09 - Kisah ( 2017 )

68 18 3
                                    

Dua orang gadis remaja berumur 13 tahun berlari kearah Encik Norman dan Puan Lin sambil memegang slip keputusan ujian mereka

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dua orang gadis remaja berumur 13 tahun berlari kearah Encik Norman dan Puan Lin sambil memegang slip keputusan ujian mereka .

" Papa , tengok ni Riesya dapat nombor satu dalam kelas " Batriesya menghulurkan slipnya sambil tersenyum gembira .

" Liya dapat nombor dua " riak wajah Encik Norman dan Puan Lin secara automatik berubah tidak suka . Liya yang melihat perubahan diwajah kedua orang tuanya terus menundukkan wajah .

" Apa nak jadi dengan kamu ni Liya ? Kenapa masih tak boleh kalahkan kakak kamu ? " Marah Encik Norman . Liya dan Riesya berada di kelas yang berbeza . Liya berada dikelas yang kedua manakala Riesya berada dikelas yang pertama .

" Maaf papa , Liya dah buat yang terbaik " gadis itu tersenyum nipis memandang wajah orang tuanya tetapi senyumannya dibalas dengan jelingan tajam .

Batriesya ditepi hanya memandang wajah adiknya sayu , dia tidak mampu melawan kedua orang tuanya kerana takut dianggap anak derhaka . Dia tahu adiknya sudah berusaha keras untuk mengalahkannya .

" Papa , Liya dah buat yang terbaik tu . Papa dengan mama janganlah marah Liya " Batriesya mula bersuara mempertahankan adiknya .

" Riesya kamu tak perlu sibuk , adik kamu ni patut diberi pengajaran . Itulah asyik main telefon sahaja sampai pelajaran terabai " Liya hanya menunduk kepalanya sambil menahan air mata supaya tidak tumpah ketanah .

Sungguh apa yang dikatakan kedua ibu bapanya itu sangat menyakitkan hati . Dia sudah berusaha keras sehingga tidak tidur malam tetapi orang lain seenaknya mengata hal yang buruk tentangnya .

" Riesya masuk dalam kecuali Liya kamu duduk luar sehingga besok . Jangan harap kamu dapat makan malam ni " Batriesya membulatkan matanya terkejut lalu menarik Liya disisinya .

" Papa mana boleh tinggal Liya seorang diri diluar ! Papa , Liya dah berusaha keras tolong hargai usaha keras dia " pipi Batriesya ditampar sejurus sahaja gadis itu menghabiskan ayatnya .

Liya memegang tangan kembarnya kemudian tersenyum manis seolah dirinya tidak apa - apa . " Riesya masuk jela , tak apa Liya sorang - sorang dekat luar ni . Liya dah biasa "

" Tapi , mana boleh macam tu . Keputusan Liya cemerlang bukannya tak cemerlang " Liya menggelengkan kepalanya .

" Mungkin bagi Riesya keputusan Liya dah cemerlang tapi tidak bagi Mama dengan papa "

Encik Norman menarik tangan Riesya perlahan meninggalkan Liya seorang diri diluar rumah . Gadis itu hanya tersenyum nipis sambil memandang wajah kakak kembarnya .

•——————•°•✿•°•——————•

Gadis remeja berusia 13 tahun itu berjalan tidak tentu arah dengan keadaan baju basah kuyup  , ini kali pertama dia tidak dibolehkan masuk kedalam rumah .

Nafas gadis itu sesak seolah - olah ada seseorang duduk diatas dadanya . Gadis itu mulai menangis ditengah hujan sambil memukul dadanya .

" Mama .. papa dada Liya sakit " lirihnya perlahan . Wajah kedua orang tuanya terngiang - ngiang dikepala . Dia menyesal kerana tidak berusaha lebih keras untuk mendapatkan nilai yang sempurna .

" Abang , Liya perlukan abang " tangisan gadis itu makin menjadi - jadi . Mujurlah tiada siapa yang lalu lalang disitu .

" Abang , dada Liya sakit . Adik perlukan abang "
Abang yang selalu ada disisinya telah pergi meninggalkan mereka sekeluarga beberapa bulan yang lalu akibat kemalangan jalan raya sewaktu Liya dan abangnya pergi keluar bersiar - siar .

Oleh disebabkan itu , gadis itu sering dimarahi dan dituduh membunuh abangnya sendiri . Dia sering dipukul kerana tidak mendapat nilai yang ayahnya mahu .

" Abang .. ini semua salah Liya , kalaulah Liya tak ajak jalan - jalan haritu mesti tak jadi macam ni "

Gadis itu akhirnya rebah ketanah setelah beberapa minit menahan badannya agar tidak jatuh .

Arash yang kebetulan lalu disitu melihat Liya dalam keadaan basah kuyup lantas berlari kearah gadis itu dengan muka risau .

Tetapi belum sempat dia tiba dihadapan gadis itu , Liya telahpun rebah terlebih dahulu .

" Liya , ya allah macam mana boleh jadi macam ni  " dia mengeluarkan Telefon pintar dan menelefon ambulan .

•——————•°•✿•°•——————•

" Arash , jangan bagitahu mama papa tentang ni " lelaki itu menoleh pantas kearahnya dengan wajah yang agak menyeramkan .

" Jangan bagitahu ? Hey kau gila ke ? Penyakit kau berbahaya , Kita kena bagitahu keluarga kau untuk menerima rawatan lanjut " marah lelaki itu tetapi dengan nada suara perlahan , takut jika orang lain dengari amarahnya .

" Aku taknak jadi beban keluarga lagi . Kau pun tahu semenjak abang tak ada aku selalu kena pukul , kalau demam diorang pun tak pernah ambil kisah . Aku hanya ada kau dengan Riesya je "

Arash mengurut pelipisnya kemudian menghembus nafas kesal " kau dah lama tahu pasal penyakit ni ? "

Gadis itu mengangguk perlahan . Dia baru sahaja mengetahui tentang itu beberapa jam sebelum abangnya meninggal dunia .

" Abang orang pertama yang tahu , dia yang hantar aku pergi hospital lepas nampak aku usap dada . Waktu tu , aku memang nak bagitahu pasal ni tapi perkara lain pula yang jadi " Arash hanya diam mendengar cerita dari gadis itu . Jujur , dia takut melihat keadaan sepupunya begitu .

" Arash .. aku takut , aku taknak mati lagi " Arash mencuba menahan tangisnya .

" Liya , kau ada aku dengan Riesya kau tak keseorangan . Jangan takut , kau boleh sembuh kau tak akan mati " gadis itu hanya tersenyum nipis mendengar ucapan yang keluar dari mulut Arash .

----------♡----------

✷ digipack beatbox comel

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

digipack beatbox comel

Hidup [ 30 days ] Where stories live. Discover now