Bertemu kembali

1.3K 174 53
                                    

Di kediaman para 7 kebajikan,

"Ketua, apa saja yang ia lakukan padamu?" Tanya Alucard khawatir, Xavier menghela nafas lalu memegang sekilas perutnya. "Kami awalannya hanya sedikit bercekcok, hingga ia mengeluarkan kekuatannya dan terpaksa saya ikutan mengeluarkannya." Ucapnya.

Paquito sekilas melihat kearah tangannya yang mengepal, "lalu, apa yang harus kita lakukan sekarang?" Tanya Hayabusa. Jujur saja, ia belum puas bertarung dengan sang kerakusan tadi. "Kita tidak bisa mengambil langkah terlalu cepat, lebih baik mengawasi saja." Perintah Xavier.

"Maaf, saya tidak layak sebagai ketua sebenernya. Hanya bisa menyusahkan kalian." Ucap Xavier merasa bersalah, Alucard menghela nafas.

"Setiap dari kebajikan pasti melakukan kesalahan ketua, itu bukan masalah." Balas Paquito dengan tenang, Hayabusa mengangguk setuju. Xavier tersenyum tipis sekilas, "terima kasih, kalian bisa keluar sekarang." Perintahnya.

Alucard, Hayabusa dan Paquito keluar dari ruangan milik Xavier. Langsung disambut tiga kebajikan lainnya,

"Bagaimana dengan ketua?" Tanya Beatrix yang khawatir. "Ia sudah membaik, hanya butuh istirahat." Balas Alucard, Dyrroth tampak tenang. "Apa misi kita selanjutnya?" Tanyanya kali ini, Paquito menghela nafas berat. "Ketua meminta kita hanya berpatroli seperti biasa." Balasnya.

Semuanya terdiam, lalu merenung. "Maaf, ini salahku pergi berduaan dengan Dyrroth seenaknya. Kalian jadi kesusahan menghadapi para dosa besar." Ucap Beatrix menutup mukanya dengan kedua tangan, Hayabusa mengelus rambut perempuan itu.

"Tidak ada yang salah disini, berhentilah menyalakan diri sendiri." Pesan Hayabusa.

Claude mengerutkan keningnya, "lalu, siapa yang akan berpatroli kali ini?" Tanyanya. Seketika semua pandangan mengarah ke arah Dyrroth yang mengangkat tangan, "biarkan aku saja." Ucapnya tenang. Beatrix menatapnya ragu, "kau tak apa? Sendiri?" Tanyanya memastikan.

Dyrroth mengangguk yakin, Alucard tampak menggaruk kepalanya sebentar. "Baiklah, kami percaya padamu. Sang kesabaran." Ucapnya, Dyrroth kembali mengangguk. "Hei, jika terjadi sesuatu. Panggil kami, oke?" Saran Claude yang tidak mau paling muda ini terluka.

"Pasti."

Dyrroth langsung berjalan seorang diri, kearah menuju dunia bawah atau dunia manusia. Tepat saat Dyrroth turun di bumi, seseorang telah menyambutnya.

"Oi bocil!" Sapa Gusion dengan seringai diwajahnya, Dyrroth mengangkat alisnya. "Kak Gusion.." ucapnya, lalu tersenyum tipis sekilas. "Apakah kakak menungguku?" Tanyanya, "ENAK AJA, GW CUMAN LAGI LEWAT DOANG TADI!" Balas sewot Gusion.

Dyrroth berjalan menghampiri Gusion yang tidak jauh darinya, "Terima kasih." Ucapnya. Gusion menyipitkan matanya lalu menatap arah lain, "huft, yaudahlah ya. Berhubung lu bilang makasi ke gw, jadi gw okein." Balasnya melipat kedua tangannya.

"Woi."

Gusion menatap Dyrroth, "mau ngobrol di tempat lebih sepi, disini rame kek kebun binatang." Lanjutnya. Dyrroth hanya mengangguk polos, mengikuti kemauan lawannya. Mereka berdua berjalan bersama kearah ketinggian gedung.

***

"Begitu ya.."

Dyrroth merenung, sembari memeluk kedua lututnya. "Jadi benar, kalau para dosa besar ingin menculik salah satu dari kami." Lanjutnya, Gusion menggaruk tengkuknya kaku. "Iye, makanya lu hati-hati ya tod. Gw gak tau siapa yang mereka incar." Saran Gusion, Dyrroth menengok lalu kembali tersenyum.

'apa-apaan senyuman itu.' batin Gusion yang langsung ngalihin pandangan, "tidakkah itu artinya kakak berkhianat dengan para dosa?" Tanya Dyrroth. "Persetan, gw gak peduli ama mereka. Karena kita diciptakan untuk menghancurkan manusia, bukan bekerjasama." Balasnya.

𝗦𝗘𝗩𝗘𝗡'𝗦Where stories live. Discover now