📞FI-03📞

1.2K 280 76
                                    

Jangan lupa vote dan komen ya.

><

Qio memandang Rara yang saat ini tengah berjalan keluar kelas, entahlah Qio ingin menagih janji Rara yang katanya mau mengajaknya foto bersama dengan hantu yang ada di rumahnya.

"Ra!" gadis yang tadinya hendak ke kantin bersama Mahen dan Putra sontak berhenti, dia menoleh kearah Qio lalu tersenyum.

Rara memang dikenal sebagai siswi yang ramah pada siapa saja, dia memang friendly, bahkan hantu pun diajaknya berteman.

Maka tak heran banyak yang baper pada Rara dan berujung menyukainya, tapi mereka tak berani mendekati Rara lebih dari teman.

Pasalnya pawang Rara itu mengerikan, mereka jadi agak takut.

"Ada apa Qio?" tanya Rara lembut begitu Qio berdiri di sebelahnya.

Rara harus menunduk dulu, dia menatap Qio dengan lekat dan dekat.

Qio menahan degub jantungnya saat wajah Rara dekat dengannya, Rara sangat cantik, bulu mata lentiknya juga indah.

"J-jauhan dikit! Jangan deket-deket!" seru Qio seraya mendorong wajah Rara agar menjauhinya.

Rara terkekeh pelan, manis sekali sih, Rara selalu suka saat melihat wajah memerah Qio, itu lucu sekali.

Putra melihat hal tersebut, dia menarik bahu Rara dan menjauhkannya dari Qio. "Gak usah deket-deket, bisa?" cetus Putra kesal.

"Apaan sih, siapa yang deket-deket?"

"Kamu tuh, jangan dekat-dekat sama dia."

"Lah? Kenapa?" Qio menatap Putra dengan polos, kenapa Rara tidak boleh dekat-dekat dengannya padahal Rara itu baik sekali padanya.

Putra melengos tak mau menjawab, dia merajuk. "Memangnya kenapa gue gak boleh deket sama Rara?" tanya Qio.

"Lo itu, hama, gausah deketin Rara!"

"Dih! Enak aja lo!"

"Nyenyenye."

Qio menatap sebal Putra, enak saja dia dikatai Hama. "Gue bukan hama kan Ra?" tanya Qio sedih.

Rara yang melihat ekspresi muram Qio sontak tertawa, sangat lucu dan menggemaskan sekali, Rara suka yang lucu-lucu seperti Qio ini.

"Enggak kok, kamu bukan hama, abaikan saja apa yang Putra katakan."

"Ra!?"

"Udahan deh, ayo ke kantin. Dan Qio tadi kamu mau bilang apa?"

Qio diam sejenak, dia lupa tapi dia berusaha mengingat. "Oh! Gue mau ke rumah lo hari ini, mau foto bareng sama hantu yang ada di rumah lo." ujar Qio semangat.

Kedua manik indahnya berbinar cerah, Rara terkekeh pelan melihat itu.

"Oke, nanti pulang sekolah ya."

"Okey!"

Qio berlari pelan kearah meja nya, akhirnya dia akan berfoto dengan hantu yang menjadi teman Rara.

"Kau punya fetis pada hantu ya?" celetuk Naren heran, kenapa Qio bersemangat sekali jika berurusan dengan hantu, dia tak ada takutnya.

Qio menatapnya dengan kepala yang dimiringkan. "Fetis itu apa?" tanya nya polos.

Ah, Naren salah bertanya nampaknya.

"Bukan apa-apa." jawab Rendi cepat, ini bocah polos tidak boleh dikotori, bahaya nanti Rendi dimarahin banyak orang.

...

"Raraaaaa, dimana hantunyaaaaa." tawa pelan Rara berikan, Qio manis sekali, entah sudah berapa kali Rara mengatakan hal itu.

Qio datang ke rumah Rara seperti yang dia mau tadinya, Putra, Mahen dan Rendi juga ikutan tentu saja.

"Sabar dong, aku harus berbicara sebentar pada mereka." cetus Rara sembari mengelus rambut Qio pelan.

Lagi dan lagi jantung Qio berdegup kencang, apa maksudnya ini, kenapa setiap kali Rara menyentuhnya dia berdebar dan gugup begini.

"Gausah elus rambut gue!" pekiknya kesal, alias malu.

Rara mengangguk saja, dia berjalan menuju sudut kamar mandi yang ada di kamarnya lalu berjongkok pelan.

"Boleh tidak? Tampakan saja di kamera." ujar Rara tenang.

Sosok remaja laki-laki yang bola matanya hancur, namun wajahnya tampan khas orang belanda itu hanya mengangguk saja, dia suka pada Rara jadi apapun yang Rara minta akan dia lakukan.

"Baik, itu mudah." ujarnya tenang.

Rara mengangguk pelan. "Sini Qio, dia mau diajak foto nih." panggil Rara.

Qio langsung bersemangat, dia menyerahkan kamera DSLR nya pada Rendi. "Foto kan ya!" pintanya sangat bersemangat.

Rendi hanya mengangguk saja, kalau tidak dituruti nanti Qio nangis, berabe urusannya.

Saat Rara hendak bangkit dan menjauh, Qio menahan tangannya dan menariknya mendekat.

"Foto sama Rara juga! Kan kita udah temenan jadi harus foto bareng!" serunya riang.

Rara terdiam, kemudian menatap Mahen dan Putra. "Mereka ikut juga, kan udah temenan sama mereka." ujar Rara lembut.

Qio awalnya ingin menolak, namun Putra langsung menerobos diantara Qio dan Rara. "Ayo foto." ujarnya datar.

Mahen menggeleng pelan. "Gue gak ikutan, udah disuruh pulang sama Mami, katanya Papi Aze keluar terus nyariin gue." memang lah, Papi Aze itu sangat sayang pada Mahen.

Jika dia keluar dan Mahen tak ada, maka Papi Aze akan menangis tak karuan.

"Titip salam buat Om Shibal ya~" ingat Rara.

Mahen menunjukan jempolnya lalu berjalan keluar.

"Oke, gue foto ya." Rendi bersiap dengan kameranya.

Qio bersiap dikanan Rara sementara Putra ada dikiri Rara, dan hantu belanda itu berjongkok didepan Rara.

Rendi bisa melihat sosoknya walau samar.

"1, 2, 3."

Cekrik!

Akhirnya cita-cita Qio untuk berfoto dengan hantu terwujud juga.

📞📞📞📞📞📞📞📞📞📞📞📞📞📞📞Bersambung📞

Peek-a-boo [Selesai]Where stories live. Discover now