Hari penentuan

744 118 31
                                    

Deg.

Deg.

Deg.

Hayabusa memegangi dadanya, mengecek detak jantungnya yang semakin kencang. Para Kebajikan berdiri secara berurutan, menghadap ke altar putih bersih itu.

Dimana para petinggi Kebajikan duduk menatap mereka, dengan tatapan yang tidak mengenakkan.

Tap, tap, tap.

Lunox berdiri ditengah-tengah para petinggi, memberikan ekspresi lembut kepada Kebajikan. Paquito melirik kearah Xavier, yang hanya memberikan wajah hampa tanpa harapan.

"Anak-anak yang ku kasihi, kita bertemu kembali. Berkumpul ditempat suci ini, namun dengan alasan yang berbeda."

Lunox memejamkan mata, "Gugurnya Kebajikan termuda kita, sang Kesabaran yang merupakan kunci kuat dipara Kebajikan. Adik dari Silvanna yang merupakan keturunan pemegang sang Kemurnian." Jelasnya.

Claude mengernyitkan dahi, menatap Silvanna yang memberikan ekspresi muak dengan mereka semua. Gagal sudah.

"Sungguh, jiwa yang malang." Lunox mengeluarkan bola memori, menunjukkan memori-memori Dyrroth masih ada.

"Tapi, bukan itu yang akan kita bahas saat ini. Sekarang, saya berdiri dihadapan enam kebajikan besar yang bertugas menjaga manusia." Lunox melangkah lebih maju sembari melebarkan tangannya.

"Tempat ini akan menjadi saksi, bahwa para Kebajikan memang sepantasnya dihukum atas apa yang mereka lakukan." Lanjut Lunox.

Claude perlahan mengulurkan tangan kearah Beatrix, sang Kebajikan muda itu langsung membalas pegangannya. Mereka bergandengan lebih erat.

"Mereka telah gagal menjaga Kebajikan Kesabaran, dan gagal.. menjaga persatuan umat manusia. Oleh, karena itu.." Lunox mengangkat tinggi tangannya, mengarah kepada Kebajikan.

Alucard langsung menundukkan kepala, memejamkan mata erat. Hayabusa menatap serius kearah Lunox, melainkan Xavier hanya bisa memberikan ekspresi menyesal kearah Silvanna.

"Kebajikan besar, Sang ketekunan, Sang kebaikan hati, Sang kesederhanaan, Sang kemurahan hati, Sang kemurnian dan Sang kerendahan hati. Kalian semua pantas dihukum, atas kesalahan yang telah berpengaruh pada manusia."

Para Kebajikan menengok kebawah mereka, sebuah lingkaran cahaya mengitari mereka. "..Apa.. ini..?" Gumam Paquito, Xavier bahkan tidak paham apa yang terjadi.

"Kalian akan ku hukum, sampai bisa menyelesaikan tebusan." Ucap Lunox.

"Jadilah manusia seutuhnya, dan bawalah manusia ke jalan yang sesungguhnya. Maka, kalian akan bisa ditebus. Namun, jika kalian gagal.. maka kematian secara manusia lah yang akan menunggu kalian." Lanjut Lunox, lalu menjentikkan jari.

Ceklek.

"KYAAAAAA!!!!"

"AAAAAAAAAAAAA!!"

Para kebajikan jatuh bersamaan, langsung ke dunia manusia. Namun, jatuh di tempat yang berbeda-beda.

***

"Hm hm~" Chou yang asik berjalan-jalan dengan seputung rokok di tangannya, melewati jalan raya sepi. Ia sengaja memilih jalanan sempit, berpikir menjernihkan pikiran.

BRUKK!!

Brak! Bruk!

"Anjing, apa itu." Chou terkaget saat secara tiba-tiba dari atas jatuh seseorang begitu saja ke semak-semak, ia menaikkan alis saat sosok itu memunculkan diri.

𝗦𝗘𝗩𝗘𝗡'𝗦Where stories live. Discover now