STAND BY ME 15

86 13 10
                                    

Seorang pria terlihat memasuki sebuah unit apartemen yang telah sekian lama tidak ia datangi. Sebuah unit apartemen sederhana dan apartemen pertama yang ia miliki dari hasil jerih payahnya sendiri itu terlihat sedikit berantakan karena sudah lama tidak pernah dikunjungi oleh pemiliknya.

Pria itu perlahan berjalan kedalam apartemen dan mengamati berbagai interior didalamnya. Memasuki salah satu ruangan yang bisa dikatakan ruangan itu adalah dunianya, karena hampir setiap waktu luang ia habiskan di ruangan itu. Kemudian ia mendudukkan dirinya ditengah  ruangan yang dipenuhi berbagai peralatan musik. Mulai dari alat-alat hingga berbagai perangkat yang biasa digunakan untuk memproduksi musik. Pandangan pria itu terlihat tampak kosong, tidak tau apa yang harus dilakukan pada benda-benda dihadapannya itu.

Jemarinya perlahan mulai bergerak menyentuh benda-benda yang terlihat sedikit kusam itu dengan sedikit gemetar.  Mata berkaca-kaca dan bibir yang mulai bergetar, perlahan air mata yang telah terbendung dimata indahnya mulai mengalir deras membasahi pipinya. Semakin lama tangisan itu semakin deras, menumpukan kepalanya pada lengannya yang masih setia menyentuh benda kesayangannya yang setia  menemaninya dari beberapa tahun lalu itu.

.

.

.

.

.

Musik terdengar keras disebuah ruangan yang dipenuhi kaca. Lima orang gadis cantik tengah bergerak lincah dan bernyanyi mengikuti irama musik yang diputar. Wajah lelah tampak menghiasi wajah cantik mereka, namun tak sedikitpun mengurangi paras cantik mereka.

Beberapa saat kemudian musik terhenti bersamaan dengan gerakan mereka yang juga berhenti. Setelah benar-benar berhenti, kelimanya segera menuju kepinggir ruangan yang terdapat sofa juga segela perlengkapan mereka. Ada yang langsung memeriksa ponselnya, mengambil air minum dan meminumnya sekedar meredakan tenggorokannya yang kering akibat kegiatannya.

Salah seorang gadis nampak menyendiri dari yang lain dan tidak melakukan apapun kecuali menatap sendu didepannya. Bahkan sedikitpun tak menghiraukan candaan dari teman-temannya. Mereka bahkan juga mengajaknya untuk bergabung, namun tak satupun ajakan dari mereka direspon.

Ditengah lamunannya, tiba-tiba saja salah satu dari mereka menghampirinya dan mendudukkan dirinya disamping kirinya.

"Eonnie mwohaeyo?" tanyanya pada seseorang yang dipanggil eonnie itu, namun hanya gelengan kepala yang didapatkannya.

"Eonnie kalau ada sesuatu, kau bisa ceritakan pada kami siapa tau kami bisa membantu dan tentunya juga meringankan bebanmu. Kau selalu saja seperti eonnie," ucapnya lagi.

"Kau ini kenapa eonnie, apa kau tidak mendapat pesan darinya? eonnie kau ini bagaimana, jelas-jelas oppa-mu itu sedang wajib militer mana bisa kirim pesan dengan mu eonnie," lanjutnya lagi kesal karena lagi-lagi tidak mendapatkan jawaban yang diinginkan.

"Yeri-ah, eonnie minta kau jangan bahas dia ya. Tidak perlu khawatir, eonnie tidak apa-apa," hanya itu yang dikatakan pada perempuan bernama Yeri dan kemudian pergi begitu saja.

Kepergiannya membuat ketiga gadis cantik yang sedikit mendengar ucapanya heran dengan sikapnya.

"Joy-ah, eodigayo. Kita ada latihan lagi, Joy-ah," panggil Irene pada Joy.

"Biarkan saja dulu eonnie," ucap Seulgi.

"Yeri-ah, apa yang tadi katakan pada Joy?" tanya Wendy pada Yeri.

"Aku hanya mengatakan apa yang seharusnya aku katakan eonnie," ucap Yeri dengan tampang tak bersalah.

"Apa yang kau katakan?"  tanya Irene tegas.

STAND BY ME || BTOBWhere stories live. Discover now