📞FI-Selesai📞

938 213 93
                                    

Gak jadi 20 part eh, 15 aja.

><

Rara harus berpikir cepat, mereka sudah menemukan tulang-tulang milik hantu wanita itu, dan sekarang saatnya mereka keluar.

"Sudah kan? Ayo kita keluar sekarang." ujar Mahen yang senantiasa disebelah Rara.

Rara mengangguk, yang membawa plastik berisi tulang itu Rendi, Jaiden dan Qio bertugas memotret sebagai laporan pada pihak polisi nantinya.

Perlahan Rara menggenggam tangan Putra erat. "Kita harus selamat." gumam Putra pada Rara.

Rara mengangguk, dia mengelus pipi Putra pelan, senyum tipis terulas diwajahnya.

"Kita akan selamat." balas Rara lembut.

Yah, Rara menjamin mereka semua akan selamat. Mereka langsung turun dari lantai 2, tak menyadari jika saat ini ancaman sudah di depan mata.

Langkah kaki mereka terdengar menggema dipenjuru rumah, membuat sekelompok orang yang baru masuk ke dalam rumah mulai berpencar.

"Rara mereka sudah datang! Kalian harus berpencar!" seru Ratra panik.

Genggaman Rara pada tangan Putra mengendur, dia mulai mundur dan menatap teman-temannya.

"Putri, kenapa?" Rara tersenyum sebagai jawaban.

"Dengarkan perkataanku, kalian semua harus pergi menuju pintu samping rumah, jangan lari ke belakang, para orang gila itu sudah masuk, pegang senjata kalian dengan baik, kita akan bertemu lagi ditengah hutan." ujar Rara memberi arahan.

Mahen nampak tak terima, begitu juga dengan Qio dan Rendi. "Apa!? Tidak aku tidak mau! Kita harus selalu bersama Ra!" seru Mahen menolak.

Rara terkekeh pelan, dia mengelus pipi Mahen lembut. "Mahen, percaya sama aku, kita bakal keluar sama-sama." bisik Rara.

Mahen menahan tangisnya, tidak, dia tak boleh menangis saat ini, dia harus kuat.

Mahen mengeluarkan sebuah gelang dari celana nya lalu memasangkannya pada Rara. "Pakai ini, jangan kau lepaskan." ujar Mahen dengan nada suara bergetar.

Rara mengangguk. "Ra, kau yakin? Kau mau lari kearah mana? Biar aku bersama mu." ujar Benedict serius.

"Aku yakin, aku sudah merencana kan cara agar kita bisa keluar dari sini."

"Kau akan selamat kan?" lirih Naren.

"Tentu saja, setelah keluar dari sini, kita akan kembali berpetualang!"

Mereka mengangguk, sebelum mereka berpencar, Rara menyempatkan untuk mengelus rambut teman-temannya.

"Qio, ingat jangan terpisah dari Rendi, paham?" bisik Rara seraya menangkup wajah Qio.

Qio menahan tangisnya kuat, dia mengangguk kemudian memeluk Rara dengan sangat erat. "Kamu harus ikut selamat." bisiknya bergetar.

"Tentu saja."

"Ra.."

Rara menepuk bahu Rendi. "Aku percayakan si mungil ini padamu, kau kan tetangga nya, bisa kan?" tatapan mata Rendi menyendu, dia mengulas senyum tipis lalu mengangguk.

Peek-a-boo [Selesai]Where stories live. Discover now