── 09. Kiss Me

87.7K 6K 702
                                    


⚠️
──

"mnnh.."

Jaemin membuka mata perlahan.

Dokter muda itu mengernyit saat mendapati ia tidak sedang ada di ruangannya, kamarnya.

Ia ingat semalam habis melakukan itu dengan Jeno, merasakan penis besar kekasihnya itu menumbuk lubangnya dengan sangat tepat, menggesek dinding rektumnya yang ketat, lalu Jeno menyemburkan spermanya di──

Uh, Jaemin malu mengingatnya.

Tapi sungguh, ini adalah tempat yang berbeda. Bukankah kemarin mereka berdua berakhir satu ranjang di kamar Jaemin?

"Ah!"

Jaemin tersentak kaget di kala nyawanya saja belum terkumpul seratus persen.

Pantas saja ia merasakan ada sesuatu menggelitik putingnya sedari tadi.

Ternyata ada Jeno yang masih terpejam dengan mulut menempel pada salah satu dada Jaemin dan menghisap putingnya kencang layaknya bayi kelaparan.

Dan ternyata, jika di perhatikan ulang, sekarang ini ia sedang ada di dalam kamar Jeno, di ranjangnya.

Kenapa dia bisa sampai di sini coba?

"Tuaann, hei.. Jeno bangunn" Jaemin memegang kepala sang dominan, mengusap surai hitam pria itu kebelakang, "unghh──"

Bukannya bangun dan beranjak, Jeno malah semakin menarik puting si manis, menghisapnya kuat. Ia memainkan lidah di permukaan benda kecil menonjol itu, menyapukan lidah hangatnya kesekitar puting Jaemin.

Si manis menggeliat, bahu kekar Jeno ia remas.

"Jenoo bangu── uh!" Pinggang ramping Jaemin di tarik Jeno hingga badan mereka berdempetan sempurna.

"Jeno! Aku tau kau sudah bangun!" Jaemin memegang sisi kepala Jeno, berusaha menjauhkannya dari area dada.

"AHH! KENAPA DI GIGIT!"

Tidak peduli, Jaemin mencubit pipi pria itu agar menjauh.

"Ah Na, sakit astaga" dengan suara seraknya Jeno mengerang, ia mengelus pipi kanan yang habis jadi sasaran cubitan maut Jaemin.

Karena sungguh, cakaran akan kalah di banding cubitan si manis itu.

Jaemin segera manarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang telanjang saat mendapati mata Jeno yang terus menatapnya. Jeno benar-benar!

Jeno terkekeh, "kenapa?"

Jaemin mengernyit, "apanya?"

"Kenapa kau menutupi tubuhmu? Padahal aku saja sudah hafal setiap inci bahkan sampai titik sensitif mu?"

"JENO!"

"Hm?"

"Ini masih pagi, jangan membuatku marah!" Ucap Jaemin dengan semburat merah di pipinya.

Lagi-lagi Jeno terkekeh, "melihat wajahmu di pagi hari membuat dia semangat" tangan Jeno bergerak kebawah, mengusap gundukan yang tertutup oleh selimut itu.

Jaemin mendelik.

"Bisa tidak pikiran mesummu itu di buang sedikit?" Jaemin bergeser menjauh dari Jeno.

Si manis menatap Jeno was was. Ia takut jika Jeno menerkamnya lagi.

"Jika didekatmu, tidak bisa" Jeno mendekat. Dengan bertumpu pada tangannya, ia bergerak mengungkung yang lebih kecil dibawahnya.

"J-jen.."

"Morning sex, hm?"

Jaemin berdesir mendengar suara serak Jeno. Jemari lentiknya masih memegang ujung selimut, menahannya hingga sebatas dada.

Doctor Na | Nomin [READY PDF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang