil melepas cubitan di kedua pipinya. Berlari menghampiri sepasang wanita dan pria tersebut dengan wajah dan mata yang berbinar ceria.

"Tadi nangis, sekalang ketawa. Huh, aneh," si anak laki-laki menggerutu.

Tapi kemudian, sebelah tangannya bergerak mengelus sebelah pipinya. Ia terkikik kecil. "Ailin, ya," gumamnya.

Dan dari kejauhan, si gadis kecil melambaikan tangan ke arahnya.

*****

Seorang lelaki berumur 16 tahun sedang melamun memandangi langit-langit kamarnya yang putih bersih. Kedua tangannya terlipat menyangga kepala. Ia merebahkan tubuhnya dengan santai. Sebelah kakinya bergoyang-goyang kecil. Senyuman menghiasi bibirnya yang tipis. Tatapannya menerawang jauh ke 11 tahun lalu. Ia masih bisa mengingat dengan jelas bagaimana tiap detail satu dari sekian masa lalu yang selalu membuatnya tertawa-tawa kecil.

"Airin." ia menggumamkan nama tersebut berulang-ulang layaknya sebuah mantra.

Bahkan ia juga masih mengingat bagaimana ia tiap hari membujuk Mama Papanya untuk menemaninya ke taman setiap hari agar bisa bertemu dan melihat si gadis kecil bermain di sana lagi saat itu. Tapi sayang, masa lalu yang berkesan untuknya, berakhir sampai di sana.

*****

"Have a nice day, Sayang."

Seorang gadis remaja menganggukkan kepala ke arah jendela mobilnya yang terbuka. Menampakkan seorang wanita paruh baya di dalamnya. Setelah mobil yang mengantarnya tadi hilang dari padangan, gadis dengan rambut terurai halus tersebut berjalan santai menuju sekolahnya. Sudah kebiasaannya untuk datang di jam-jam mepet seperti ini. Koridor sudah mulai ramai. Gadis itu memendang sekeliling dengan pandangan dingin. Tidak ada senyuman ramah yang ia tunjukkan dari bibirnya. Bahkan hanya ia balas dengan senyuman tipis jika ada yang berpapasan kemudian menyebutkan namanya, bermaksud untuk menyapa.

Berbelok melewati koridor ruang kepala sekolah beserta jajarannya, gadis itu berdecak kesal saat ada yang menarik lengannya. Ia melirik ke arah jemari tangan yang melingkari lengannya. Gadis itu mengarahkan pandangan ke arah lengan dari si pemilik tangan, kemudian bergerak untuk menelusuri wajah siapa yang berani menghambat jalannya.

Sebelah alisnya naik, kedua matanya melirik ke arah lengannya, kemudian memandang tajam ke arah si pemilik tangan yang ternyata berjenis kelamin laki-laki. Melihat muka masam yang disuguhkan di hadapannya, si cowok refleks melepaskan tangannya. Kemudian tersenyum salah tingkah.

"Bisa tunjukin gue di mana ruang tata usaha gak?"

Kedua bola matanya balas memandang gadis di hadapannya dengan lamat-lamat. Sekejap, ia melirik ke arah dada sebelah kanan si gadis yang mencantumkan badge nama di sana.

"Airin Nefili" tertulis di sana.

"Lo mau gue bantuin buat puterin leher lo ke belakang biar lo bisa lihat dengan jelas ada tulisan apa tepat di belakang kepala lo?"

Cowok tersebut mengernyitkan dahi dengan heran. Nada suara si gadis yang ia ketahui bernama Airin itu sangat dingin. Bahkan sedetik kemudian setelah Airin berkata dengan ketus, tanpa pamit pun Airin berlalu pergi, merasa tak perlu repot-repot untuk menunggu responnya.

Menarik. Perkenalan yang menarik, batinnya. Satu sudut bibirnya naik sedikit, memerhatikan punggung Airin yang semakin mengecil.

****



Let Me be YoursWhere stories live. Discover now