KUNJUNGAN MAMA MERTUA

5.3K 311 17
                                    

Happy reading, jangan lupa Vote yak...

Awas ada typo!!

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

*****

"MAMA MAU KESINI!" teriak Dipta dengan panik, sedangkan Niskala menatapnya dengan horor karena terkejut.

"Gak usah teriak!" balas Niskala dengan tajam sambil mengelap tangannya.

"Iya, tapi mama mau kesini Niskala..."

Niskala melirik sinis suaminya, kemudian berkacak pinggang sambil menghadap ke arah Dipta yang terlihat gelisah di kursinya.

"Ya bagus, dong! Emang kenapa kalau mama kesini?!"

"Bagus apanya?! Itu tandanya mama mau sidak!"

"Hah? sidak? Jangan ngaco deh! Emang mama orang dinas pakai acara sidak segala?!" sewot Niskala sambil duduk berhadapan dengan suaminya.

Dipta berdecak kemudian bangkit dan meninggalkan meja makan, meninggalkan Niskala yang masih melongo kebingungan. Tapi tak berapa lama kemudian, wanita itu melanjutkan mencuci piring.

"Sidak apa?" tanya Niskala sambil menghampiri suaminya yang kini tengah memotong rumput di halaman.

"Mama itu... bakalan wawancara kita berdua."

Niskala tersenyum geli, kemudian bergerak menjauh. Tak berapa lama kemudian wanita itu kembali dengan sapu dan pengki di kedua tangannya.

"Jadi, ceritain semuanya! Maksudnya itu apa? Biar bisa siap-siap juga." Niskala beujar sambil menyapu potongan rumput di sekitarnya, Dipta melirik wanita itu kemudian kembali fokus dengan pekerjaannya.

"Pertanyaannya simple sih, Dipta gimana baik gak sama kamu? Terus Niskala gimana baik gak sama kamu? Dan yang paling ngeri, kalian bulan madu kemana? Udah isi belum?"

Niskala melotot, perutnya terasa geli ketika Dipta melontarkan dua kalimat terakhir sambil menirukan gaya bicara sang mama. Dan apa katanya tadi? Bulan madu dan hamil?

Oh, bahkan meskipun mereke kini tidur di ranjang yang sama, tetapi mereka memang belum melakukan itu. Selain karena Dipta yang menunggunya untuk siap, Niskala juga masih harus memastikan bagaimana sebenarnya perasaan yang ia miliki untuk sang suami.

Niskala ingin melakukannya, lalu mengandung buah hati mereka. Tentu saja dengan beberapa syarat, kesiapan dirinya menerima Dipta, berdamai dengan masa lalu menyedihkan mereka berdua dan mengetahui perasaan satu sama lain.

"Lah, aku juga ditanyain udah isi belum sama bunda. Gak ngeri-ngeri amat, kok! Kan tinggal geleng."

"Ya... itu kan bunda!" erang Dipta sambil menatap Niskala dengan jengkel.

Sedangkan wanita yang ditatap justru tersenyum geli. Akhir-akhir ini Dipta sangat ekspresif dan hal itu menjadi hiburan tersendiri bagi Niskala yang bahkan hampir lupa bagaimana caranya berekspresi dengan benar.

"Ini mama! Beda... kalau jawab belum bulan madu, pasti bakalan didepak suruh cepet-cepet berangkat. Mama itu orangnya eksentrik kebangetan!"

Niskala bergumam lirih menanggapi ocehan Dipta, pria ini benar-benar lebih banyak bicara daripada dulu, saat awal pernikahan mereka. Bisa dibilang juga, Dipta menjadi lebih terbuka padanya. Mungkin Niskala perlu menirukannya suatu saat nanti.

AFTER 100 [REVISI]Where stories live. Discover now