PERJANJIAN BATAL

6.2K 359 17
                                    

Hello!

Maapkeun jika masih ada typo, ya sayang ya. Kadang suka ngeselin emang... udah diteliti banget sebelum dipublish, eh pas udah kepublish masih ada aja typo yang nyangkut. Untung aku sabar, sesabar menghadapi omongan tetangga julid.

Udah ah, ngomongin apa sih ini?!

Yosh!! HAPPY READING semuanya...

Jangan lupa kasih VOTE & KOMEN yak, jangan jadi silent readers atau ku kutuk biar bintitan!

.

.

.

.

.

.

.

*****

Niskala merengut kesal sambil menahan panas di telinganya. Sudah satu jam lebih Dipta menceramahinya, tentang Galang dan juga hal yang lain. Padahal perjanjian awal dibuat oleh pria itu sendiri, tapi justru Dipta lah yang tak bisa menerima ketika Niskala berdekatan dengan adik atasannya.

Wanita itu juga sempat tertegun ketika mendengar suaminya mau berbicara panjang lebar dengannya. Bisa dibilang, ini lah pertama kalinya Niskala melihat Dipta begitu ekspresif.

Meskipun wajah tampan pria itu masih didominasi oleh ekspresi datar, Niskala sebenarnya cukup menikmatinya. Melihat Dipta mengomel seperti ini, rasanya cukup menyenangkan.

"Siapa yang ngajakin gak saling kenal? Kamu kan?!" tanya Niskala yang sudah dongkol setengah mati kepada DIpta. Ini semua berawal dari Dipta dan ia hanya menuruti apa yang pria itu katakan. Tapi sekarang justru Niskala sendiri yang harus menerima ceramah suaminya.

Meski Niskala menikmati ekspresi kesal Dipta, tak bisa dipungkiri jika dirinya juga merasa kesal dengan opini pria itu.

"Tapi gak usah dansa bareng juga! Gak usah pegang-pegang! Jaga jarak! Jauh-jauhan kalau bisa!"

"Masa mau social distancing sih, Dip?!" Niskala hampir saja terpekik nyaring dan kali ini dirinya tak segan-segan untuk menunjukkan ekspresi kurang senang pada suaminya. Kedua matanya memicing tajam, mengamati Dipta yang masih sibuk mengomel.

"Dia jemput kamu dimana?" bukanya menjawab, Dipta justru memberikan pertanyaan lain untuk Niskala. Membuat wanita di hadapannya semakin menekuk wajahnya sebal.

"Apartemenku." jawab Niskala dengan nada datar.

Seharusnya Dipta tak perlu semarah itu padanya. Lagi pula Niskala juga tak melakukan hal yang aneh-aneh, semua baik-baik saja. Dirinya bahkan kini berada di rumah dengan keadaan selamat, sentosa, tanpa kurang satu apapun.

"Aku aja yang suami kamu gak tau loh apartemen kamu di mana! Masa cowok lain tau sih?!"

"Kamu lupa ya kita nikah karena apa? Kita gak serius nikahnya, mau diingetin lagi? Gak usah gitu lah!"

Niskala sudah tak bisa berpikir jernih lagi,  mulai merasa marah pada Dipta. Padahal ia hanya menuruti permintaan pria itu, tapi ternyata justru ia juga yang disalahkan. Sungguh tidak adil, pikirnya.

"Kalau aku sama Galang seharusnya kamu gak masalah, iya kan? Toh aku sama dia cuma sebatas rekan kerja." akhirnya Niskala mulai mencoba menenangkan diri, meski tak bisa dipungkiri dalam nada bicaranya masih terselip rasa kesal yang menggebu.

"Besok ikut aku sebelum berangkat ke rumah sakit." final Dipta sambil menatap ke arahnya.

Niskala mengernyit, sebelum akhirnya mulai bersuara.

AFTER 100 [REVISI]Where stories live. Discover now