Part 17

1K 108 47
                                    

Eren terbangun dari tidurnya saat merasa suasana ramai di dalam bus. Ia mengusap rambutnya kebelakang lalu membenarkan kucirannya. Tatapannya menuju ke depan dimana teman-temannya mulai turun satu persatu dari bus.

" Oi Jean! " teriak Eren. Ia reflek melihat Levi karena sadar teriakannya terlalu kencang.

Jean yang hampir keluar pun tidak jadi, ia menoleh kearah Eren dengan tatapan sebal.

" Apa? Jangan bertanya apakah ini sudah sampai apa belum, cepat turun dan bawa barang mu sebelum sensei memarahimu."

" Iyaa...sana turun, kau membuatku pusing." usir Eren.

" Cih kurang ajar." Jean mengacungkan jari tengahnya sebelum benar-benar keluar dari bus.

Eren mengusap rambut hitam Levi lalu mencubit pipi tembemnya, ia terkekeh geli.

" Sayang, bangun." bisiknya lembut.

Levi menggeliatkan tubuhnya, kedua mata berwarna abu-abu terlihat saat sang empu membuka matanya. Ia menatap Eren dengan tatapan khas bangun tidur.

" Sudah sampai?" tanyanya serak.

" Ya, ayo kita turun sebelum sensei memarahi kita."

Koper segera di tarik keluar oleh Eren. Kemudian, ia membantu Levi berdiri dari bangkunya. Merapikan pakaian Levi yang sedikit berantakan dan mencium bibir pinknya. Membuat sang empu merona tipis, Levi menarik ujung kaos Eren, membuatnya kebingungan. Ternyata Levi hanya ingin membenarkan anak rambut Eren yang berantakan.

" Kurasa ini cukup rapi." Levi tersenyum tipis.

" Baiklah ayo." ajak Eren, tangan satunya menggandeng tangan Levi keluar.

Armin melambaikan tangannya saat melihat kedua temannya–ehm mungkin lebih dari sekedar teman sekelas. Armin hanya terkekeh geli ketika Eren terlihat sangat lengket dengan Levi, bahkan membuat iri para penggemar Eren.

" Eren! Kemarilah! " teriaknya.

Yang dipanggil segera menuju kearah dimana Armin berdiri dikelilingi teman-teman sekelasnya. Sasha datang memberikan sebungkus keripik singkong kepada Levi yang masih terlihat mengantuk. Levi menerimanya dengan senang hati.

" Terimakasih."

" Sama-sama, aww kau sangat imut Levi, pantas saja Eren sangat menyukaimu." Sasha berkata histeris hingga menyita perhatian teman-temannya.

" Anak-anak semua cepat berkumpul kesini! " teriak Sensei melalui toa.

Eren menuntun pelan Levi menuju gerombolan para murid yang sudah mengelilingi sensei. Ia mengusap rambut raven Levi hingga sang empu mendelik tajam kearahnya.

" Para murid-murid ku yang bapak banggakan dan sayangi. Untuk acara camping ini anggap saja sebagai liburan kalian, kalian bebas melakukan apa saja seperti membuat permainan kecil-kecilan atau sekreatifitas kalian! Tapi ingat, kalian semua tidak boleh berkeliaran, " Sensei mengarahkan telunjuknya pada sekeliling tempat yang digunakan membangun tenda.

" Kalian melihatnya, bukan? KALIAN MELIHATNYA BUKAN! "

" IYA SENSEI! " jawab sang murid serempak.

" Nah jangan sampai ada yang melewati tali berwarna merah itu! Jika kalian sedikit saja keluar dari batas, maka ancaman bisa menghampiri mu."

Sasha mengangkat tangan kanannya. Sensei mengangkat alisnya melihat muridnya lalu menyuruhnya berbicara.

" Kalau boleh tau, apa ancamannya sensei?"

Tiba-tiba semua merinding saat sensei melototkan kedua matanya, semuanya menjadi hening. Bahkan Eren ikut ketakutan, ia memeluk erat lengan si raven.

" Kau tau mitos di daerah sini?"

PERVERT BOY - ERERI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang