Dyrroth.

1.3K 162 33
                                    

"kak Haya-" . "Buset, ada apaan nih."

Ketiga pria itu menengok ke sumber suara di antara semak-semak, tak lama dari itu Hanzo keluar dengan kantong belanjaan yang di bawa. Hanzo menyeringai sekilas, lalu menatap gantian 3 pria di hadapannya.

Hayabusa menyipitkan matanya, "kerakusan.." gumamnya. Gusion tiba-tiba langsung menarik Dyrroth ke dekapannya, lalu mengeluarkan sebilah pisau. "Oi, lu lupa lagi ngapain?" Ucapnya, Dyrroth terdiam lalu menatap kearah Gusion.

"Kemarahan, hentikan tindakanmu. Ini sudah mulai diluar batas." Ucap Hayabusa mencoba mendekat, tapi Gusion semakin mengancam dengan menaruh pisau di dekat Dyrroth. "Kak.." ucap Dyrroth dengan nada pelan, Gusion menyipitkan matanya.

Hayabusa perlahan melepaskan senjatanya, lalu menjatuhkan ke jalanan. "Kita bisa bicarakan ini dengan baik, saya mohon. Jika kalian terus dekat dan saling bersentuhan, akan ada kemungkinan jiwa yang tertukar." Ucapnya menenangkan Gusion, Dyrroth malah perlahan membalas pelukan Gusion.

"Dyrroth!"

Teriak Hayabusa, Gusion menyekram pergelangan tangan Dyrroth yang perlahan berefek perubahan kulit. Hayabusa langsung berlari kearah dua pria itu, tapi Hanzo langsung menerjang kearahnya.

"Akh! Kerakusan! Lepaskan!" Ucap Hayabusa memberontak, Hanzo menyeringai. Gusion yang sadar ada hal aneh langsung melepaskan pelukannya, ia menatap kaget kearah Dyrroth.

"Dyrroth!" Teriak Hayabusa kembali, ia mencoba menolong kebajikan muda itu. Di sisi lain Dyrroth perlahan jatuh, dan tampak menahan kesakitan. "S-sakit-" ucapnya, dan memegang lengannya yang mulai menggelap bagaikan malam hari tanpa cahaya.

Gusion terdiam, menatap tidak percaya kearah Dyrroth. 'jadi.. jiwa tertukar itu benar ada?' pikirnya, Hayabusa masih memberontak dari genggaman Hanzo. "Dyrroth! Tetap fokus! Jangan biarkan bayangan hitam itu merasuki pikiranmu!" Teriak Hayabusa, Dyrroth memejamkan matanya erat.

"K-Kak- Gusion-" panggil Dyrroth.

Yang dipanggil menatap kearahnya, Gusion membeku ditempat saat tepat dimana wajah Dyrroth yang perlahan mulai berubah.

"Kenapa..?"

Tap!

Hayabusa membuka matanya lebar-lebar, ia menatap sekitar dengan nafas terpatah-patah. Para kebajikan lain menatapnya khawatir, "D-Dyrroth..?" Nama yang ia ucapkan, Paquito menghela nafas. Di sisi lain Alucard bingung menjelaskan,

"Dia selamat, namun dikurung dalam penjara. Agar jiwa dosa tidak menyebar pada dirinya dengan mudah." Ucap Claude, ia memberikan ekspresi sedih. Begitu pula Beatrix yang selalu menempel dengan kebajikan muda itu, Hayabusa berganti pandangan kearah Xavier.

"Maaf.. ketua, saya sudah berusaha-" . "Simpan ucapanmu, kesederhanaan." Bantah Xavier.

"Gagal sudah." Lanjut Xavier, dan langsung berjalan keluar ruangan. "Ketua!" Panggil Alucard, menatap pintu yang tertutup kembali. "Belum gagal, Dyrroth masih bisa diselamatkan." Ucap Paquito, melipat kedua tangannya.

Hayabusa merasa bersalah, ia memejamkan matanya kembali. "Maaf." Satu kata darinya, Beatrix perlahan berkaca-kaca. "Berhenti merasa bersalah!" Ucapnya, Claude mengangguk lalu menepuk-nepuk punggung kebajikan perempuan itu.

Paquito menengok kearah jendela sekilas, "ini hanya sebuah kecerobohan antar dua pihak. Tapi, tampaknya Dosa senang jika mendengar kabar salah satu kebajikan mulai ternodai." Ucapnya. Alucard mengangguk setuju, "sang kemarahan, benar-benar tidak bisa dimaafkan." Sautnya.

Hayabusa menyipitkan matanya, ia menatap kesamping sekilas.

'andai mereka tau, bahwa sang kemarahan bukanlah dosa yang licik. Saya tau, dia memiliki tekad yang kuat. Namun..' pikir Hayabusa terjeda.

𝗦𝗘𝗩𝗘𝗡'𝗦Where stories live. Discover now