[16]

2.6K 166 2
                                    

______________________________________

HAPPY READING
DON'T FORGET TO VOTE ☆
______________________________________

🌻🌻🌻

Usai menceritakan semua yang dia rasakan pada Viola, keduanya kemudian terlibat dalam beberapa obrolan singkat sebelum pada akhirnya Kaluna jatuh tertidur. Viola menaikkan selimut yang ada di ujung kaki Kaluna hingga batas dada. Diperhatikannya wajah cantik Kaluna yang selalu membuatnya terpana.

Jika dia yang seorang wanita saja bisa sejatuh cinta itu dengan Kaluna apalagi dengan pria di luaran sana. Viola hanya bisa berdoa semoga gadis baik-baik seperti Kaluna akan dipertemukan dengan pria baik-baik pula.

Suara getaran ponsel yang berada di dalam tote bag miliknya membuat Viola tersadar. Sebuah senyum lebar terlukis diwajah Viola saat melihat id caller yang terpampang jelas di layar ponsel miliknya. Dengan segera Viola mengangkat telfon yang ternyata berasal dari kekasihnya itu, siapa lagi kalau bukan Raffa.

lagi dimana?

“aku? Aku lagi di rumah sakit” jawab Viola.

kamu sakit? Kamu di rumah sakit mana? Aku ke sana sekarang ” panik Raffa di sebrang telfon.

Viola terkekeh mendengar kepanikan Raffa di sebrang telfon. “bukan aku yang sakit, tapi Kaluna”

Raffa mengerutkan kedua alisnya bingung. “Kaluna di rumah sakit? Sakit apa?

Belum sempat Viola menjawab pertanyaan Raffa, sebuah suara pria sudah mengintrupsinya terlebih dahulu.

Kaluna sakit? Lo lagi di rumah sakit mana? Bilang sama gue cepetan ” tuntut Aezar tanpa mau dibantah.

Viola menghela napas pelan. Lalu kemudian memberitahukan nama rumah sakit tempat dia dan Kaluna berada sekarang meski dengan berat hati. Setelah sambungan telfon terputus, Viola menatap Kaluna nanar. Apa yang sudah dia lakukan. Bisa-bisa Kaluna ngamuk kepada dirinya apabila saat terbangun nanti Kaluna melihat sosok Aezar berada di rumah sakit.

Mampus gue!

Menit demi menit Viola lewati dengan rasa cemas. Terlebih dia tengah menunggu kedatangan Raffa yang sudah pasti datang bersama Aezar juga. Viola tersentak kaget saat suara gorden pembatas dibuka secara paksa.

Dari tempatnya duduk Viola bisa melihat dengan jelas Aezar yang tengah menatap khawatir pada Kaluna yang terbaring di atas ranjang rumah sakit. Melihat itu membuat Viola secara otomatis bangun dari duduknya. Lalu berjalan mundur menuju tempat Raffa dan memberikan ruang kepada Aezar untuk mendekat pada Kaluna.

Aezar berjalan mendekat pada sosok Kaluna yang tengah terbaring lemah. Kedua mata gadisnya itu masih tertutup rapat. Aezar memerhatikan selang infus yang tertancap sempurna di punggung tangan kiri Kaluna. Aezar menundukkan wajahnya untu bisa melihat lebih dekat lagi wajah pucat milik Kaluna. Tangan kanannya terulur untuk merapikan rambut Kaluna yang menghalangi wajah cantik itu.

Aezar bernapas lega saat pada akhirnya Kaluna membuka kedua mata sayunya itu meski dengan perlahan. Sebuah senyum terlukis indah di wajah tampan Aezar. Jelas sekali terlihat bahwa ada perasaan lega yang ditampilkan oleh wajah tampan itu.

“Kak Aezar?” cicit Kaluna keheranan saat melihat Aezar yang berjarak begitu dekat dengan dirinya.

Aezar menatap Kaluna khawatir. “kamu butuh apa? Mau minum? Atau mau aku panggilin dokter? Okay tunggu bentar, aku panggilin dulu dokternya”

Kaluna menahan Aezar saat pria itu ingin beranjak pergi. Dia menggelengkan kepalanya pelan. “aku enggak butuh apa-apa. Kakak kenapa bisa ada di sini?”

Aezar menangkup pipi Kaluna. Dia mengelus pipi mungil Kaluna itu dengan ibu jarinya yang besar. “kenapa kamu bisa drop kayak gini? Kamu bisa bilang ke aku kalau kamu ngerasa enggak baik-baik aja, Kaluna. Jangan kayak gini lagi. Kamu bener-bener bikin aku khawatir”

Kaluna terdiam saat mendengar kata-kata yang keluar dari bibir Aezar. Kedua netra Aezar yang menatap matanya membuat Kaluna bisa merasakan kesungguhan pada setiap kata yang keluar dari bibir itu. Belum lagi wajah penuh kekhawatiran yang tergambar jelas di wajah Aezar semakin membuat Kaluna yakin kalau Aezar benar-benar mengkhawatirkan dirinya. Mendapati kenyataan seperti itu membuat ada rasa menghangat menjalar di relung hati Kaluna.

I’m okay ” lirih Kaluna sembari tersenyum lebar.

Mendengar itu membuat Aezar menatap Kaluna tajam. “you’re not okay, Little Moon. Even for one second. Aku enggak mau tau pokoknya kamu harus dirawat inap sekarang”

Kaluna menggeleng tegas menolak perkataan Aezar. “enggak mau. Aku mau pulang. Kata dokter juga aku udah boleh pulang kalau infus aku udah habis”

“enggak ada penolakan, Sayang”

“jangan dirawat ya Kak, please. Aku mau pulang aja. Aku enggak mau nginep di sini” pinta Kaluna memohon pada Aezar.

Viola yang melihat perdebatan antara Kaluna dan Aezar pun terkekeh. “Luna itu takut rumah sakit Kak. Dia bilang rumah sakit itu sarangnya hantu”

Aezar yang mendengar perkataan Viola tersenyum simpul. Dia menatap Kaluna dengan senyum menggoda. “oh jadi kamu enggak mau dirawat karena takut hantu? Gemesin banget sih kamu, Sayang”

“aku mau pulang pokoknya”

“okay, kita pulang” ujar Aezar santai. “tapi ke apart aku”

Kaluna menatap Aezar yang tersenyum penuh arti padanya. Sialan. Kalau sudah begini artinya Kaluna tidak bisa menolak permintaan Aezar. Mau bagaimana pun usahanya untuk menolak permintaan Aezar, semua itu akan berakhir sia-sia. Aezar adalah Aezar yang semua perkataannya harus dituruti. Terlebih oleh Kaluna, gadis mungil yang menjadi titik hidupnya saat ini.

🌻🌻🌻

____________________________________

SEE YOU IN THE NEXT CHAPTER
DON'T FORGET TO VOTE ☆
____________________________________

SEREINWhere stories live. Discover now