Ekstra Part Billy-Airin

10.1K 593 46
                                    

Memerhatikan tingkah sahabatnya yang sudah setahun ini bersama Billy, membuat Editha diam-diam tersenyum selebar-lebarnya. Ia seolah bisa melihat Airin yang dulu. Tapi kali ini, Airin terlihat lebih lepas. Seolah lebih hidup. Seolah kali ini Airin benar-benar mendapat partner terbaik dalam hidupnya. Dan selama setahun bersama Billy pula, membuatnya seolah merasakan banyak roller coaster yang harus ia hadapi sampai di ujung jalan nanti. Billy benar-benar menguji suasana hatinya. Sebentar senang, sebentar tersanjung, sebentar tersipu, dan sebentar kesal setengah mati. Tapi perubahan suasana hatinya tak sedikitpun memengaruhi apa yang ia rasakan di pusat hatinya untuk lelaki itu. Rasanya semuanya sudah cukup saat mengetahui lelaki yang saat ini menjadi partnermu, mencintaimu sama besarnya, atau bahkan lebih besar dari rasa yang kamu punya. Ya, semuanya terasa lebih dari cukup.

"Jadi, kemana Billy sekarang?"

Airin hanya mengedikkan dagunya. Menunjuk pada satu arah untuk menjawab pertanyaan Editha.

Mengerti mengenai satu arah yang ditunjuk tepat pada satu sisi lapangan di depan kelas mereka, Editha hanya terkikik geli. Dan Airin-seperti biasa-hanya mampu mendengus kesal. Sedaritadi ia tak berpaling dari pandangannya. Memerhatikan Billy dan Vion-sepupunya-yang menjabat sebagai anggota OSIS, sedang asik mengerjai siswa baru yang sedang memenuhi banyak sisi di sekolah untuk melaksanakan kewajiban MOS mereka sampai tiga hari ke depan.

Lagi-lagi Airin hanya mendengus kesal saat melihat Billy sempat membalikkan badan agar bisa menghadap ke arah Airin duduk saat ini, kemudian melambaikan tangan ke arahnya sembari mengedipkan sebelah mata. Genit, seperti biasa.

Editha yang duduk di sampingnya, hanya tertawa saat memerhatikan mimik wajah Billy yang kontras dengan Airin saat ini. Billy yang selalu terlihat tanpa beban sedang mengggoda kekasihnya yang sedang menekuk wajahnya dengan kesal.

Editha menggeleng-gelengkan kepalanya, memerhatikan Billy yang terlihat sedang membungkukkan punggungnya untuk mensejajarkan pandangan dengan satu siswi baru berseragam putih biru lengkap dengan atribut MOS yang melingkupi tubuhnya dari ujung kepala sampai ujung kaki.

"Billy .... Billy ...." Editha masih menggeleng-gelengkan kepalanya. Tak habis pikir. "Udah tingkat akhir, masih aja demen recokin anak OSIS pas MOS."

Airin hanya bergumam mengiyakan. Matanya masih awas dengan pergerakan Billy.

"Gue heran, dia kenapa usil banget sih."

Airin hanya mengedikkan bahu. Bertanya-tanya juga, kenapa Billy benar-benar tak bisa menghilangkan keusilannya itu.

"Astaga." Suara Editha terdengar terkesiap. Bahkan ia terdengar seperti sedang menahan tawanya yang menyembur. "Itu kenapa pipi si anak baru sampe merah gitu sih."

Airin menggerutu pelan. "Kan. Gue daritadi juga merhatiin. Itu anak baru liat Billy sampe kayak anak anjing ngeliatin tulang tau nggak."

Editha tertawa geli. Kekasih dari sahabatnya benar-benar pintar mencari perhatian.

"Dan gue gak tahu Billy ngapain sampe itu cewek pipinya bisa semerah itu."

Tak lama kemudian, Airin memutuskan untuk berjalan ke arah Billy. Sepertinya ia harus dihentikan sebelum si anak baru benar-benar terjerat pesona kekasihnya itu. Lihat, bahkan ia saat ini sibuk tertunduk malu-malu di hadapan Billy. Airin yang masih memerhatikan, hanya mendengus kesal. Memutar bola matanya dengan malas. Kekasihnya benar-benar sadar pesona.

"Wah, jadi lo tertarik sama gue dari pertama liat gue tadi?" Samar-samar Airin mendengar suara Billy yang membuat si anak baru tersipu malu. Dari posisi Airin, bahkan ia jelas bisa melihat pipi perempuan berseragam putih biru itu semakin merah.

"Tapi sayang sekali, gue udah ada yang punya," lanjut Billy. Airin hanya mengulum senyum. "Ja-"

"Bil ...." Airin menyentuh lengan Billy dengan lembut. Betapa menunjukkan kepemilikan kita di depan orang lain itu sungguh menyenangkan. Dan di dalam hati, Airin tertawa bahagia.

Mendengar suara yang begitu ia hapal, Billy mengalihkan pandangannya. Menangkup punggung tangan Airin yang berada di lengan kanannya. "Ya, Ai?"

"Kantin yuk? Laper." Airin semakin geli saat diam-diam melirik pada si anak baru yang berubah pucat dan melongo saat memerhatikan mereka berdua. Semburat merah muda di pipinya, kemudian hilang tak berbekas.

Billy mengangguk. "Gue duluan ya, Ion," pamit Vion yang sedang terkikik geli memandangi si anak baru yang raut wajahnya terlihat kontras dengan beberapa menit lalu saat Billy sedang sibuk menggodanya.

Setelah mendapat anggukan dari Vion, Billy berjalan beriringan sembari merangkul lengan Airin yang mungil.

"Kamu belum sarapan tadi?"

Airin menggeleng pelan.

Billy menghela napas pelan. Ia mencubit gemas sebelah pipi Airin. "Kebiasaan deh. Udah tau gampang masuk angin, juga."

Airin hanya meringis salah tingkah. Gerutuan Billy yang selalu sama setiap pagi.

"Mau makan apa? Makan nasi aja ya. Repot kalo kamu masuk angin."

Airin hanya bergumam pelan, mengiyakan permintaan Billy. "Yang tadi itu siapa?"

Dahi Billy berkerut dalam. "Tadi? Siapa emang?"

Airin berdecak pelan. "Yang jadi objek keusilan kamu yang baru," jawab Airin di antara giginya yang sedikit rapat. Rupanya ia tak bisa menyembunyikan rasa gemasnya pada Billy.

"Oh. Yang itu?" telunjuk Billy mengarah ke belakang, ke arah lapangan yang mereka tinggalkan di belakang.

Airin mengangguk, sementara Billy mengedikkan bahu. "Enggak tau. Kan di nametag cuma ada nama julukan."

Airin mengangguk-angguk mengerti. "Jadi apa yang udah kamu lakuin tadi, sampai si anak baru itu pipinya pink pink geli gitu?" Airin memandang dengan tatapan menyelidik.

Sementara Billy hanya tertawa salah tingkah. Menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal. Sungguh, ia hanya iseng tadi. Tak berniat untuk melakukan apapun.

Gemas, Airin mencubit pinggang Billy. "Dasar sadar pesona!"

Mendengar gerutuan Airin, Billy hanya terbahak sembari sesekali meringis, mengusap-usap pinggangnya tepat di bekas cubitan Airin tadi.

Billy semakin merapatkan rangkulannya pada Airin. "Tapi aku cuma sayang sama kamu kok, Ai. Yang tadi itu cuma iseng." Tutup Billy sembari mengecup sebelah pipi Airin dengan cepat.

Kedua pipi Airin bersemu merah. "Billy!" geram Airin pada Billy yang sudah berlari menjauh menuju pintu kantin. Ia bahkan bisa mendengar tawa Billy dengan jelas dari tempatnya berdiri.

Billy tahu, Airin selalu malu jika ia menunjukkan kemesraan yang terlalu intens di depan umum. Lihat, bahkan kedua pipi Airin semakin bersemu. Sungguh, bagi Billy, menggoda Airin adalah candu.

Sementara Airin memandangnya penuh kesengitan, Billy yang sudah berada di pintu kantin, masih saja tertawa geli sembari melayangkan ciuman yang ia tiupkan di udara menuju Airin.

"I love you." Billy menggerakkan bibirnya tanpa suara.

*****

a/n

yosh!

yep, bener. ini ekstra part berhubungan sama Part 2 di cerita To be with You. ada yang udah baca?

nah, ekstra part ini dibuat karena aku sadar, aku juga kangen sama Billy-Airin. ditambah semalem ada yang penuhin di PM Line pake emot lope-lope yang ditujukan khusus buat Billy hahaha. geli-geli ngakak lucu gimana gitu. rupanya malem-malem ada yang in love sama pesona Billy yaaaa.

jadi, silakan mengobati kerinduan kalian ya.

p.s

so sorry buat yang minta part sampai Billy-Airin menikah, aku gak bisa buatin. jadi nikmati saja masa-masa mereka di SMA aja yaaa /smooch/

HAPPY READING, READERS!



Let Me be YoursWhere stories live. Discover now