Epilog

9.4K 717 38
                                    


Di dalam hidup, gak akan ada perjuangan yang sia-sia.

Perjuangkan apa yang kalian mau.

Cita-cita? Bisa, asal kalian mau usaha.

Atau bahkan cinta? Bisa, asal kalian mau berjuang sampai titik penghabisan.

Satu yang harus kalian tahu, jangan pernah menyerah.

Jangan pernah peduli dengan seberapa banyak keringat yang kalian keluarin buat lari sekencang mungkin. Lelah? Pasti lah. Jangan pernah anggap bahwa berjuang itu mudah.

Akan ada masa dimana kalian akan menyadari bahwa perjuangan kalian membuahkan bahagia.

Yang gue mau, jangan pernah kalian berhenti di tengah jalan.

Capek karena berkali-kali jatuh? Bangkit, lah. Lari lagi. Kaki kalian masih utuh, kan?

Banyak orang yang gak sempurna, tapi mereka punya tekad yang kuat untuk berubah.

Dan dalam cinta, gue buktiin itu.

Kalian pikir, setebal apa muka gue buat berjuang gapai apa yang pingin banget gue miliki?

Yang gue tahu cuma satu, ada satu orang perempuan yang harus gue miliki. Apapun caranya. Yang penting, gue harus mati-matian buat bikin dia bahagia.

Dan kalian harus lihat, apa buah dari sebuah perjuangan.

-Billy Aozora Digant-

*****

Sudah berkali-kali aku katakan, bahwa hidup terus berputar pada porosnya.

Sebentar di atas, sedetik kemudian bisa saja kalian ada di bawah.

Sebentar bahagia, sedetik kemudian kalian akan merasakan lara.

Sebentar cinta, sedetik kemudian kalian akan merasa benci setengah mati karena satu alasan saja.

Begitu juga sebaliknya.

Menurut kalian, hidup tidak adil? Bukan, kalian salah. Hidup selalu adil. Semua dipilah dalam porsinya masing-masing.

Aku merasakannya.

Sebentar aku merasakan kelengkapan yang sempurna, dalam hitungan belasan. Tapi sekali aku menjetikkan jari, ternyata apa yang ada di depan mata, semuanya tiba-tiba berubah. Ayah yang harusnya ada untuk selalu mencintai putrinya, memilih untuk pergi.

Sedih? Tentu saja. Siapa yang mau Ayahnya pergi berpaling demi wanita lain?

Sedikit saja hidup berputar lebih lama lagi, nyatanya aku masih berada pada posisi yang sama. Belum kering pipiku setelah basah oleh airmata, aku masih harus dihadapkan lagi oleh sebuah kenyataan bernama pengkhianatan. Tak akan ada lagi Genta, yang ternyata lebih memilih gadis lain dibandingkan aku yang mati-matian selalu berusaha untuk selalu ada di sisinya.

Hidup terus berputar, dan seperti yang kalian tahu, semuanya berubah. Pertama karena dia, dan kedua karena Papa.

Tapi setidaknya, meski tak ada lagi Papa, masih akan ada Mama yang terus aku sebut sebagai rumah tempatku pulang.

Dan bukankah aku pernah berkata, bahwa setelah sedih hilang, akan ada pelangi yang muncul sedetik kemudian?

Apa kalian tahu? Saat ini pelangiku ada dalam wujud manusia.

-Airin Nefili-

*****

"Ai..."

"Ya?"

Billy tersenyum. Sebelah tangannya bergerak menggenggam tangan Airin dengan lembut. Mereka sedang dikelilingi oleh padang rumput yang luas di perbukitan. Memandang langit yang sama di atas sana. Berbaring bersebelahan, dengan tangan yang saling menggenggam.

"Kenapa?" Airin bertanya lagi saat tak kunjung mendapat jawaban dari Billy. Mengarahkan pandangannya ke arah samping kanan, entah kenapa jantungnya terasa berdetak sangat cepat, mendapati kedua manik mata Billy sedang menatapnya intens dengan senyuman yang terlihat teduh di wajahnya.

Mendadak, Airin merasakan panas yang menjalar di kedua pipinya. Salah tingkah, ia berusaha mengalihkan pandangannya dari Billy. Memandang awan dan langit yang sedang menaungi mereka saat ini.

Billy yang melihat perubahan rona di kedua pipi Airin, hanya mampu menahan senyum gelinya. Perlahan, Billy mengeratkan genggaman pada tangan Airin. Mengelus punggung tangannya dengan lembut.

"Lo inget pertama kali kita ketemu?"

Dahi Airin mengernyit. Pertama kali bertemu? Itu berarti....

"Di hari pertama lo sekolah?"

Masih dengan senyum, Billy menggeleng-gelengkan kepalanya.

Airin makin bingung. Bukan? Lalu kapan?

"Bandung. Taman Komplek Merpati. Billy dan Airin masih berumur 2 tahun."

Airin menaikkan sebelah alisnya. Komplek Merpati Bandung? Itu kan alamat rumahnya yang dulu. Dan taman?

Memerhatikan kerutan di dahi Airin yang mulai menghilang, Billy lagi-lagi tersenyum kemudian mengangguk antusias. Seolah membenarkan apapun yang saat ini sedang ada di pikiran kekasihnya.

"Gue datang di saat hidup lo masih lengkap, meski itu cuma sekedar perkenalan awal. Dan gue datang lagi saat semua yang lo bilang kebahagiaan itu, menghilang."

Airin hanya diam meski tak dipungkiri, ia sangat terkejut. Samar-samar, ia bisa melihat wajah anak kecil yang dulu menertawakannya di taman saat ia sedang menangis, berubah menjadi wajah remaja yang dimiliki Billy saat ini.

"Yang gue ingat cuma nama Airin. Dan saat kali kedua kita ketemu di koridor waktu itu, gue berpikir, apa emang gue dikirim Tuhan buat ada di saat lo bahagia ataupun susah?"

Entah kenapa, mendengar kalimat tersebut, Airin merasa geli. Tapi, kemungkinan tersebut bisa jadi merupakan sebuah kebenaran. Siapa yang tahu mengenai rencana-Nya?

"Dan Airin yang gue temuin untuk kali kedua, ternyata udah berubah dari gadis kecil manis jadi singa betina."

Airin mencibir kesal. Apa? Singa Betina?

Di hadapannya, Billy sedang mengulum senyum geli saat memerhatikan perubahan mimik wajah Airin yang kentara sekali sedang kesal.

Airin menggeram pelan. "Lo-"

"Dan apa dengan adanya gue, lo kembali bahagia, Ai?"

*****



Let Me be YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang