📞FI-05📞

896 211 80
                                    

Hybrid nanti sore aku up, jadi siang aku up Rara Dkk dan sore ke malam baru Hybrid, oke?

Nah, jangan lupa vote dan komen ya(*´∇`*)

Anyway, makasih untuk yang komen di chapter sebelumnya, kalian baik banget udah mau boom komen tanpa spam sedikitpun.

Kalian gak mau request cerita untuk Hybrid collection kah? Nanti aku buatin tapi tunggu antriannya ya hehehe.

><

Nyata nya, Rara tetap menjauhi Putra di sekolah maupun di rumah, mereka kan tetanggaan ya.

Dan Rara malah semakin dekat dengan Qio dan Rendi, sebab Rara pindah tempat duduk, dia tak mau duduk dengan Putra, masih takut.

Bayangkan saja jika setiap kali memandang Putra, dia akan teringat dengan hantu yang menyerupai Putra itu.

Kan sangat mengerikan, Rara takut.

"Rara ayo ke kantin." Qio menarik tangan Rara semangat, dia bahagia karena 3 hari ini Rara dekat dengannya.

Rara duduk dibelakang meja Rendi, soalnya hanya itu kursi kosong.

Putra menatap Rara dengan sedih, dia sedih gadis yang dia sukai sekaligus sahabat kecilnya itu menjauhi nya sedemikian rupa.

"Sabar, iya ini aku selesaikan dulu." ujar Rara lembut, Qio mengangguk semangat, dia menanti Rara yang masih menulis materi di depan.

Mahen sendiri bangkit dari duduknya dan mendekati Putra, dia menepuk bahu Putra pelan. "Nanti aku bicarakan sama Rara, kau tenang saja." ujarnya tenang.

Putra mengangguk sedih, bahkan saat Putra datang ke rumah Rara, gadis itu tak mau menemuinya sama sekali, sedih sekali rasanya.

Mahen kemudian berjalan menuju meja Rara, dia meletakan sesuatu di meja. "Kau lupa bawa ini, Tante Inura meminta ku membawakannya." ujar Mahen tenang.

Sifatnya yang satu ini menurun dari Reno dan Mark, pembawaan yang tenang dan dewasa.

Rara mendongak, kemudian mengangguk. "Makasih Mahen, mau ke kantin bareng?"

"Boleh."

Qio mendelik sebal, harusnya kan Rara pergi berdua sama dia, kenapa Mahen harus ikut juga sih.

"Aku ikut." sahut Rendi yang baru selesai mencatat lalu berdiri mendekati meja Rara.

Qio semakin kesal, ini lagi, kenapa Rendi ikut-ikutan juga. "Lo gak usah ikut Rendi!" sungut Qio tak suka.

"Lah? Kenapa?"

"Ish, ganggu tau."

"Dih, suka-suka dong." cibir Rendi.

Qio kesal, kenapa mereka semua kecuali Rara sangat menyebalkan hari ini.

Disaat kekesalan itu, Qio merasakan tepukan pelan dikepalanya, ternyata Rara sudah selesia menulis dan kini berdiri disebelahnya.

"Jangan gitu ah, dahinya berkerut ntar cepat tua Qio." cetus Rara sambil terkekeh pelan.

Qio menghentakan kakinya kesal, tapi kemudian dia bergelayut manja dilengan Rara. "Ayo buruaaan, Qio udah laper Raraaaa." rengeknya manja.

Aduh menggemaskan, bagi Rara, tidak bagi sebagian siswa yang memang suka pada Rara.

Bagi mereka Qio ini terlalu berani, terlalu sksd sama Rara, mereka tak suka.

"Gausah nempel-nempel." tegur Mahen seraya menjauhkan Rara dari Qio, dia kemudian merengkuh pinggang Rara dan membawanya keluar kelas.

Qio melongo tak percaya, apa-apaan ini!?

"Ih! Mahen sialan!" umpatnya kesal kemudian berlari mengikuti mereka yang sudah keluar kelas.

Sementara Putra, hanya bisa termenung di kelas, meratapi nasibnya yang harus dijauhi Rara.

Hari-harinya suram sekali, Putra merindukan ocehan Rara setiap harinya.

Sekarang Rara tak mau bicara padanya, bahkan menatapnya saja Rara tidak mau.

"Sabar ya." celetuk Benedict seraya menepuk bahu Putra pelan.

"Semua ada jalannya." cetus Naren datar.

"Benar, semua ada jalannya." sahut Jaiden.

Putra lesu, dia tak memiliki semangat untuk sekolah, rasanya Putra mau tidur saja di kamar seharian.

Dia kan semangat sekolah karena Rara selalu menempelinya kemana pun, tapi kini Rara bahkan tak mau berdekatan padanya.

"Kangen Putri.." lirih Putra hampir menangis, dia mau nangis, tapi air mata gak mau keluar.

Kan gak mungkin Putra ngeden supaya bisa nangis, yang ada nanti dia malah buang air besar bukannya nangis.

"Coba nanti pulang sekolah, ajak dia pergi." usul Naren.

"Gak bakal bisa, Rara jaga jarak banget dari Putra." celetuk Benedict.

"Hm, rumit ya." gumam Jaiden.

Intinya, Putra bisa gila jika Rara terus menjauhinya, perasaanya saja belum Rara ketahui masa sudah harus berjauhan sih.

Sial banget.

📞📞📞📞📞📞📞📞📞📞📞📞📞📞📞Bersambung📞

Peek-a-boo [Selesai]Where stories live. Discover now