Kepala gadis itu menunduk sembari mendengar ucapan dari doktor Safiyah . Dia mengepal tangannya berusaha untuk menahan tangisan . Wajahnya yang lesu diangkat memandang doktor .
" Liya , sel kanser semakin merebak . Kita perlu melakukan rawatan dengan segera " nada suara doktor itu kedengaran tegas . Dia benar - benar mahukan gadis ini sembuh seperti sedia kala semula .
" Lagi sekali dunia bercanda sama saya "
Punah , semuanya punah . Harapannya untuk sembuh punah dalam sekelip mata . Dia hampir sahaja tertawa melihat hidupnya yang hampir seratus peratus musnah .
" Tiada cara lain ke doktor selain pemindahan sumsum tulang ? " Hanya soalan itu yang terkeluar dari mulut Liya sejak dua minggu yang lalu .
" Kemoterapi sudah tidak berkesan untuk kamu . Saya rasa hanya pemindahan sumsum tulang adalah satu - satunya cara untuk kamu sembuh " suara doktor wanita itu terdengar sayu .
Dia amat mengenali gadis remaja dihadapannya ini . Sejak gadis itu berusia 14 kemari menerima rawatan kansernya . Bersyukur gadis itu dapat bertahan .
" Liya , saya harap kedua ibu bapa kamu memahami keadaan kamu sekarang " tangan gadis remaja itu diusap . Jujur , doktor itu amat marah setelah mendengar kisah hidup gadis itu dari mulut anaknya . Haries Haikal .
Dia tidak berpuas hati dengan sikap ibu bapa Liya yang asyik membandingkan dan tidak mengambil peduli tentang anak bungsu mereka . Tetapi apakan daya , dia tidak boleh mencampuri urusan keluarga gadis itu . Dia hanya mampu berdoa kepada allah agar semuanya baik - baik sahaja .
" Doktor , kalau saya mati pun tak mengapakan ? Lagipun Batriesya perlukan jantung saya . Dia ada masa depan yang cerah " jantung doktor itu terasa nyeri setelah mendengar pertanyaan polos dari remaja dihadapannya .
Kepala gadis itu dia usap " Liya , kamu juga memiliki masa depan yang cerah . Semua orang memilikinya . Jangan menyerah . Kamu boleh sembuh jika keluarga kamu memahaminya . Kakak kamu juga boleh sembuh "
" Tapi Mama dengan papa tak pernah faham . Diorang hanya perlukan Batriesya . Mama pun cakap dia hanya perlukan Batriesya " doktor itu terus memeluk Liya , membiarkan gadis remaja itu menangis dipelukkannya .
Haikal dibalik pintu tersenyum nipis melihat ibunya memeluk rakannya . Dia sudah ceritakan semuanya dari a sehingga z kemudian meminta ibunya untuk memperlakukan Liya seperti anak kandungnya .
" Liya , hanya ini hadiah yang boleh aku beri . Kau boleh panggil ibu aku ... ibu juga " ujarnya perlahan tanpa didengari sesiapa .
" Doktor , Liya nak menyerah . Liya nak pergi sekarang " esaknya . Dikepalanya mula teringat tentang tarikh peperiksaan pertengahan tahun yang hampir tiba . Pasti dia akan dimarahi ibunya lagi jika markah masih tidak straight A .
" Jangan menyerah .. kamu masih ada banyak lagi peluang untuk bahagia . Suatu hari nanti , saya yakin keluarga kamu akan menyesal kerana tidak pernah mengambil peduli tentang kamu "
Liya , sejak kecil dia tidak pernah mendapat perhatian dari keluarga . Hanya abangnya dan kakak kembarnya yang dia ada . Sejak kecil juga dia selalu dituntut untuk mendapat nilai yang terbaik . Tetapi nasib tidak selalu menyebelahi gadis malang itu , dia sering dipukuli kerana keputusannya yang tidak cemerlang .
Sehinggalah tepat pada hari jadinya , dia disahkan menghidap kanser darah dan jantungnya lemah . Dihari itu juga abangnya dan dia kemalangan jalan raya selepas pulang daripada hospital . Pada mulanya mereka dua beradik ingin membuat kejutan untuk Batriesya kerana sudah berjaya menempati peringkat satu disekolah mereka . Malang tidak berbau , Liya pengsan dan segalanya kelam .
" Liya boleh panggil saya ibu " ujaran doktor itu berjaya membuat gadis itu mengangkat kepalanya .
" I-ibu " teragak - agak gadis itu memanggil doktor dihadapannya dengan panggilan ibu . Doktor Safiyah tersenyum manis sambil mengusap kepala gadis itu .
Haikal keluar dari tempat persembunyiannya " Ibu , Haikal nak bawa Liya pergi jalan - jalan "
" Pergilah , jaga anak perempuan ibu seorang ni elok - elok . Kalau jadi apa - apa ibu cewel telinga kamu "
" Baik ibu . Anak ibu yang kacak ini akan menjaga satu - satunya puteri ibu dengan baik " Tangannya diangkat ke dahi ala - ala askar yang sedang memberi hormat kepada tuan .
Doktor Safiyah tertawa kecil . Gelagat anak bungsunya ini benar - benar mencuit hati .
" Ibu , Liya pergi dulu . Terima kasih untuk hari ini " sopan gadis remaja itu menunduk . Doktor Safiyah hanya tersenyum manis .
----------♡----------