📞FI-14📞

594 175 70
                                    

Ini kayanya gak bakal panjang sih, mentok 20 chapter.

Lagipula gak terlalu rame disini, aku murni melanjutkan cerita ini karena ide nya sudah disusun rapi sampai ending.

Jadi, ramai gak ramai, terus lanjut.

Tapi, kalian vote dan komen ya, setidaknya menghargai sediti.

><

Mereka terus berlari, tak terhitung waktu yang sudah dilewati demi berlari dari kejaran orang asing di hutan itu.

Rara sudah mulai lemas, tapi dia tak bisa berhenti, sebab semua ini karena dia.

"Kita harus kemana!?" seru Benedict yang ada dibelakang Rara.

Posisinya, Rendi, Mahen dan Naren ada di depan, Rara ada ditengah, baru Ben, Putra, Jaiden dan Qio di belakang.

Rara berpikir cepat, dimata nya kini sudah banyak para hantu dan roh yang mulai berkumpul mengerubungi mereka.

Para hantu itu dalam keadaan yang mengerikan, ada yang setengah kepala nya terbelah, ada yang setengah badannya hilang.

Rara bukannya takut, hanya saja energi negatif para hantu disini mulai mengusiknya.

"Rara!"

Rara mendongak keatas, matanya membalalak tak percaya. "Ratra!?" pekiknya kaget.

Yang lain juga kaget. Sosok Ratra tertawa pelan diatas sana, dia terbang, ya namanya juga roh.

Ratra menemani Rara, dia terbang disamping Rara.

"Aku tau dimana rumah itu, dan aku sudah meminta teman-teman setan ku untuk menghadang orang-orang gila darah itu." ujar Ratra semangat.

Senyum bahagia terulas diwajah Rara, berbeda dengan temannya yang lain.

"Ra! Kita harus kemana!?" tanya Mahen di depan.

"Biarkan aku masuk ke salah satu teman kamu, biar aku bantu kalian ke rumah yang kalian tuju itu." ujar Ratra lagi.

Rara ragu, tapi ini satu-satunya cara agar mereka cepat menyelesaikan misi sialan ini.

"Baik! Masuk saja ke badan Rendi, Rendi pinjam tubuh mu sebentar ya." Rendi kaget, dia belum sempat menjawab, tapi Ratra sudah keburu masuk.

Ratra yang kini sudah merasuki Rendi sontak membelokan lariannya ke arah kiri.

"Kesini! Rumah itu ada diujung sana!" teriaknya pada yang lain.

Mereka mengangguk, Mahen mulai menyoroti jalanan dengan lampu sorot, sebagian dari mereka menyorot dengan senter.

Mereka terus berlari, mengabaikan rasa sesak dan lelah yang sulit diuraikan rasanya.

Putra sendiri mengepalkan kedua tangannya, kenapa harus Ratra lagi yang datang.

Mereka berlari, sesekali Jaiden akan memberikan tanda pada batang pohon yang mereka lewati sebagai jejak.

Peek-a-boo [Selesai]Where stories live. Discover now