++++

7.6K 733 35
                                    

Part ini berisi bacotan ku, jadi
Skip aja klo gak suka


•••

Author POV

Ku tatapan lembaran kosong itu dengan lesu, menghela nafas berat, lalu menutup lembaran itu dan kembali berbaring. Ide adegan demi adegan sudah menumpuk di dalam kepalaku sampai bingung rasanya memilih mana yang ditulis, namun emosi yang bergejolak membuat ku urung menuangkan ide-ide itu dalam tulisan.

"Kapan update?" Tanya Derrick yang tiba-tiba ikut berbaring di samping ku.

"Gak tau, aku lagi gak mood nulis," keluhku, mengubah posisi menjadi duduk bersila.

Mata biru pemuda itu memerah, menyipit curiga, "apa karena si Ar-"

"bacot," potongku, sebal, "gak usah sebut namanya, bikin tambah gak mood aja."

"makanya  jangan terlalu dengerin kata orang," tutur Derrick sembari mengusap kepalaku, persis yang dilakukan ayah saat menasihati ku, "aku akui kau sudah hebat bisa menciptakan karakterku dan lainnya di otak pas-pasan itu."

kutepis tangannya, mendelik.

"ini niatnya muji atau ngejek?"

"aku hanya mengugkapkan fakta tanpa berniat memuji atau mengejek."

kulempar bantal kearah wajah tampan itu, namun dengan gesit Derrick menghindar, "punya author kok kayak gini," keluh Derrick sembari menghela nafas, "udah emosian, minderan, baperan pula."

"yaudah cari aja author lain sana," ketusku, "lagipula aku juga bosen liat wajah kamu terus."

"apa? bosen? sepertinya kau memiliki kelainan, mana ada wanita normal yang bosan dengan wajah tampanku ini."

"dasar tukang narsis, wajah kek gitu dibilang ganteng? kalah jauh kali sama na Jaemin," cibirku.

"bukannya narsis," balas Derrick tak terima, "itu fakta! lagipula sebagai male lead percaya diri itu dibutuhkan."

"kata siapa kamu male lead nya? kamu itu masih  calon," seringaiku mengembang saat sebuah ide gila melintas, "bagaimana kalo Asterion yang jadi male lead?"

derrick melempar tatapan menusuknya, netranya benar-benar berubah mejadi merah darah dengan aura membunuh. 

"itu mustahil, mereka adik kakak dan tidak bisa menikah, bukan?" desis derrick retoris.

aku terkikik geli, sepertinya bocah ini melupakan satu hal.

"ingat aku ini authornya lhoo, aku bisa buat hal yang mustahil bisa terjadi dicerita ini," ucapku, menantang tatapan derrick, lalu berpura-pura berpikir, "hhm... bagaimana aku buat emmalya meninggal lalu kembali dengan tubuh amelia? dengan begitu mereka tak lagi memiliki hubungan darah, bukan?"

wajah Derrick mulai memucat, meskipun begitu, ia masih memasang ekspresi datar, "kau pasti bercanda."

"aku serius," tukasku, tegas, "dan kau..."

tawa jahatku pecah saat melihat Derrick menatapku horor dengan wajah pucat dan keringat dingin sebesar jagung, "kau kembali ngegay dengan ale"

Ku usap ujung mata yang berair, "bercanda," ucapku disela tawa membuat Derrick menghela nafas, lega.

"Bercandamu jelek," gerutu Derrick, mendengus kesal, lalu menghilang pergi meninggalkan aku yang masih tertawa, puas.

"Udah puas ngayalnya?" Tanya sesosok wanita yang aku panggil mama, membuat tawaku terhenti seketika.

"Eung..." Kutampilkan cengiran bodohku, "belum, ma."

"Kamu itu yah, udah gede kerjaan nya ngayaaal terus, daripada cekikak-cekikik gak jelas mending bantuin Mama, nyapu kek, nyuci kek,lihat anak tetangga sebelah-"

Kuhela nafas, pasrah, selamat tinggal Dunia!

•••

"AUTHOR!!"

"Dateng-dateng ngegas, gas mahal tau," Gerutuku saat melihat Gabriel tersenyum sok polos nya yang menyebalkan di mataku, "mau apa?"

Senyum itu berubah menjadi seringai, "Kau memang sangat pengertian, bolehkah aku meminta satu part atau lebih tentang aku dan yena?"

"Tidak bisa, setelah 'evil sister in novel BL' tamat aku berniat nulis cerita kalian berdua."

"Jangan mendekat," seruku melihat Gabriel merentangkan kedua tangannya, berniat memeluk ku.

Masalahnya yena akan mencincang tubuh Gabriel karena menyentuh ku, bukan sebaliknya.

"Baiklah-baiklah, aku akan menunggu, jadi cepat-cepat update biar cepat tamat," setelah itu Gabriel menghilang.

Saat makan siang....

"Kapan update?" Tanya Gabriel tiba-tiba muncul, membuat ku tersedak dan buru-buru menegak segelas air.

Aku mendelik kearah kadal jadi-jadian yang sialnya tampan, berdesis tajam, "nanti."

Sore harinya...

"Kapan update?" Tanya Gabriel lagi.

"Nanti," jawabku sembari melanjutkan menulis tugas-tugasku, "aku lagi sibuk Sekarang."

"Ok."

Malam hari....

"Kapan update?" Bisik Gabriel, membuatku tersentak dari kantukku.

Kutarik selimut, bergumam dengan suara serak, "nanti."

Dan lanjut kembali tertidur.

Keesokan harinya....

"DEMI THAITEA GAK PAKE TEH!!  Nanti Gabriel!! Aku tuh sibuk nugas, emang kerjaan aku cuma ngehalu?!"

Pria bernetra hitam itu berdecih, "makanya kasih kepastian kapan update, gak nanti Doang. Harus spesifik, nanti sore kah, nanti malam kah."

Keningku berkerut, kenapa dia yang emosi sekarang?

"Aku butuh kepastian, gak  kau saja yang butuh kepastian dari doi," ketus Gabriel, "eh- doimu kan fiksi, gimana mau kasih kepastian?"

"Kepingin ngomong anjing tapi lu kadal jadi-jadian," kudecakkan lidah, kesal, "iya-iya aku bakal update dalam waktu dekat, puas?!"

Gabriel mengangguk sembari tersenyum, puas, lalu menghilang dari hadapan ku.

aku mendesah panjang, menenangkan emosi yang sudah memuncak. Sialan! kenapa sih cuma tokoh tokoh menyebalkan seperti Derrick dan Gabriel yang muncul? sesekali ale atau lio kek, jika sepeti ini terus bisa-bisa aku jadi gila dengan alasan yang tidak elit. Membayangkan  wajahku di blur dengan judul berita 'seorang gadis menjadi gila karena karakter fiksi' membuat ku merinding.

"Author..."

Aku menoleh, mendapati sesosok bersurai steel-pink khas Emmalya.

"Ya? apa?"tanya ku.

"Kapan update?"

Ok, selamat tinggal kewarasan!

Evil Sister In Novel BL(REVISI)Where stories live. Discover now