BAB 15 - Awal perjalanan

34 7 0
                                    

"Bagaimana menurutmu?"

Setelah makan malam yang berakhir dengan kecanggungan, Sakha dan Hanung diarahkan ke kamar tidur yang sudah disiapkan. Sakha tidur di kamar tamu yang ada di rumah Akasa, sedangkan Hanung tidur di kamar tamu rumah Pritha. Katanya, agar tidak terjadi hal-hal yang tak diinginkan. Padahal Hanung dan Sakha juga tidak menginginkan hal-hal seperti itu. Lagipula, tidak akan terlihat aneh jika Hanung menginap di rumah Akasa. Gadis itukan terlihat seperti laki-laki-setidaknya dalam penglihatan Sakha beberapa waktu yang lalu sebelum mengetahui yang sebenarnya.

Saat terbangun, Sakha mendapati Akasa dan Bamasya yang sibuk berkemas ketika ia berjalan keluar dari kamar tamu. Sakha membenarkan letak kacamatanya lalu berjalan ke arah keduanya.

"Oh, kau sudah bangun, duduk dulu sini." Bamasya menepuk-nepuk bantalan sofa yang ia duduki.

"Kau sepertinya tidak perlu berkemas lagi, barang-barangmu masih tersusun rapi dalam kopermu tapi kita tidak boleh membiarkannya terlihat. Jadi, pakailah plastik ini." Pria yang hendak memasuki usia kepala empat itu mengambil sebuah kantong kresek dari dalam lemari di sebelahnya.

"Itu akan mempermudah bawaanmu, kopermu akan tersimpan di dalamnya dan segalanya menjadi lebih praktis. Kau tinggal membungkus kopermu, lalu itu akan menyusut dan muat untuk dibawa dalam tas selempang. Pakailah ini."

Bamasya juga menyodorkan sebuah tas selempang yang terbuat dari kulit. Sakha menerimanya dan melakukan hal-hal yang disuruh oleh Bamasya. Benar saja, setelah membungkus kopernya dengan kantong kresek bening yang diberikan Bamasya, ukuran kopernya mengecil bersama dengan plastik yang melapisinya.

Sakha hanya bisa menganga, seiringnya Hanung datang dan bertepuk tangan di samping laki-laki itu. Sakha terkesiap melihat kehadiran Hanung. Bukan karena gadis itu tiba-tiba berdiri di sebelahnya, namun setelan gaun putih semata kaki yang ia kenakan nampak begitu feminim. Aura kecantikan gadis itu memancar. Suatu hal yang sempat tak pernah Sakha sadari.

Menyadari tatapan Sakha yang nampak tak berkedip, Hanung memerhatikan dirinya sendiri dan lekas-lekas memasang jaket yang sedari tadi ia bawa di pergelangan tangannya.

"Apa lihat-lihat?"

Gadis itu menyipitkan matanya dengan kedua tangan disilangkan di depan dada setelah jaket hitamnya terpasang sempurna.

"Tidak, tapi kau cukup aneh menggunakan gaun-seperti bukan Hanung yang kukenal di desa."

"Tentu saja, aku tidak bawa baju ganti dan semua pakaian Pritha modelnya feminim dan berwarna putih. Mau bagaimana lagi, paman bilang aku tidak bisa seenaknya keluar masuk portal untuk mengambil barang-barangku atau pihak istana akan kembali mencurigai kalian."

Sakha manggut-manggut menanggapi, lalu kemudian ia memasukkan koper kecilnya ke dalam tas selempang yang kini ia kenakan di tubuhnya.

"Tempat ini benar-benar menakjubkan, seperti dunia dongeng dalam televisi." Hanung sedikit berbisik ke telinga Sakha. Karena perbedaan tinggi sekitar dua puluh senti, Hanung sedikit berjinjit. Bamasya dan Akasa yang tak sengaja melihatnya pun terdiam di tempat masing-masing. Posisinya terlihat seperti Hanung sedang mengecup pipi Sakha karena keduanya melihatnya dari belakang.

Cekrek!

Sakha dan Hanung terperanjat begitu sekelip cahaya menyilaukan mata keduanya.

"Kalian memang pasangan yang menarik. Cocok untuk koleksiku." Pritha berkomentar sambil menunjukkan potret hasil jepretan kamera di tangannya yang membuat Bamasya dan Akasa berseru senang.

"Asyik ada dokumenter!" Bamasya berseru senang.

"Mereka memang serasi!" Akasa menimpali.

"H-hentikan, kami tidak seperti yang kalian kira kok!" Sakha memprotes dengan wajah yang memerah dan nada bicara terbata-bata.

Sakha dan Batu AngkasaWhere stories live. Discover now