── 22. Good Night

32.4K 2.9K 161
                                    


──

Malam hari, sebelum hari H pernikahan.

Si manis duduk di atas ranjang kamarnya, mengusap pelan perutnya yang terasa kencang.

"Sayang? Apa kau juga merasa gugup seperti mama?" Jaemim bermonolog seorang diri, memecah keheningan dalam ruangan temaram itu.

Besok Jaemin akan benar benar melepas gelar singlenya.

Oh astaga, bagaimana ia tidak gugup?

Seharian ini ia melihat lalu lalang orang orang maupun pekerja yang diundang kerumahnya untuk ikut mempersiapkan acara besok. Melihat itu semua membuat Jaemin semakin berdebar.

Tak disangka, dua pemuda yang dulunya adalah rekan kerja, besok akan menyandang sebagai rekan hidup.

Jaemin memang sudah kenal dengan Jeno dari lama, mungkin sekitar dua tahun lebih. Tapi mereka baru dekat setelah Jeno menyuruh Jaemin untuk menjadi dokter pribadi anaknya, Jisung.

Setau Jaemin, Jeno sudah menjalani masa masa dudanya selama kurang lebih 6 tahun.

Lama sekali.

Karena itu lah ia merasa khawatir, apakah ia bisa dan pantas untuk terus berada di sisi Jeno? Karena dalam rumah tangga bukan hanya cinta yang dibutuhkan, harus ada rasa nyaman.

Lalu apakah Jeno akan nyaman bersamanya nanti? Apakah ia akan memiliki cinta Jeno sampai akhir?

Jaemin tak tahu mengapa di saat saat seperti ini malah muncul pikiran aneh aneh di kepalanya.

Tok! Tok! Tok!

Ketukan di pintu membuat Jaemin terperanjat. Seluruh pikiran yang berkecamuk di otaknya langsung lenyap.

"Bunda? Ada apa?" Jaemin langsung mendapati Winwin di depan pintu setelah ia membukanya.

"Hpmu bergetar dari tadi, lihat?" Winwin menyodorkan benda pipih itu kepada pemuda manis yang sekarang ini tengah berbalut piyama pink lucu.

Tanpa banyak bicara, Jaemin langsung mengambil hpnya lantas berterima kasih pada sang bunda.

"Tidur Nana, kau tidak ingin merasa mengantuk kan ketika pernikahanmu sedang berlangsung besok?"

Jaemin ber-hehe pelan.

"Iya bundaa, siap" ucapnya.

Setelah Winwin berbalik pergi, Jaemin segera masuk ke kamarnya, menutup pintu dan merebahkan dirinya di kasur dengan sedikit terburu buru.

Jeno menelpon.

──

"Iya ibu, tentu saja"

Jeno berdiri di depan pintu kamarnya, menghadap sang ibu yang tadi ribut mengetuk pintu kamarnya hanya untuk memastikan bahwa semua persiapan untuk besok sudah lengkap.

"Jangan buat kesalahan oke?"

"Iyaa ibu, astaga kenapa bawel sekali" balas Jeno. Kalimat terakhir sengaja ia ucapkan dengan pelan agar ibunya tak mendengar. Namun hal tersebut tak ada pengaruh pada Taeyong. Pria cantik itu menukikkan alisnya.

"Ibu mendengarmu, ya!"

Jeno terkekeh melihat wajah kesal ibunya, "maaf maaf, Jeno hanya bercanda" ucapnya, "ibu tenang dan istirahat saja, semua sudah siap, aku jamin"

"Benar ya?"

"Iyaa"

"Kalau begitu ibu tinggal, kau juga cepatlah tidur Jeno. Besok adalah hari penting" suruh Taeyong sebelum benar benar pergi dari depan kamar Jeno.

Doctor Na | Nomin [READY PDF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang