CNJNHO! Drabble : Dear, love... (4)

634 108 46
                                    

Gue pengen buru-buru nyelesain ini TT Biar fokus gak kebagi-bagi.

~Happy reading~

Weekend telah berlalu. Artinya sudah hampir 3 hari Hyunjin semenjak Hyunjin mendapat pernyataan cinta Chris. Setelah Chris menyatakan perasaannya pada Hyunjin, mereka rasa hubungan mereka tidak bisa hanya sebatas kenal ataupun sebatas berteman tapi Hyunjin juga belum yakin bahwa hubungan mereka adalah sepasang kekasih.

Hari senin tiba, Hyunjin kembali masuk seperti biasa. Hyunjin rasa ia sudah memiliki kekuatan baru untuk memulai hari di kelasnya. Namun agaknya hari ini berbeda, biasanya Hyunjin hanya akan mendapatkan tatapan menusuk di kelasnya kini saat ia baru tiba di gerbang pun semua mata memandangnya jijik dan merendahkan.

Hyunjin yang merasa keadaan mulai tidak mengenakkan bergegas menuju kelas. Beberapa anak terang-terangan menggunjing dirinya. Langkah kakinya dipercepat namun dua orang siswa dan seorang siswi menghadangnya.

"Eehhh, tunggu"

Sebelah tangan Hyunjin di peluk siswi cantik itu, sementara satu orang siswa merangkul pundaknya. Seorang lagi memegangi wajah Hyunjin yang memerah ketakutan.

"Aduh, duh... Cantik jangan nangis dong" goda lelaki yang memegangi dagu Hyunjin.

Ketiganya bersama orang-orang di sekitar mereka tertawa mengejek. Hyunjin benar-benar siap menumpakan air matanya.

"Udah bisu, gay lagi. Malu-maluin sekolah kita lo anjing!"

Kepala Hyunjin dipukul kuat dari belakang oleh tangan siswi yang memeluk tangannya. Air matanya seketika mengalir.

"Duh, nangis... Hahaha, mana pacarnya kok gak ada?"

Hyunjin menggeleng. Tubuhnya merosot berjongkok sambil memegangi telinganya. Ia benci mendengar tawa itu.

Dari lapangan basket outdoor Lino yang tengah menjalani rutinitasnya berlatih basket melihat semuanya. Ragu meliputinya. Ia ingin sekali membantu Hyunjin tapi ia pengecut. Ia takut ia akan turut dijauhi oleh yang lainnya. Namun melihat Hyunjin yang merosot dan menangis terduduk hatinya tergerak, tanpa sadar kakinya melangkah pelan.

Anggota cheerleader berebut memberinya air yang langsung ditepisnya. Langkah Lino kian pasti hingga bel berbunyi. Anak-anak yang membully Hyunjin sudah pergi ke kelas mereka masing-masing menyisakan Hyunjin yang masih menangis. Lino dengan langkah lebar menghampiri Hyunjin dan mengulurkan tangannya.

"Hyunjin..."

Hyunjin menatapnya takut. Uluran tangannya tak disambut. Hyunjin memilih bangkit sendiri dan berlalu begitu saja, membiarkan tangan Lino mengambang di udara.

Sakit hati? Tentu. Tidak perlu bertanya lagi bagaimana perasaan Lino saat ini. Tapi jika mengingat kembali selama ini ia selalu diam setiap kali Hyunjin terluka dihadapannya membuat Lino sadar bahwa yang salah selama ini adalah dirinya, bukan Hyunjin. Wajar sekali jika Hyunjin memusuhinya.

Hyunjin sampai di kelas. Semua murid di kelasnya nampak sama sekali tidak mengindahkan kehadirannya, seakan-akan ia transfaran. Hyunjin berjalan ragu menuju bangkunya dan tidak menemukan tempat duduknya. Hyunjin menoleh kesana kemari, tapi tetap tidak menemukan mejanya. Sekarang semua bangku terisi, yang kosong hanya tempat duduk Lino yang masih di luar kelas.

Suara cekikikan terdengar begitu menyebalkan. Ahh, jadi semua memang ulah dari teman-teman sekelasnya pikir Hyunjin. Karena bingung, ia hanya diam dan berdiri di tempat, tampak linglung dan tak punya tujuan.

Lino masuk ke kelas dan menatap Hyunjin khawatir. Sedikit terkejut karena tidak mendapati tempat duduk milik pemuda itu. Ia tanpa ragu menghampiri Hyunjin dan menarik atensi seluruh kelas yang menatapnya aneh dan bingung.

HoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang