41

714 79 15
                                    

Tidak ada kesedihan juga kebahagiaan yang abadi. Keduanya silih berganti bagai roda yang berputar. Kejadian demi kejadian berlalu dengan cepat bagai panah yang melesat. Waktu pun berjalan sangat cepat tanpa terasa. Gyandra menyandarkan punggungnya pada kursi dan membenarkan duduk. Dia melihat jam dinding dan segera bergegas ke ruangan Bian. Dengan pelan mengetuk pintu kantornya. "Maaf, Pak. Sebentar lagi waktu makan siang. Bapak punya janji dengan perwakilan dari kantor cabang untuk membahas proyek cabang selanjutnya," ucap Gyandra mengingatkan. Sementara itu, Bian hanya mengangkat sedikit wajah dan mengangguk pelan. Namun, masih enggan untuk beranjak. Tatapan matanya kembali pada dokumen yang ada didepannya. Tanpa peduli, Gyandra kembali ke ruangannya. Dia duduk dan pikirannya melayang. Memikirkan apa yang akan dia lakukan selanjutnya.

Rapat, menyelesaikan semua pekerjaan, berendam air hangat, menonton, lalu tidur adalah serentetan harapan bagi Gyandra untuk menjalani harinya. Namun, sialnya itu hanya angan-angan. Ekspektasi selalu berbeda dengan kenyataan. Sore itu, saat dia hendak pulang, tanpa sopan Andre menyeretnya ke dalam mobil dan membawanya paksa. "Ayo ikut!" Ajaknya dengan menarik tangan Gyandra paksa.

Gyandra menolak. Dia berusaha menahan diri dan memberontak. "Lepasin! Apa yang kamu lakukan, hah?" Bentaknya.

"Wow, tenang nyonya. Aku tidak akan macam-macam. Justru aku akan membuatmu senang. Ayo masuk!" Titahnya dengan mendorong bahu Gyandra pelan.

Gyandra menepis tangan Andre, matanya menatap tajam dan berdecak kesal."Heh! Mana ada orang yang bikin senang tapi begini. Semua yang berhubungan denganmu pasti tidak beres!" Tuduhnya.

"Wah songong! Emang kamu pernah berhubungan atau melakukan apa sama aku?" ucap Andre tak terima.

Gyandra menyipitkan matanya sangsi.  Otaknya berputar siap menyerang dengan serentetan perbuatan yang pernah dilakukan Andre padanya. Namun, belum sempat dia membuka mulut dan menyerang Andre, suara yang tak asing menginterupsi dari dalam mobil. "Masuk aja dek, kakak juga ikut," ucap Ginatri dengan menurunkan kaca mobil dan tersenyum ramah.

Gyandra mematung dengan curiga. Ada Leo, Ginatri juga Bian di dalam mobil. Perasaan tidak nyaman langsung menyerangnya begitu melihat kebersamaan mereka. Kembali melihat Andre. Matanya menatap nyalang. Ingin rasanya dia menguliti Andre. Jelas sudah apa yang ada di otak pria sialan itu. "Gya cape, kak. Jadi kayaknya Gya langsung pulang aja," tolaknya halus dengan tersenyum ramah.

"Niat bagus gak boleh di tolak ayo masuk!" Paksa Andre dengan membuka pintu dan mendorong Gyandra paksa. Namun, Gyandra masih coba untuk bertahan. Berbagai alasan dia ucapkan, tapi sayang. Bagaimanapun dia berusaha dia tetap kalah. Satu lawan empat. Gyandra menyerah. Dengan berat hati dia masuk ke dalam mobil dan duduk di sebelah Ginatri, kakaknya.

Begitu Gyandra masuk, tak lama Andre menyusul dan langsung menjalankan mobilnya. Gyandra menatap satu persatu wajah yang ada di dalam mobil. Berhitung dengan situasi dan menebak beberapa kemungkinan yang terjadi. Namun buntu. Dia tidak menemukan alasan apapun yang mungkin memicu kebersamaan mereka, juga alasan apa yang membuatnya harus terseret bersama orang yang berusaha dia hindari. Dia sendiri bahkan tidak tahu akan kemana dan enggan bertanya karena mood yang sudah terlanjur rusak karena Andre.

"Kalian pada kenapa sih diem-diem gitu? Ngobrol kek, kenal 'kan?" Ucap Andre memecahkan keheningan.

Gyandra berdecak sinis. Bian juga Leo tidak menghiraukan sama sekali sedangkan Ginatri masih fokus dengan laptopnya. Entah apa yang dia kerjakan.

"Hallo? Ada orang disini?" usik Andre saat tidak mendapat jawaban dari rekannya.

"Berisik! Gak usah banyak omong dan nyetir aja yang bener. Suara kamu mengganggu tau gak!" Ucap Gyandra.

"Sinis amat! Tambah tua tau rasa!"

"Dimana-mana tua itu pasti."

"Eh, kamu tuh kaya anak kecil banget sih! Udah syukur aku ajak main malah sewot terus. Gak capek apa itu mulut sewot mulu?"

Anak PelakorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang