-10-

2.1K 303 41
                                    

"Sekarang kita ke mall ya"ujar Jennie

"Mau pulang"sahut Rosie

Jennie mengernyit"Kenapa? Bukannya tadi Kakak sudah janji untuk bawa Rosie jalan jalan ke mall?"

Rosie menggeleng"Mau pulang"

"Arreosso,kita pulang"sahut Jennie menjalankan mobil menuju kemansion. Dia sama sekali tidak merasa aneh sama sikap sang adek. Mungkin Rosie capek karena asyik bermain sama Bu Jina makanya Rosie mau pulang,pikirnya.




Setibanya di mansion,Jennie menggendong Rosie dan membawa Rosie kekamarnya"Rosie sudah mandi bukan?"tanya Jennie

Rosie mengangguk"Ya sudah. Kakak siapin susu buat Rosie duluan ya"ujar Jennie namun Rosie menggeleng.

"Ochie mau bobo"ujar Rosie

"Tunggu Kakak mandi dulu ya. Nanti kita bobo bareng"ujar Jennie dibalas anggukan patuh dari Rosie.

6 menit Rosie menunggu,Rosie mula merasa bosen. Rasa kantuk juga sudah menyerangnya membuatkan bocah itu akhirnya tertidur dengan memeluk boneka kesayangannya.

Jennie yang baru keluar dari kamar mandi itu tersenyum tipis dan berganjak membaringkan dirinya disamping sang adek"Capek banget hurm?"gumamnya membawa sang adek kedalam dakapannya.








Hari demi hari berlalu,sudah banyak memar dibadan Rosie dan itu sudah pasti ulah Bu Jina yang menjaga Rosie.

Rosie juga sudah berubah menjadi sosok yang pendiam. Dia tidak manja seperti dulu. Jennie sama sekali tidak menyadari perubahan sang adek gara gara dia sibuk . Setelah pulang dari kuliah,dia akan ke restaurantnya. Dia akan menjemput Rosie pulang jam 7 malam dan disaat itu juga Rosie sudah dimandikan oleh Bu Jina makanya Jennie tidak melihat memar dibadan sang adek. Pagi hari juga,Jennie tidak sempat memandikan Rosie dan dia langsung menitipkan Rosie kepada Bu Jina dan membiarkan Bu Jina memandikan Rosie.

Akhir akhir ini juga,badan Rosie sudah mula merasa lemes. Dia kesakitan. Apa Kakaknya itu tidak memahami dirinya? Ancaman ancaman Bu Jina juga membuatkan Rosie semakin ketakutan makanya bocah itu memilih untuk terus diam.

"Rosie,ayo berangkat. Bu Jina sudah menunggu Rosie loh"ujar Jennie

Rosie menatap Jennie dan menggeleng"Mau tama Nini"

"Tidak boleh sayang. Kakak harus kuliah"sahut Jennie"Bu Jina menjaga Rosie dengan baik loh. Ayo kita pergi"tanpa mendengar balasan dari Rosie,dia langsung membawa bocah itu masuk kedalam mobil.










"Maaf ya Bu. Akhir akhir ini aku sibuk ngurusin restaurant makanya aku menjemput Rosie jam 7 malam"ujar Jennie

Bu Jina tersenyum"Tidak apa apa Jen. Ibu juga sudah menganggap Rosie seperti anak ibu sendiri. Ibu senang karena Rosie bisa menemani ibu yang kesepian ini"ujarnya. Ya senang dong soalnya Jennie membayarnya lebih mahal dari yang sebelumnya.

"Rosie,Kakak pergi duluan ya"pamit Jennie

Rosie memegang tangan Jennie. Dia menggeleng pelan dengan mata berkaca kaca"Hey,kenapa hurm?"tanya Jennie berjongkok menyamakan tinggi dengan sang adek.

"Dia pasti kangen kamu soalnya kamu sibuk akhir akhir ini"timpal Bu Jina"Ayo Rosie kita masuk. Ibu sudah membelikan mainan baru buat Rosie loh"lanjutnya tersenyum hangat kepada Rosie namun Rosie tahu kalau senyuman itu adalah ancaman untuknya.

"Jangan nakal nakal ya"ujar Jennie mengecup pipi Rosie sekilas dan berganjak memasuki mobilnya.

Setelah melihat mobil Jennie meluncur pergi,Bu Jina langsung menarik Rosie memasuki rumahnya.

Dengan kasarnya Bu Jina menghempaskan Rosie kelantai"Lo mau aduin sama Kakak elo hah?!"bentaknya

Rosie terisak ketakutan"Hiks Ibu jahat! Mama Ochie tidak pelnah pukul Ochie!"

Bu Jina terkekeh sinis"Dan gue bukan ibu elo!"

"Akhh hiks sakit!"teriak Rosie dengan keras ketika Bu Jina mencubit perutnya.

Dengan tangan mungilnya Rosie memukul kaki Bu Jina"Sialan lo bocah!"teriak Bu Jina dengan marah.

Dengan kerasnya Bu Jina menampar Rosie dan dia terus memukul bocah itu.

Tolong,Rosie kesakitan. Apa salah Rosie? Kenapa dia harus merasai penderitaan itu?









Jennie mendesis pelan ketika sorot matanya menatap tas kelengkapan Rosie dibangku jok belakang. Dia akhirnya memutuskan untuk kembali kerumah Bu Jina untuk menyerahkan tas itu.

Tidak butuh waktu yang lama,dia tiba disana. Dahinya mengernyit ketika mendengar tangisan sang adek.

Dengan wajah yang penasaran,dia mendekati pintu rumah Bu Jina"Hiks sakit!"isakan Rosie ini sontak membuatkan Jennie membuka pintu rumah Bu Jina dengan kasar

"R-Rosie"kaki Jennie seakan lemes ketika melihat pemandangan didepannya.

"Jennie?!"Bu Jina berseru kaget. Keringat dingin sudah membasahi dahinya.

"Rosie"Jennie berjongok dengan menumpukan kedua kakinya kelantai"Apa yang terjadi?"

"Hiks sakit"isak Rosie mencengkram baju Jennie.

Dengan tangan yang terketar ketar,Jennie menyibak baju yang dipakai oleh sang adek. Nafasnya seakan tercekat ketika melihat banyak memar dibadan sang adek"A-apa selama ini kamu d-dipukul sama Bu Jina?"Rosie hanya mengangguk. Dia sudah tidak ada tenaga. Badannya sakit sekali.

"Jen,itu Rosie bohong! M-memar itu karena dia jatuh"timpal Bu Jina terbata bata

"Diam!"sentak Jennie menatap Bu Jina dengan tajam. Dia bangkit dengan tangan yang terkepal erat"Gue tidak akan biarin elo lolos! Lo harus membayar apa yang sudah elo lakukan!"dingin Jennie.

Dia beralih menatap Rosie"Ayo Rosie,kita kerumah sakit"dibawanya Rosie kedalam gendongannya dan bocah itu langsung meletakkan kepalanya dengan lemes dipundak Jennie.

Untuk saat ini Jennie akan membawa Rosie kerumah sakit duluan. Percaya saja,Jennie tidak akan pernah membiarkan Bu Jina lolos.








  Tekan
   👇

Little Sister✅Where stories live. Discover now