📞FI-08📞

815 202 60
                                    

Haiii balik lagi aku disini, kaya main kejar-kejaran hahahah, dari sini ke Hybrid lalu kesini lagi.

Jangan lupa vote dan komen yaaaa.

><

"Mau ke rumah hantu yang ada di gang. Doraemon?" tawaran yang Rara berikan membuat teman-temannya menatap Rara jengah.

Ayolah, gadis itu baru sehat, baru juga keluar rumah sakit 5 hari yang lalu, masa mau uji nyali lagi sih.

"Seriusan? Mau ikut dong." seru Qio seraya bergelayut manja dilengan Rara, mereka semua sudah malas menegur Qio.

Memang dasarnya Qio suka nempel-nempel ke Rara, jadi sudahlah.

Putra sendiri mendesah pelan. "Putri, kamu baru sehat, jangan ada-ada aja ya." tegur Putra lembut, dia mengelus rambut Rara pelan.

"Ck, ya sudah. Kalau gitu kita ke rumah hantu yang ada di pasar malam saja." rajuk Rara.

Nah kalau gitu kan sedikit waras, gak kaya kemarin-kemarin permintaannya. "Pasar malam dimana?" tanya Naren penasaran.

"Pasar malam deket rumah ku." sahut Rendi.

Tadi nya Rendi mau ngajak Rara aja, dia bilang sama Rara kalau di dekat rumahnya ada pasar malam, cuma Rara ngajak yang lain, jadi ya sudahlah.

"Kok gue gak tau Ren?" celetuk Qio, kan mereka tetanggaan nih, kenapa Qio gak tau.

Rendi menggeleng pelan. "Kau kan sibuk main ke rumah Rara, sibuk foto sama hantu yang ada disana, wajar kau tidak tau." cetus Rendi tenang.

Oh iya benar juga, Qio kan sekarang sibuk bergaul sama hantu-hantu yang ada di rumah Rara, jadi dia jarang main sama Rendi lagi.

Mahen mengangguk pelan. "Oke kalau ke pasar malam doang gak papa, Rara kau minum obat dulu." Mahen kini mengeluarkan obat yang wajib Rara minum.

Decakan sebal Rara berikan, dia bangkit dan hendak melarikan diri namun Rendi menahan pergerakannya sementara Putra memeluk pinggangnya.

"HEI LEPAS! YAK PABBOYA!!" pekik Rara panik, dia benci obat!

"Kerja bagus, tahan dia supaya mau minum obat." titah Mahen.

Rara menggeleng kuat guna menghalau tangan Qio yang hendak menahan wajahnya.

Qio dengan sigap mengapit dagu Rara dan memaksa bibir gadis itu terbuka, Mahen sendiri langsung memasukan 2 pil obat ke mulut Rara.

Rara hendak melepeh obat tersebut, namun Mahen segera memasukan air putih dan menutup mulut Rara.

Mau tak mau Rara menelan obat-obatan tersebut, setelah tertelan, Rendi langsung melepaskan pegangannya pada tangan Rara dan Putra melepaskan pelukannya.

Qio sendiri bersembunyi dibalik tubuh Rendi, dia takut karena sepertinya Rara akan mengamuk.

"Putri-"

Plak!

"Ra aku-"

Plak!

Putra dan Rendi menunduk dalam saat Rara menampol kuat kepala mereka, napas Rara terengah.

"Jinjja Shibal!" umpat Rara emosi.

Mahen sendiri hanya tertawa mendengarnya, lucu sekali sih sepupu nya ini kalau lagi marah.

...

Dan seperti yang dikatakan tadi di sekolah, kini mereka ber 8 mendatangi pasar malam itu bersama.

Yang mereka tuju kan rumah hantunya, Benedict tak takut sih, karena dia tau hantu-hantu di dalam sana adalah manusia.

"Kalian jalan duluan, aku ditengah, karena aku perempuan sendiri." titah Rara.

Mereka mengangguk patuh, Mahen duluan masuk, kemudian Jaiden, lalu Benedict baru setelahnya Naren, lalu Rara, dibelakang Rara ada Qio, lalu dibelakang Qio itu Rendi dan Putra.

Begitu mereka masuk, langsung saja mereka disambut dengan suara jeritan dan suara mesin pemotong daging.

"Kok serem ya.." gumam Benedict, dia tau itu manusia tapi tetap saja menyeramkan.

Qio sendiri memeluk pinggang Rara dari belakang, Qio lebih takut dengan setan manusia daripada setan beneran.

"Qio, aku susah jalannya ini."

"Sereeem, Qio gak suka!" rengek Qio tak tertahankan.

"Terus kenapa kau ikut masuk sih!?" sewot Putra.

"Supaya aku bisa bareng Rara terus!"

"Gatel banget!"

"Dih, apaan sih!?"

"Heh berhenti berdebat! Shibal!" seru Mahen dari depan.

Akhirnya mereka berhenti berdebat, tak ada yang aneh sih, tetap berjalan seperti biasa, sampai akhirnya teriakan Benedict mengagetkan mereka semua.

"AAAAAAA KAKI-KAKI! KAKIII!!"

"Kenapa dengan kakimu!?" panik Jaiden.

Benedict sudah menangis histeris, itu tadi kakinya ada yang megang-megang. "Ben, itu tangan manusia." cetus Rara.

"TETAP AJA SEREM! HUHUUU MAMAAAAAAAA BEN TAKUUUUUUT."

Karena keadaan yang tak kondusif lagi, mereka mempercepat langkah agar segera keluar dari rumah hantu.

Begitu keluar, helaan napas lega terdengar bersahutan, namun kini mereka semakin pucat saat menyadari sesuatu.

"KALIAN MASUK TANPA AKU!? DASAR! AKU GAK MAU TEMENAN SAMA KALIAN LAGI! LO GUE END!" itu Rara, dia marah-marah karena teman-temannya meninggalkan Rara di parkiran.

Rara sudah memanggil mereka tapi mereka jalan aja terus, bahkan masuk tanpa menunggu Rara, karena kesal Rara menunggu di pintu keluar rumah hantu.

Mereka semua pucat, terlebih Putra dan Rendi, sementara Qio hanya terkekeh pelan kemudian mengedipkan matanya pada Rara.

"Aku tau, itu Rara yang sama dengan yang ada di rumah hantu gang Aladin, hehehe aku tak masalah karena mereka sama-sama Rara."

Qio bergelayut mesra dilengan Rara.

"Raaa, yang tadi dingin, hangat an badan kamu." rengek Qio.

"Ya dia kan setan, wajar aja dingin." cetus Rara sembari merengkuh bahu Qio.

Sementara yang lainnya sudah terduduk lemas di rumputan, brengsek sudah 2 kali mereka tertipu dengan Rara ghoib!

📞📞📞📞📞📞📞📞📞📞📞📞📞📞📞Bersambung📞

Peek-a-boo [Selesai]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin